Nama gue Fajar, usia 20 tahun yang masih menempuh pendidikan perguruan tinggi di salah satu kota dengan universitas terbaik di Indonesia. Kebetulan gue berasal dari luar kota tempat gue menempuh pendidikan, sehingga membuat gue harus tinggal di kos-kosan. Selama 2 tahun ini, gue sudah bergonta ganti tempat kosan karena gue anggap kosan yang gue tempati tak nyaman, alasan lainnya juga karena tidak ada pria yang menarik perhatian gue di sana. Sampai akhirnya gue menemukan 1 kosan yang cukup jauh dari lokasi kampus gue, kos-kosan khusus pria yang terdiri dari 5 kamar. Kosan ini merupakan kosan umum dimana rata-rata yang tinggal di sini adalah mereka yang sudah bekerja, menyisakan gue sebagai satu satunya anggota pria yang masih berkuliah.
Gue menempati kamar di lantai 2 berseberangan dengan balkon tempat penghuni kosan menjemur pakaiannya. Ketika pagi atau sore saat gue hendak berangkat maupun pulang kuliah, beberapa kali gue berpapasan dengan tetangga kosan gue yang entah sedang menjemur pakaiannya atau hanya sekedar duduk sambil merokok di depan kamar atau balkon. 1 bulan tinggal di sana, gue mulai mengenal teman kosan gue yang berada 1 lantai dengan gue.
Pertama, yang tinggal di kamar paling pojok, bersebelahan dengan kamar mandi, namanya mas Imam, pria usia 27 tahun yang bekerja sebagai satpam. Lalu disebelah kanan kamar gue ada mas Rahmat, seorang guru SMA muda berumur 24 tahun. Sebelah kiri gue ada mas Parno, pria berumur 31 tahun ini bekerja sebagai montir di salah satu bengkel motor. Dan terakhir di kamar paling ujung kiri ada mas Wawan yang berusia 28 tahun dan bekerja di salah satu perusahaan startup.
Seperti yang sudah gue jelaskan, kosan gue memiliki kamar mandi luar saja dan hanya ada 1 di setiap lantainya. Bagi gue penghuni baru, gue awalnya sering terkejut ketika mendapati mas Parno dan mas Wawan yang keluar bebarengan dari kamar mandi.
"Mandi bareng karena jadwal masuk sama, biar ga telat." ujar salah satu dari mereka saat melihat gue sedikit terkejut saat itu.
Pernah gue berkesempatan untuk mandi dengan mas Imam. Saat itu gue baru pulang kampus sore dan gue baru saja masuk ke kamar mandi. Tak lama dari luar ada yang mengetuk pintu kamar mandi dan setelah gue buka, mas Imam telah berdiri di depan kamar mandi hanya dengan handuk kecil yang dililitkan di pinggang, memperlihatkan badan tegap berototnya.
"Jar, gue ikutan mandi ya, udah telat ini." Ujarnya langsung masuk ke dalam kamar mandi.
Gue yang dalam kondisi telanjang sedikit kaget karena saat ini pun tiba. Mas Imam lalu melepaskan handuknya dan nampaklah kontol lemas mas Imam yang berukuran besar, 11 cm walau masih lemas. Ia lalu mulai mengguyur badannya dengan air dan gue hanya terbengong menatap badan berotot pejantan ini.
"Eh Jar, lo kenapa bengong gitu? Kaget ya gue ikutan mandi?" Tanya mas Imam sambil menatap gue.
————
Untuk kalian yang ingin membaca kisah lengkapnya, kalian dapat membacanya di
https://karyakarsa.com/rakarsag
Semua isi kisah lengkap untuk cerita "Para Pejantan" pun telah tersedia di sana.
Terima kasih.
Regards,
Rakarsag————
KAMU SEDANG MEMBACA
Para Pejantan (Random Story)
SonstigesMohon pengertiannya - Cerita mengandung Konten 21++ dengan Tema LGBT Sehubungan adanya musibah yang saya alami pada akun Karyakarsa, saya pun membuat akun baru dengan ALIAS berbeda menjadi "Deansius" dimana kalian bisa menemukan cerita saya pada ht...