Part 32

7 2 2
                                    

Tanpa sepengetahuan Tania, ternyata keluarganya sedang berada di Korea saat ini. Mereka pergi ke Korea hanya ingin berlibur untuk menghibur diri. Khususnya utk menghibur Evelyn yang keguguran setahun yg lalu. Dan belum lama ini ia divonis akan sulit mempunyai anak lagi. Seluruh keluarga dan Ken tentunya mencoba menghibur Evelyn dan berkata masih ada cara utk Ken dan Evel memiliki anak. Yolan pun akhirnya turut menghibur dengan cara menyarankan berlibur di negeri gingseng ini.

Namun, nasib buruk menimpa mereka. Karena saat mereka dalam perjalanan kembali ke hotel setelah jalan-jalan mereka justru harus mengalami kecelakaan dan berakhir di rumah sakit yg sama dengan Tania konsultasi.

#Nia POV

Aku sangat yakin jika suara tadi adalah suara mamah. Aku pun mencoba mencari sumber suara tersebut. Dan benar saja di depan ruang UGD aku dapat melihat keluarga ditambah Kak Yolan. Tetapi aku tak melihat papah ku disana.

Dari sini pun aku dapat melihat jika kondisi mereka jauh dari kata baik. Aku melihat perban yg membalut kepala dan lengan mamah. Kondisi itu juga tak jauh berbeda pada yg lainnya.

*anggap aja keluarga Tania bilang pake bahasa Inggris yah :v

"Dok bagaimana kondisi suami saya? Apakah dia baik-baik saja?" tanya mamahku.

"Seperti yg saya bilang tadi bu. Jika kecelakaan yg dialami kalian memang tak terlalu parah secara umum. Namun, karena posisi benturan tersebut sangat tepat tertuju pada posisi bapak Bram, maka kondisinya mungkin yg paling parah dr kalian", jelas dokter.

"Lalu apa yg bisa lakukan dok?" tanya kak Ken.

"Pasien harus segera dioperasi jika tidak kondisinya akan semakin parah", ucap dokter.

"Kalau begitu segera lakukan operasi dok. Tolong selamatkan papah saya. Hiks hiks", ucap kak Evel terisak. Aku dapat melihat dr sini jika perut kak Evel sudah tak membersar lagi. Mungkin ia sudah melahirkan.

"Kita memang akan melakukan operasi sesegera mungkin. Tetapi kita membutuhkan donor darah utk pasien. Dan kebetulan darah pasien AB dan stok darah AB disini sedang menipis. Kami membutuhkan kurang lebih 2-3 kantong darah. Apakah disini ada yg bergolongan darah sama dengan pasien?" jelas dokter.

"AB dok? Tapi disini tak ada yg bergolongan darah AB", jawab Dewa.

"Jika tidak ada yg bergolongan darah sama maka biar kami cari dulu. Dan kami juga meminta bantuan kalian utk ikut mencari orang yg bersedia mendonorkan darah AB nya. Kalau begitu saya permisi dulu. Nanti saya hubungi lagi jika sudah ada pendonornya", ucap dokter kemudian pergi meninggalkan mereka.

Saat dokter itu berbelok tepat di depan koridorku berdiri, aku segera menghentikannya.

"Permisi dokter, mohon maaf sebelumnya. Tadi saya sempat mendengar pembicaraan dokter dengan keluarga yg ada di dpn sana. Dan saya mendengar jika pasien butuh donor AB, apakah benar dok?" tanyaku memastikan.

"Ooh iya benar nona. Ada apa yah?" tanya dokter.

"Kebetulan darah saya bergolongan AB. Apakah saya bisa mendonorkan darah saya pada pasien?" entah apa yg kupikirkan saat ini sehingga tiba-tiba saja aku berniat mendonorkan darahku untuk papaku.

"Apakah nona yakin? Kita membutuhkan sekitar 2-3 kantong darah utk pasien", tanya dokter memastikan.

"Saya yakin dok. Saya bersedia mendonorkan darah saya", ucapku yakin.

"Baiklah jika nona sudah yakin. Mari ikut saya utk pemeriksaan terlebih dahulu", ucap dokter.

"Dok, tetapi saya boleh minta sesuatu tidak? Saya mohon untuk tidak memberitahukan identitas saya sbg pendonor pada siapapun ya dok", pintaku.

My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang