29

1.9K 96 65
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka, jadi kalau ada yang ngga sesuai sama kenyataan atau beda sama ilmu medis, aku minta maaf. Karena, aku bukan anak kesehatan ataupun kedokteran 😭 mohon dimaklumi.

Awas banyak typo :)

...

Seperti rencana sebelumnya, selepas subuh kami langsung membereskan barang bawaan berupa kardus yang berisi banyak sekali oleh-oleh.

Ibu dan ayah saja sampai heran kenapa mas Hady bisa membawa lima kardus besar yang hanya berisikan aneka makanan.

"Kan emang niat Hady mau bagi-bagi ke tetangga dan juga saudara lainnya, bu" alibi mas Hady ketika ibu bertanya untuk apa makanan sebanyak ini.

"Yasudah, bantu bungkusin, ya! Habis itu kalian berdua yang anter-anterin" perintah Ayah.

Mas Hady hanya mengangguk patuh. Lalu, kami mulai sibuk membungkus makanan tersebut.

"Sebentar" ucap mas Hady setelah semua makanan terbungkus rapi.

Ia mengambil kunci mobil lalu keluar rumah dan kembali dengan membawa sebuah kardus dan sebuah kantong plastik besar.

"Ada lagi, mas?" tanyaku menatap mas Hady heran.

"Ini buat ayah sama ibu" ucapnya sambil meletakkan bawaannya di meja makan.

"Banyak banget yang buat kami, Dy" kata ibu.

"Ngga apa-apa, soalnya kan jarang-jarang Hady sama Yola main ke sini, bu"

"Makasih, ya. Ayah ngga salah pilih kamu jadi suaminya Yola" puji ayah dengan bangga.

Sontak semua tertawa kecuali aku.

"Ibu...laper"

Keluhanku berhasil membuat mereka berhenti tertawa dan menatapku.

"Bukannya kamu habis makan kue bolu tadi?!" tanya ayah heran.

"Masih laper, ayah" jawabku merengek.

"Pantes aja makin lebar badan kamu, naik banyak ya beratnya?"

Aku hanya menjawab pertanyaan ayah dengan anggukan.

"Emang ngga bahaya gitu kalau berat badan kamu naik drastis?!"

Pertanyaan ibu sontak membuatku terdiam. Otakku seolah membenarkan pertanyaan beliau.

Bagaimana jika ternyata itu memang berbahaya?

Apa yang akan terjadi denganku dan janin dalam kandunganku?

"Em...sayang, kamu mau makan apa?" tanya mas Hady memecah keheningan di antara kami.

Aku menggeleng pelan.

"Kalau gitu, kamu temenin Hady keluar, gih! Jalan-jalan, biar dia tahu daerah sini juga. Ke CFD juga boleh" usul Ayah yang disetujui oleh ibu dengan anggukan.

"Tapi..."

"Ayo, temenin aku, ya? Masa iya aku ngga tau daerah tempat tinggal istri aku"

Aku menghela napas pasrah dan mengangguk.

"Pakai motor ayah aja, kalau mobil susah cari parkirnya" saran ayah.

"Iya, yah. Kuncinya?"

"Itu di laci samping televisi. Tapi, adanya motor bebek. Yang matic sama yang sport lagi masuk bengkel" jawab ayah.

Mas Hady mengangguk, lalu ia menoleh padaku dan memandangiku intens dari atas sampai bawah.

"Ngga perlu ganti baju, ya?"

My Husband My Heaven ✖ DKS ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang