Part ini tidak ada hubungannya dengan part sebelumnya ataupun part berikutnya.
Dan yang masih di bawah umur, harap menyingkir 😹
...
"Mas..." panggilku pelan berusaha membangunkan mas Hady dari tidurnya.
"Hm?" gumamnya tanpa membuka mata.
"Ayo tahajjud"
"Kamu mandi dulu, kalau udah selesai bangunin aku"
"Mas, ih..."
Ceklek...
"Ayah...bunda"
Mata mas Hady langsung terbuka ketika mendengar suara Naufal.
Naufal Zaki Alkhalifi, anak pertama kami yang baru berusia 3 tahun. Meskipun usianya masih tergolong muda dan bicaranya belum terlalu jelas, tapi aku kagum pada semangatnya dalam beribadah.
"Eh sayangnya bunda, sini nak" perintahku padanya, ia mendekat sambil menunjukan senyuman khasnya.
"Ayah ndak boyeh mayes banun! Opan masih keciy aja udah banun, udah siap mau soyat. Masa ayah masih tiduyan? Kayau ayah mayes, biay Opan aja yan jadi imam bunda!" celotehnya panjang lebar.
Sifatnya memang sedikit berbeda dengan mas Hady.
Jika suamiku lebih sering bersikap dingin dan irit bicara di depan orang lain, maka Naufal akan bersikap berbeda.
Ia cenderung mudah akrab dan banyak berbicara. Entah kepada orang yang akrab dengannya, atau yang tidak sekalipun.
Mungkin, sifat cerewetnya merupakan turunan dariku dan juga ibuku.
"Kata siapa ayah males? Ini ayah bangun!" ucap mas Hady yang langsung mendudukan dirinya di kasur.
"Kamu boleh jadi imam bunda, tapi nanti kalau kamu udah gede dan saat itu ayah ngga di rumah!" lanjut mas Hady.
"Biayin! Opan mau imamin bunda, soaynya ayah mayes banun, wek! Ayo bunda kita soyat" ajaknya sambil menarik tanganku, memintaku berdiri.
"Ayo, sayang" balasku padanya.
Mas Hady hanya mengerucutkan bibirnya dan turun dari kasurnya.
"Biar ayah yang jadi imam"
"Opan!"
"Ayah!"
"Opan!"
"Ayah!"
Dasar dua laki-laki keras kepala ini, tidak ada satupun dari mereka yang mau mengalah jika seperti ini.
"Stop!!" teriakku menghentikan mereka.
"Bunda mau shalat sendiri aja kalau kalian gini!" lanjutku.
Aku menengok ke arah mas Hady dan menatapnya kesal.
"Mas juga...ngga mau banget ngalah sama anak. Terserah kalian, deh! Bunda mau mandi dulu!"
Aku berlalu dari mereka untuk menuju kamar mandi. Sebelum benar-benar menjauh, aku mendengar suara Naufal yang bertanya sesuatu pada suamiku.
"Kok bunda mandi duyu, yah? Eman ndak dinin? Kenapa hayus mandi? Bukannya cuma wudhu ya?"
"Soalnya bunda sama ayah mau buatin Opan adik"
...
"Dah ayah. Nanti puyannya bawain Opan jajan, ya" ucap Naufal ketika mas Hady berpamitan hendak berangkat.
"Cokelat, kan?" tanya mas Hady yang di balas anggukan mantap dari si penanya.
"Nanti giginya sakit kalau kebanyakan makan cokelat. Opan bantuin bunda masak aja nanti, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband My Heaven ✖ DKS ✅
Fanfic"Kalau bukan karena perjodohan, ga sudi gue nikahin lo" "Biarpun kita menikah karena perjodohan, tapi biarkan saya berusaha menjadi istri yang baik untukmu" Banyak yang bilang kalau nikah karena perjodohan itu akan berakhir dengan perceraian. Apakah...