"Mau ngapain?"
"Masak mas, masa mas mulu yang masak. Kan istrinya aku"
"Ngga! Aku aja! Lagian masak itu ngga selalu tugas istri! Udah kamu duduk aja. Mau makan apa?"
"Yaudah, deh. Aku nonton mas aja kayak biasa. Mau sayur brokoli, ya mas?"
"Oke sayang, tunggu ya"
Beberapa bulan setelah di rawat rumah sakit, mas Hady semakin posesif padaku.
Ia bahkan tak mengijinkanku untuk masak sendiri. Paling-paling, aku hanya diijinkan untuk membantu menyiapkan bahan atau duduk saja menonton.
Flashback
Sebenarnya, Hady tak tega memarahi istrinya. Ia merasa menyesal telah bersikap kasar kepadanya.
Ini semua karena dirinya merasa lelah dan pusing dengan urusan pekerjaan. Jadi jangan salahkan dia jika marah.
Bukankah orang yang tengah merasa lelah memang mudah tersinggung dan marah?
Setelah merasa sedikit tenang, Hady kembali memasuki ruang rawat sang istri.
Dihampirinya sang istri yang tengah tertidur lelap. Sepertinya, ia lelah setelah berjam-jam menangis.
Ia meraih tangan istrinya dan mengecup penuh kasih sayang.
"Kasian sampai sembab matanya, maaf ya. Aku ngga bisa nahan emosi gara-gara capek sama pekerjaan" ucapnya sambil mengusap punggung tangan istrinya yang tersambung dengan selang infus.
"Sakit ya diinfus gini? Aku ngga tega liat tangan kamu ngga bergerak bebas karena infusan ini. Tapi mau gimana lagi? Kamu sendiri yang ngga bisa jaga diri"
Lalu jarinya berpindah ke jari sang istri yang terbalut plester luka karena pecahan gelas kemarin.
"Ini juga pasti sakit, ya? Harusnya kamu biarin aja pecahannya, atau nunggu aku biar aku yang beresin. Kalau gini kan, jadi kamu yang luka"
Tanpa ia sadari, Yola sudah terbangun sejak ia mengusap punggung tangannya.
Tapi, Yola lebih memilih tetap memejamkan mata supaya bisa mendengar apa yang suaminya ucapkan.
"Masih untung Allah cuma bikin kamu sakit, bukan ngambil lagi titipannya. Kamu bisa bayangin ngga kalau gara-gara kecerobohanmu, Allah bikin kita kehilangan calon anak kita? Aku masih bersyukur karena kamu cuma dirawat di rumah sakit" Hady terkekeh kecil karena ucapannya sendiri.
Yola mulai mencerna ucapan sang suami.
Tanpa terasa, air matanya kembali menetes walaupun matanya masih terpejam.
Hady yang menyadari ada butiran air yang membasahi pipi sang istri, langsung terdiam dan melepas tautan tangan mereka.
"Kamu...ngga tidur?" tanyanya gugup.
Yola membuka mata dan menatap suaminya dengan mata sembab.
"Maaf" ucapnya tanpa suara.
Tanpa menjawab, Hady hanya bisa mengangguk dan tersenyum. Ia membantu istrinya yang ingin duduk, lalu membawa ke dalam dekapannya.
Setelah merasa lebih baik, Hady menjauhkan tubuhnya dan menciumi setiap bagian wajah sang istri.
Mulai dari mata, dan berakhir dengan lumatan lembut di bibir sang istri.
Lagi-lagi, air mata membasahi pipi Yola.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband My Heaven ✖ DKS ✅
Fanfiction"Kalau bukan karena perjodohan, ga sudi gue nikahin lo" "Biarpun kita menikah karena perjodohan, tapi biarkan saya berusaha menjadi istri yang baik untukmu" Banyak yang bilang kalau nikah karena perjodohan itu akan berakhir dengan perceraian. Apakah...