Sesampainya di rumah, orang tua dan mertuaku menyambut kedatangan kami.
Ibuku langsung mengajak kita untuk makan.
"Yola mau taruh koper dulu ke kamar ya, bu" izinku pada ibu.
"Minta tolong Hady aja, kamu kan baru sembuh" ucap ibu mas Hady sembari menata piring di meja makan.
"Dy! Gimana sih, kamu! Istri baru sembuh malah disuruh bawa koper gini! Sana kamu yang bawa ke kamar!" lanjut ibu mas Hady mengomeli mas Hady yang baru saja memasuki rumah.
"Iya, bu. Maaf Hady habis parkirin mobil tadi. Sini kopernya, Yol!"
Mas Hady langsung memasukkan koper ke kamarnya.
Kereta pertanyaan kembali mendatangiku.
Kenapa mas Hady memasukkan koperku ke kamarnya? Apa karena ada orang tua kita? Pencitraan?
"Heh! Kok ngalamun? Ayo makan, belum makan, kan?" ucap ibu mengejutkan.
"Astaghfirullah, kaget Yola, bu"
"Ya kamu, di suruh makan malah ngalamun! Kemasukan setan tau rasa!"
"Ibu kok malah doain Yola gitu?" ucapku merajuk.
Aku mengekori ibu menuju meja makan, di sana sudah ada ayah, dan juga kedua mertuaku.
"Kan ibu cuma ingetin, Yol. Ngga usah merajuk, ah. Ngga malu tuh sama suami?" ucap ibu menunjuk mas Hady yang tengah berjalan menuju kami.
"Udah, bu, Yol. Mending makan aja" ajak ayahku.
Akhirnya kami menghabiskan makanan yang tersaji dalam keadaan hening, dan memulai obrolan kembali setelah semua selesai makan.
...
"Belum tidur, Yol?" tanya mas Hady padaku yang tengah menonton televisi.
Ia kemudian mendudukan dirinya di sofa kosong sebelahku.
"Udah jam 10 malam, loh" lanjutnya setelah melihat jam di dinding.
"Belum ngantuk, mas"
"Ngga ke kamar aja? Istirahat gitu"
Memang, setelah selesai makan malam aku langsung menonton televisi.
Niat hati ingin membantu ibu membereskan piring kotor, tapi beliau melarangku.
Alhasil, aku memilih menyalakan televisi dan entah menonton apa. Pikiranku justru berkelana ke sikap aneh mas Hady.
"Kamar saya dipakai ayah sama ibu, paling saya tidur sini, mas" ucapku.
Seketika aku tersadar sesuatu. Aku membelalakan mata menghadap mas Hady.
Mas Hady hanya menaikkan alis kanannya seolah berkata "kenapa?"
"Kalau ayah dan ibu tidur di kamar saya, berarti mereka tau kita pisah kamar, mas? Kan barang-barang saya ada di kamar itu. Nanti kalau mereka marahin mas Hady, gimana? Udah kena marah ayahnya mas Hady masa mau kena marah sama orang tua saya juga, mas?" tanyaku panjang lebar, sedikit berbisik.
Ya, takut mertuaku yang tidur di kamar bawah mendengar obrolan kami. Karena, suasana rumah sudah sepi. Tapi kan, tetap takut kalau tau-tau orang tua mas Hady belum tidur di kamar.
"Oh iya! Gue lupa! Gimana, Yol?"
"Duh, gimana ya? Saya tidur sini aja kali ya, mas?"
"Ya...ya jangan lah! Lo sama gue aja"
Aku dapat melihat netra mas Hady bergerak kesana kemari seperti orang gelisah.
"Lo..lo tega kalau gue dimarahin bokap lo?" tanyanya kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband My Heaven ✖ DKS ✅
Fanfiction"Kalau bukan karena perjodohan, ga sudi gue nikahin lo" "Biarpun kita menikah karena perjodohan, tapi biarkan saya berusaha menjadi istri yang baik untukmu" Banyak yang bilang kalau nikah karena perjodohan itu akan berakhir dengan perceraian. Apakah...