22

2.1K 101 22
                                    

Tanpa menunggu mas Hady selesai dengan urusannya di telpon, aku masuk ke ruangannya.

"Assalamualaikum"

Tampaknya ia terkejut akan kedatanganku.

"Waalaikumssalam"

"Udah dulu, ya. Istri gue balik" kata mas Hady sebelum menutup telpon dan tersenyum padaku.

"Siapa, mas?" tanyaku sembari menyiapkan makananan.

"Bang Ilham" jawabnya setelah menaruh ponsel di atas nakas.

"Mas mau mecat siapa?"

Mata mas Hady membulat menatapku. Sepertinya, ia tak menyangka jika aku mendengar percakapannya dengan bang Ilham di telepon.

Ia berusaha menatapku sebiasa mungkin.

"Kamu beli makan apa?"

Apakah ia berusaha mengalihkan pembicaraan?

"Nasi rames, mas"

"Mau, dong. Makan berdua, ya?"

Aku hanya mengangguk dan mulai menyuapinya perlahan.

"Orang yang ngeghibahin kamu kemarin...dia nilep uang kantor" ucapnya ditengah-tengah kegiatan makan.

Rasanya aneh, karena mas Hady tidak pernah makan sembari mengobrol.

"Aku udah bilang bang Ilham suruh pecat dia" lanjutnya.

"Kenapa bukan mas sendiri yang pecat dia?"

"Kan aku masih di rumah sakit, sayang. Kita aja belum tau kan aku bisa pulang kapan? Kalau nunggu aku pulih, bisa-bisa kita ketahuan dan dia kabur duluan"

Astaga...kenapa kamu bodoh sekali, Yola!

"Maaf, ya. Kemarin aku kebawa emosi karena capek"

"Kenapa mas ngga cerita sama saya?"

"Aku ngga mau kamu jadi kepikiran"

"Tapi kan, saya istri mas..."

Kenapa tiba-tiba aku merajuk seperti ini?

Tingkahku justru membuat mas Hady merasa gemas. Buktinya, ia tertawa dan mencubit pipiku.

"Iya, maaf ya. Aku cuma ngga mau kamu jadi kepikiran"

"Kemarin waktu ada yang ngeghibahin saya, mas juga marah karena saya ngga cerita. Sekarang, mas juga gitu, ngga mau cerita sama saya. Terus, kalau saya marah, salah gitu?"

Astaga, Yola pakai nanya segala! Sudah jelas salah jika istri marah pada suami hanya karena alasan sepele!

"Ngga salah, sayang"

Tidak terasa, makanan kami telah habis. Tanpa bicara sepatah kata pun, aku segera membereskan barang-barang bekas makanan kami.

"Sini, deh" kata mas Hady menyuruhku mendekat.

"Kenapa?"

Ia menggeser tubuhnya dan menepuk kasur di sebelahnya. Mengisyaratkanku untuk tidur di sebelahnya.

"Sempit, mas"

"Ngga, kok"

"Saya bisa tidur di sofa"

"Tapi aku kangen tidur bareng di ranjang rumah sakit, kayak dulu waktu kamu sakit"

"Hah?"

"Waktu pertama kali kita baikan"

Aku semakin mengerutkan dahi mendengar ucapan mas Hady.

"Ah, lama!"

"Eh?!"

My Husband My Heaven ✖ DKS ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang