Menanti adalah hal yang membosankan. Tapi mengapa aku betah melakukannya. Entah apa yang akan terjadi dipenghujung penantian. Apakah hanya kisahku atau hanya kisahmu ? ataukah mungkin menjadi kisah kita ? ..... "Itu...lagi ada yang populer kan. Gimana kalau kita jual variasi daleman" usul Ana. Ari hampir saja menelan pentol bulat-bulat. "Jual sempak gitu ?" ceplos Ari. "Tangtop ?" selidik Windy. "Bikini ?" sahut Intan. "Boxer ?" tanya Dewa ragu sambil mengelap percikan es di wajahnya. "Eeeh...kok gitu. Bukan, maksudnya daleman jilbab. Kan lagi booming tuh. Ada yang bentuk ninja, rajut, topi" jelas Ana. "Eeeh itu. Lagian yang jelas dong ngomongnya. Jangan ambigu ?" ujar Intan. "Hehe" Ana cengar-cengir malu. "Boleh tuh. Tapi pembelinya terbatas buat cewek doang. Kurang umum. Lagian aku sama Dewa juga malu lah mau promosiin gituan" sanggah Ari diamini Dewa. "Kalau aksesoris HP gimana ? Bisa buat umum kan. Siapa sih jaman sekarang yang nggak punya HP" usul Dewa. "Nah ini mantab. Setuju bro" Ari mengajak tos Dewa. "Ide bagus. Itu juga termasuk kan. Yang dari karet buat ngelapisin HP. Apasih namanya ? Kondom ?" Celetuk Ana. Uhuk...uhukk... Ari keselek pentol. Hidungnya pengar karena kepedesan hingga membuat wajahnya memerah. Sedangkan Dewa menyemburkan es yang di sedotnya hingga keluar melalui hidung. Bahkan baju seragamnya ikut basah. "Kok kondom sih. Silicon Na !" Koreksi Intan. "Casing HP" tambah Windy. "Masa sih. Tapi aku pernah denger kalau namanya kondom" Ana masih tak percaya. "Denger dari siapa ? Sesat tuh orang" sahut Ari. "Plis jangan sebut itu lagi. Bisa bikin salah paham" pinta Dewa. "Emang kondom itu apa ?" tanya Ana polos. Windy dan Intan ikut mengangguk memandang Dewa. Mengisyaratkan kalau mereka sama-sama tidak tahu. Sedangkan Dewa hanya bisa berpandangan dengan Ari. Pikiran mereka sudah melayang terlalu jauh. Cobaan apa ini ? .....