32

4K 206 3
                                    


Di esok hari yang begitu mengguncang rasa semangat. Hari yang begitu dinanti nanti dalam dua puluh empat jam. Adam tidak menyangka akan seperti ini ujung nya, tapi membuat nya saat bahagia. Ia amat amat bersyukur pada Sang penentu skenario terindah. Sangkaan buruk yang selalu terpikir di dirinya kini Allah sudah memutuskan nya dengan mengeluarkan rencana
Nya. Kini, hanya rasa bersalah saja yang bisa dirasakan pada Sang Khaliq.

Adam kini masih mengemas barang yang tersisa. Mungkin tiga hari Adam akan berada di Medan. Dan setelah nya, ia akan membawa Ocha kembali ke Bandung, InsyaAllah..

"Adam" Hawa, seseorang yang masuk ke dalam kamar Adam dengan Adam yang masih berkutik dengan koper nya.

"Hmm" Panggilan dari sang kakak tidak membuat Adam berhenti dengan aktivitas nya.

"Aku ikut ya" Ucap Hawa dengan ekspresi serius, dan hal itu membuat Adam berhenti dengan apa yang dilakukan nya sekaligus menoleh ke arah nya.

Adam menghadapkan dirinya pada Hawa disamping nya.

"Dengerin ya, lo gak perlu ikut. Pernikahan lo itu tinggal beberapa hari lagi. Lo harus persiapkan semua nya buat nanti. Lo gak usah khawatirin gue. Gue gak mau buat lo kerepotan. " Ujar Adam membalas tatapan serius dari Hawa.

"Dam, pliss.. Aku ingin ikut memantau semua akan baik baik saja. Aku ingin memastikan bahwa Ocha benar benar akan pulang kesini. Lagian semua persiapan pernikahan aku udah selesai semua kok dari waktu itu, kecuali satu, yaitu kehadiran Ocha disamping kamu. Aku gak mau kamu ada di pernikahan aku tanpa kehadiran Ocha" Jelas Hawa.

Mendengar penuturan itu, membuat Adam benar benar luluh. Ia menatap haru pada sosok kembaran nya itu. Rasa haru yang mendalam membuat akhirnya Adam memeluk Hawa dengan erat. Hawa dibuat terkejut. Karna dipeluk oleh Adam adalah sesuatu hal yang jarang Hawa rasakan. Dan sekali merasakan saat ini, membuatnya sangat senang. Ia pun membalas pelukan Adam.

"Makasih ya, lo udah banyak perhatian sama gue. Lo udah banyak ngutarain kasih sayang lo ke gue. Lo selalu mampu menjadi seorang kakak yang terbaik buat gue. Gue banyak hutang budi sama lo. Makasih.. "

Hawa tersenyum mendengar ungkapan itu. Ungkapan yang jarang di ungkapkan, tetapi sebenarnya diinginkan sekali untuk di ungkapkan setiap hari. Dan ketika Hawa akan menjawab..

'Ekhem.. '

Suara Zaina yang mengejutkan kedua nya, sehingga mereka melepaskan pelukan nya. Zaina tersenyum dibalik cadar nya. Kemudian ia menghampiri kedua anak tiri nya itu.

"Ya ampun, harus nya Bunda gak ganggu momen langka tadi ya" Sindir nya langsung menyinggung Adam dan Hawa.

Mereka hanya diam diam canggung dan bingung harus menjawab apa. Seperti maling yang tertangkap basah saat melakukan aksi nya.

"Iya nih, Bun. Hawa pengen dipeluk katanya" Jawab asal Adam.

"Apaan sih!, enggak kok.. Adam sendiri yang meluk Hawa" Bantah Hawa.

"Sudah sudah.. Hari ini Adam akan pergi ke Medan kan?. Bunda ingin memastikan apakah semua perlengkapan sudah di siapkan? "

"Sudah, Bun. Oiya, Hawa katanya tetap mau ikut, Bun. Boleh? " Tanya Adam.

"Boleh ya, Bun.. Boleh ya? " Bujuk Hawa.

Zaina diam sejenak untuk berfikir.

"Kuliah mu bagaimana kalo kamu ikut pergi? " Tanya Zaina.

"Cuma tiga hari kok gak lama. Ayah juga udah izinin kalo Hawa ikut Adam"

Tidak lama Zaina pun mengangguk mengiyakan. "Ya sudah kalo begitu, Bunda juga izinkan"

Cintaku Badboy[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang