7

3.7K 203 16
                                    

"Lo aruh garamnya sebungkus, Vin? Asin bener" ucap bang Yosep.

Iya, bang Yosep dan bang Rafael yang hendak mengambil minuman di dapur, mendadak menjadi pengganggu antara Vani dan mas Hady yang tengah menyantap masakan Vani.

"Ngebet kawin lo sampai masakannya keasinan?" tanya bang Rafael.

"Sumpah ya, dy. Kalau gue mending makan masakannya Yola. Enak, ga keasinan, nagih, pas banget di lidah pokoknya" lanjutnya.

"Lo berdua diem, deh! Ganggu acara gue sama bang Hady aja!" ucap Vani geram.

Aku hanya terdiam menatap mereka dari ruang tengah. Sementara yang lain, masih asik dengan film di layar.

"Jangan diliatin terus kalau itu bikin kamu sakit hati" ucap mbak Zana tiba-tiba membuatku terkejut.

"Kamu harus tahu, kesehatan mentalmu lebih penting dari apapun" lanjutnya yang berhasil membuat kedua sudut bibirku terangkat.

...

Malam semakin larut. Semua teman mas Hady dan juga temanku mendadak minta menginap. Mungkin Vani juga...

"Bang, anterin Vani pulang dong"

oh, syukurlah. Ku pikir, ia akan menginap juga.

Tanpa basa-basi, mas Hady langsung mengambil kunci mobilnya dan berjalan keluar.

"Dy, nitip jagung bakar dong" kata bang Patrick sebelum mas Hady menjauh.

"Gue nitip bubble tea, bang" teriak bang Yosep.

Mas Hady menghentikan langkahnya dan menatap kami semua yang duduk di depan layar televisi.

"Udah? Cepet yang mau titip lagi. Gue ngga bisa lama-lama"

Perkataan mas Hady sontak membuat mereka berebut untuk titip membeli makanan, kecuali aku.

"Lo ngga nitip, Yol?" tanya Citra ketika tubuh mas Hady sudah tak tertangkap netra kami.

"Engga, ngga pengin apa-apa gue"

"Cuma lo doang yang ngga nitip" tambah Ayu.

"Ya terus? Lo berdua juga kenapa tiba-tiba sok akrab banget pake ikutan nitip"

"Gue laper, tapi mager"

"Tapi nyesel juga gue. Padahal gue lagi pengin gula-gula yang di alun-alun" kataku lirih.

"Nah kan! Salah sendiri gengsian!"

...

Satu jam kemudian mas Hady kembali ke rumah dalam keadaan basah kuyup.

Tangannya kirinya penuh dengan kantong plastik, dan juga tangan kanannya membawa...

gula-gula?

Gula-gula besar berbentuk bunga berwarna merah dan biru. Lucunya.

"Nih" ucap mas Hady memberikan gula-gula itu padaku.

"Eh? Buat saya, mas?" jawabku sedikit terkejut.

Mas Hady mengangguk.

"Wah, ikatan batin suami istri emang beda ya" ledek bang Raden pada kami.

"Maksudnya?"

"Engga mas, asal ngomong doang bang Raden"

Aku memberikan tatapan memohon kepada mereka supaya mereka tidak membocorkan perihal aku ingin makan gula-gula tadi.

Tapi, tampaknya Tuhan tidak ingin aku merahasiakannya, karena---

"Tadi Yola bilang pengin gula-gula, dy. Eh pas banget lo pulang bawa gula-gula"

My Husband My Heaven ✖ DKS ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang