5

3.8K 193 15
                                    

Jadi pengin cerita masalah kegagalan kemarin. Aku angkatan 2020 yang akhirnya memilih untuk gap year setelah ditolak berkali-kali, karena ngga ngitung berapanya haha.

Sebenernya aku ketrima di pts (perguruan tinggi swasta) tapi karena aku inget kakakku masih sem 6 kuliahnya, eh atau 7 ya? Intinya lagi KKN gitu, butuh duit banyak juga. Mana UKT nya dia mahal lagi, secara bapakku udah pensiun dari kerjanya.

So, dari situ aku mikir, kalau masuk swasta, tahun depan aku ga ada kesempatan di ptn (iye lah sia-sia ntar duit yang di pts), terus otomatis bapak bebannya banyak karena bayar UKT kakak + biaya kuliahku di swasta yang jelas mahal. Mau ngga mau, aku gap year.

Mama, bapak, ngedukung untungnya. Kita saling ngertiin satu sama lain. Agak sakit si sebenernya belum kuliah tahun ini, tapi yang namanya belajar ngga ada kata terlambat kan?

Jika kamu gagal hari ini, belum tentu kamu gagal juga besok. Begitupun sebaliknya. Jadi buat kalian yang langsung ketrima kuliah, bersyukur, jangan ngejek temen yang belum dapet atau yang gap year. Kenapa? Karena bisa aja dia susah ketrima kuliah, tapi gampang buat ketrima kerja.

Rejeki ngga ada yang tau kan? Tugas kita berusaha, berdoa.

So, aku bakal usaha buat cepet nyeselein cerita ini dan nge-publish cerita baru ;)

Oke, sekian curhatan saya hahaa!! Selamat menikmati cerita. Jangan lupa vomentnya!!

...

"Pak Hady memang memiliki hubungan spesial dengan sekretarisnya, Vani"

Penjelasan singkat mbak Zana membuat bibirku bungkam. Padahal sudah banyak rentetan kejadian yang Tuhan tunjukkan di depan mataku tentang keburukan suamiku.

Meskipun kami menikah karena perjodohan dan masing-masing dari kami belum saling mencintai serta memiliki rasa ingin saling memiliki.

Tapi...

Kenapa otakku masih enggan mempercayai bahwa mas Hady berselingkuh? Padahal sudah jelas-jelas aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, rasanya hatiku menangis karena luka.

Bukan.

Bukan berarti aku sudah mencintai mas Hady.

Dan rasa ini bukan cemburu.

Otakku selalu menekankan dua kalimat di atas. Mungkin lebih tepatnya aku merasa nelangsa.

Ah, kalian tidak familiar dengan kata nelangsa, ya? Orang Jawa sepertiku sudah tidak asing dengan kata nelangsa, atau kata lainnya sedih.

Sedih karena lelaki yang orang tuaku yakini bisa menjagaku dengan baik.

Sedih karena lelaki yang aku harap bisa menyempurnakan kekuranganku.

Sedih karena lelaki yang aku harap bisa memberitahukanku tentang bagaimana rasanya saling mencintai dengan orang yang sebelumnya asing bagi kita.

Sedih karena lelaki yang orang tuaku harap bisa membimbingku menuju surga.

Nyatanya.

Tengah asik memadu cinta dengan wanita lain yang bukan mahramnya.

Mungkin dari sini Tuhan ingin memperingatkanku, bahwa jangan pernah berharap lebih pada manusia atau kau akan merasa kecewa.

Aku pun tak bisa membayangkan bagaimana reaksi orang tuaku dan orang tua mas Hady jika tau bagaimana kelakuan mas Hady.

Aku tak bisa membayangkan bagaimana kecewanya mereka.

Tuhan... Apakah takdirku semenyedihkan ini?

Air mata yang aku tahan di pelupuk mata berhasil lolos begitu saja ketika mbak Zana membawaku ke dalam pelukannya, tangannya mengusap punggung dan kepalaku dengan lembut.

My Husband My Heaven ✖ DKS ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang