Typo bertebaran :)
...
Gara-gara ucapan mas Hady kemarin, aku jadi merasa semakin manja dan tak terkendali di depannya.
Maksudnya tak terkendali adalah seperti suka tiba-tiba ngambek dan menangis.
Mungkin juga bawaan dari calon bayi.
Seperti pagi ini. Selepas sholat subuh, aku meminta untuk duduk di pangkuannya.
Padahal, peralatan ibadah kita saja belum dibereskan.
"Mas, tadarus dong. Anak kita pengin denger ayahnya ngaji" pintaku seraya tersenyum lebar.
"Boleh, mau surat apa?"
"Apa aja, deh"
Mas Hady mengangguk, ia mengecup pipiku gemas sebelum membuka Alquran.
Lalu, ia mulai membaca dengan suara merdunya.
Terlalu menghayati, air mataku keluar begitu saja. Padahal, baru satu halaman yang terbaca.
Menyadari bahuku yang bergetar kecil karena menangis. Mas Hady menghentikan bacaannya.
"Loh...ini kenapa istri aku malah nangis, hm?" tanyanya selembut mungkin.
Aku membalikkan badan dan memeluknya.
"Kenapa sayang?" tanyanya sekali lagi.
Tangannya bergerak mengusap lembut punggungku.
"M..mas bacanya bagus banget" ucapku yang masih sesegukkan.
"Aku kan jadi terharu" lanjutku.
Ia hanya terkekeh mendengarnya. Tangannya beralih untuk menangkup wajahku dan mengusap air mataku dengan lembut.
"Menghayati banget, ya?"
Aku mengangguk. Lagi-lagi dia terkekeh dan berakhir dengan mencubit pipiku.
"Pipi aku makin lebar gara-gara dicubitin mulu sama mas"
"Dari dulu juga udah lebar kali"
"Jadi, secara ngga langsung mas ngatain dulu aku gendut?"
Menyebalkan sekali! Wanita mana yang suka jika dibilang gendut? Padahal mungkin memang itu kenyataan.
Lebih menyebalkan lagi, mas Hady hanya tertawa menanggapinya.
Aku menatapnya kesal, lalu berdiri dan merapikan peralatan sholat.
"Mas nyebelin!"
...
"Yola...kamu marah sama mas, ya?" tanya mas Hady tepat di belakangku.
Karena saat ini, aku tengah tiduran di ranjang dengan posisi membelakangi pintu kamar.
"Maaf deh kalau mas ngeselin"
"Yola..." panggilnya sekali lagi.
Kenapa tiba-tiba ia memanggil dengan namaku?
Ah, atau aku yang terlalu sensitif?
Melihat bahuku yang sedikit bergetar, ia membalikkan badanku perlahan.
"Kenapa nangis lagi?" tanyanya selembut mungkin.
"Aku ngeselin banget, ya?" tanyanya lagi.
Tidak menjawab, aku masih asik menunduk dan menangis.
"Jawab dong kenapa? Jangan diem aja. Kalau kamu ngga kasih tau, aku ngga bakal sadar sama kesalahan aku. Ayo cerita kenapa"
"Kenapa mas manggil aku Yola?" tanyaku dengan suara parau.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband My Heaven ✖ DKS ✅
Fiksi Penggemar"Kalau bukan karena perjodohan, ga sudi gue nikahin lo" "Biarpun kita menikah karena perjodohan, tapi biarkan saya berusaha menjadi istri yang baik untukmu" Banyak yang bilang kalau nikah karena perjodohan itu akan berakhir dengan perceraian. Apakah...