Usai makan siang dan membereskan peralatan makan mereka tadi, baik Syabila maupun Fino masih bertahan di tempat semula. Fino tampak melingkarkan tangannya di pundak Syabila. Sementara Syabila menyenderkan kepalanya di bahu Fino. Ia tersenyum ketika Fino sesekali mengecup puncak kepalanya.
Syabila mendongakkan wajahnya agar bisa memandangi wajah tampan sang kekasih. Tangannya pun tergerak untuk menyentuh wajah Fino yang membuat kekasihnya itu tersenyum lembut lantas menggenggam seraya mengecup punggung tangannya.
"Aku beruntung ketemu Aa setelah lepas dari si brengsek itu," ujar Syabila masih dengan senyum manisnya.
"Aa juga beruntung bisa ketemu kamu, Neng. Entah kenapa pas pertama kali ngeliat kamu, Aa udah ngerasa tertarik. Dan siapa sangka akhirnya kita begini 'kan?"
"Heem. Jangan tinggalin aku ya, A."
"Gak akan, Sayang. Aa janji gak bakalan ninggalin kamu. Cinta dan sayangnya Aa cuma buat kamu, calon istri Aa yang cantik tapi mesum," ujar Fino disertai kekehannya yang malah membuat Syabila cemberut. "Tapi enak juga sih punya cewek mesum kayak kamu, pas dicium langsung ngebales gak pake nolak," tambah Fino lagi.
"Apaan sih, A," kilah Syabila dengan wajah merona. Ia memukul pelan dada sang kekasih dan dibalas kekehan oleh Fino.
"Nanti kalau kita udah nikah, kalo bisa jangan malu-malu juga pas mau ngajak Aa begituan ya, Neng," goda Fino seraya mengedipkan sebelah matanya.
"Enggaklah. Ngapain pakai malu-malu segala. Sama Aa ini kok," sahut Syabila. Tangannya yang tadi memukul dada Fino kini berpindah mengelus pipi sang kekasih. "Cium Neng atuh, A "
Fino tersenyum ketika mendengar permintaan kekasihnya itu. Ia dekatkan wajahnya ke wajah Syabila. "Mau dicium di mana emangnya, Sayang?" bisik Fino seraya mengelus bibir Syabila yang tampak mengundang.
"Di mana aja boleh."
Senyum Fino semakin mengembang karena jawaban Syabila itu. Ia pun memiringkan wajahnya hingga hidung mereka bersentuhan. Syabila bahkan sudah menutup mata dengan bibir yang tampak sedikit terbuka seolah mengundang untuk dilumat. Lalu, ia kecup dahi sang kekasih yang sontak membuat kening Syabila bertaut.
"Kok ciumnya cuma di dahi, A?"
"'Kan kata kamu di mana aja boleh," sahut Fino masih lengkap dengan senyum di bibirnya. Bisa ia lihat kekasihnya itu mencebikkan bibir mungilnya itu lantas mengecup bibirnya begitu saja. Syabila jugalah yang menekan tengkuknya agar ciuman mereka terasa lebih intens.
Sebagai seorang laki-laki, tentu saja Fino menyambut ciuman Syabila. Tangannya tergerak untuk mengelus pipi sang kekasih dikala mata Syabila sudah terpejam karena menikmati tautan bibir mereka. Sementara sebelah tangan Syabila yang lain mulai mengelus dadanya hingga berhasil membuatnya menggeram rendah.
Ciuman mereka semakin bertambah liar dan panas ketika lidah mulai ikut berpartisipasi. Napas Syabila bahkan mulai tersengal tetapi ia tak ada niatan untuk menghentikan keintiman mereka itu. Ia bahkan membawa tangan Fino ke dadanya. Hingga akhirnya ia mendesah lirih begitu merasakan remasan lembut pada payudaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredictable Love
RomanceOrang bilang cinta itu datangnya tak terduga. Ia bisa hadir tanpa disadari kapan dan kepada siapa akan berlabuh. Ada pula yang mengatakan kalau benci dan cinta itu beda tipis. Awalnya benci setengah mati pada seseorang tapi lama-kelamaan jadi cinta...