Selamat datang di part terakhir!! Haha...
...
"Bayi ibu dan bapak...tidak terselamatkan"
Deg...
"Ngga mungkin...Haah!!!"
Mendengar perkataan sang dokter, rasanya aku semakin lemas.
Jika saja aku kehilangan kewarasan, aku memilih untuk melepas alat bantu pernapasan ini dan pergi menyusul anakku.
Melahirkan memang sakit, tapi rasanya lebih sakit lagi ketika melihat suamiku menangis.
Dan ayah serta ibu yang entah sejak kapan sudah berada di ruangan ini juga turut menyumbang air mata.
"Ngga mungkin, dok. Sebelumnya bayi dan ibunya sehat-sehat saja. Kenapa mendadak bayinya meninggal?!"
"Kehendak Tuhan tidak ada yang tahu, pak. Kami sudah berusaha semampu kami. Tapi kalau sudah garis takdirnya seperti ini, kami tidak bisa merubahnya"
"Ngga mungkin, dok! Anak saya tidak menunjukkan gejala sakit apapun sewaktu masih hamil!" ucap ibu dengan air mata yang terus mengalir.
"Pak, Bu, saya mohon maaf. Ini semua di luar kemampuan saya, saya tidak bisa melawan takdir Tuhan"
Mas Hady menggeleng pelan, ia mendekat ke arahku. Dengan sisa tenaga yang ada, aku berusaha untuk tersenyum di depannya.
"Sayang...anak kita" ucapnya parau.
"Ikhlaskan, mas. Allah lebih menyayanginya" jawabku pelan.
Sebisa mungkin, aku harus menguatkan suamiku. Meskipun aku sendiri juga merasa bersedih atas takdir ini.
Mas Hady mengangguk dan mengusap air mataku lembut.
"Kenapa Allah ngasih kita cobaan kayak gini?" tanyanya lirih.
"Karena Allah tahu bahwa kalian kuat dan bisa melewati ini. Bukankah, Allah tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan umat-Nya?" jawab ayah yang kini sudah berdiri di samping mas Hady.
Beliau memegang bahu suamiku dan berusaha menguatkan, meskipun aku tahu ayah juga merasa sedih dan kehilangan. Semua itu tersirat di dalam mata ayah yang terlihat berkaca-kaca.
Ibu pun turut mendekat dengan berlinang air mata.
"Kamu yang sabar ya, nak. Allah menyayangimu"
Sekuat hati, aku berusaha meyakinkan ibu dengan senyuman bahwa aku tidak apa-apa.
"Kamu ikhlas, nduk?"
"Insyaallah, ikhlas bu"
"Alhamdulillah"
"Aku boleh melihat anakku untuk yang pertama dan terakhir kalinya? Bolehkah memegangnya?" tanyaku lemas.
Bahkan sedari tadi suaraku terdengar seperti orang berbisik.
Mas Hady mendekat ke sang dokter dan mengatakan permintaanku. Untunglah dokter menyanggupinya.
Hingga seorang perawat mendekat sambil menggendong bayiku. Melihat itu, mas Hady mengambil alih dan menggendongnya.
Ia mendekatkannya padaku, menempelkannya tepat di bagian jantungku.
Dengan sisa tenaga yang ada, aku berusaha untuk mengelus pipi halusnya.
"Tampan, persis seperti kamu, mas" ucapku pelan.
Mas Hady tersenyum pilu dan mengangguk, menyetujui ucapanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband My Heaven ✖ DKS ✅
Fanfiction"Kalau bukan karena perjodohan, ga sudi gue nikahin lo" "Biarpun kita menikah karena perjodohan, tapi biarkan saya berusaha menjadi istri yang baik untukmu" Banyak yang bilang kalau nikah karena perjodohan itu akan berakhir dengan perceraian. Apakah...