30. Dijodohkan?

7K 834 55
                                    

Hari sudah mulai malam ketika Fino turun dari mobil lalu melangkah memasuki rumah. Tadi sore mamanya menelepon dan memintanya datang makan malam bersama. Ia pun mengiyakan saja tanpa berpikiran macam-macam selain sang papa dan mama yang merindukannya. Tetapi keningnya mengkerut pertanda bingung manakala melihat ada sebuah mobil asing yang parkir di garasi.

Dengan pikiran yang berkelana ke mana-mana, ia pun semakin menggerakkan kakinya melangkah masuk. Sayup-sayup telinganya bisa mendengar pembicaraan yang sepertinya seru sekali dari ruang tamu. Ia pun mempercepat langkah kakinya agar bisa melihat siapa yang sedang bertamu. Namun, keningnya mengernyit ketika merasa tak mengenali tamu itu.

"Eh, kamu udah datang Fino."

Fino tersenyum ketika sang mama menyadari kehadirannya. Ia pun menghampiri dan menyalami tangan mamanya, barulah setelah itu ia menyalami papanya juga.

"Fino, kenalin ini Om Arya dan istrinya, Tante Marsya. Mereka rekan bisnis sekaligus teman akrab Papa sama Mama. Dan ini anak mereka, Liora," ujar Heru, papanya Fino.

Demi kesopanan, Fino menyalami sepasang suami istri yang papanya perkenalkan. Ia juga tersenyum tipis pada perempuan yang tadi papanya sebut sebagai anak dari tamu mereka itu. Pikirannya mulai berkelana dan merangkai apa maksud dari pertemuan ini. Ia sangat berharap kalau papa dan mamanya tidak sedang berusaha menjodohkannya dengan perempuan itu karena ia sendiri sudah memiliki Syabila yang sangat ia cintai.

"Karena Finonya udah datang, mending kita langsung mulai makan malamnya aja," usul Mayang, mamanya Fino. Mereka semua pun melangkah menuju ruang makan.

Fino hanya diam saja seraya mendengarkan pembicaraan orang tuanya dan menyahut sekenanya ketika ditanya. Ia merogoh ponsel di saku celananya begitu merasa benda pipih itu bergetar. Senyum simpul pun terbit di bibirnya saat membaca pesan dari sang kekasih.

"Fino... gak sopan makan sambil main hp. Apalagi ada tamu begini," tegur Mayang ketika melihat anaknya sibuk dengan ponselnya.

Mendengar teguran dari mamanya itu, Fino pun meletakkan ponselnya setelah selesai membalas pesan dari Syabila lantas kembali fokus pada makan malam mereka.

"Om sama Papa kamu ini sudah berteman lama sejak kami kuliah loh, Fino. Dan kami sangat berharap kalau anak-anak kami pun begitu," ujar Om Arya yang diangguki oleh Fino. Kalau sekedar berteman ia tak masalah, tetapi kalau lebih dari itu ia tak bisa. Ada Syabila yang sedang ia jaga perasaannya. Satu-satunya gadis yang ingin ia nikahi.

"Dan satu-satunya cara agar kalian bisa berteman baik ya dengan menjodohkan kalian."

"Uhukkk!"

Bukan cuma Fino yang tersedak tapi perempuan itu juga. Mereka rupanya sama-sama terkejut dengan apa yang barusan didengar. Fino sendiri tak menyangka kalau maksud makan malam dan pertemuan ini akan berujung pada perjodohan. Meskipun begitu, Fino dapat merasa sedikit lebih lega ketika menyadari perempuan itu yang sepertinya juga tidak berminat dengan perjodohan ini. Seenggaknya tidak begitu sulit bagi mereka untuk menolak..

"Kami berharap banyak loh kalian mau menerima perjodohan ini. Kamu setuju 'kan Liora?"

Fino mengamati interaksi papa dan anak itu. Sedikit yang bisa ia tangkap sepertinya perempuan yang bernama Liora itu sudah memiliki kekasih karena terlihat tak berminat pada perjodohan mereka. Namun, perempuan itu pula sepertinya tipe gadis penurut pada orang tuanya jika dilihat dari senyumnya yang terlihat dipaksakan.

"Itu beneran, Ma? Pa?" tanya Fino meminta penjelasan pada orang tuanya langsung. Ia berharap mama dan papanya berkata tidak. Tetapi sayangnya itu hanyalah harapannya semata.

"Iya, Fino. Apa yang dikatakan Om Arya itu benar. Kami berencana menjodohkan kalian," sahut mamanya.

"Gak bisa gitu dong, Ma. Mama kok gak ngasih tau Fino lebih dulu? Fino 'kan pernah bilang kalau Fino udah punya keka-"

Unpredictable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang