Waktu memang berlalu sangat cepat.rasanya baru kemarin aku memulai dunia perkuliahan.
Kemudian dijodohkan dengan mas Hady, dan belajar sabar dengan sikap mas Hady di awal pernikahan.
Ada rasa ingin menyerah ketika menghadapi Vani.
Berjuang mati-matian untuk tugas akhir. Munculnya sosok wanita yang mencintai mas Hady sejak SMA.
Dan tidak terasa, besok aku akan wisuda.
Nyatanya memang tiap detik terlalu berharga untuk dilupakan begitu saja.
"Mas, temenin saya ke pasar, ya" pintaku pada mas Hady yang tengah bersantai di teras depan pagi ini.
"Siap bu bos, mau kapan?"
"Kopi mas udah habis?"
"Tinggal dikit, kenapa?"
"Tunggu mas habisin kopi, deh"
Mas Hady mengangguk lalu ia menenggak kopinya hingga habis.
"Udah habis, nih. Yuk sekarang aja, takut makin siang"
"Tapi jalan aja ya mas, kan deket"
Mas Hady mengacungkan dua jempolnya. Lalu kami bersiap-siap untuk ke pasar.
"Mas mau ke pasar apa mau kencan, sih?" tanyaku ketika melihat penampilan mas Hady.
Bukannya berganti pakaian, ia malah tersenyum dengan jari tengah dan telunjuknya terangkat.
"Kalau bisa dua-duanya kenapa engga?"
Dasar suami!
...
"Kamu kenapa, sih?" tanya mas Hady ketika kami berjalan di pasar.
"Ngga apa-apa"
"Bohong!"
Tidak menanggapi mas Hady, aku lebih memilih untuk belok ke penjual sayuran dan memilih beberapa sayuran.
"Suaminya, bu?" tanya si ibu penjual.
"Iya, bu" jawabku sambil tersenyum.
"Gantengnya"
Hah...
Entah sudah berapa kali aku mendengar ibu-ibu pedagang di pasar ini berkata seperti itu padaku.
Iya-iya suamiku memang tampan, lalu kalian mau apa? Merebutnya? Silakan saja kalau dia mau!
Aku hanya tersenyum dan cepat-cepat memilih sayuran.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband My Heaven ✖ DKS ✅
Fiksi Penggemar"Kalau bukan karena perjodohan, ga sudi gue nikahin lo" "Biarpun kita menikah karena perjodohan, tapi biarkan saya berusaha menjadi istri yang baik untukmu" Banyak yang bilang kalau nikah karena perjodohan itu akan berakhir dengan perceraian. Apakah...