Part 2

36 4 2
                                    

Setelah kejadian di rumah itu, aku pun berjalan keluar rumah menuju ke sekolah tempat ku menuntut ilmu. Aku sekarang sekolah di SMA Tunas Bangsa. Salah satu SMA favorit di Jakarta. Dan perlu diketahui bahwa pemilik yayasan dari SMA itu adalah papah ku sendiri. Ya bisa dibilang aku anak pemilik yayasan.

Tapi perlu kalian ketahui bahwa kehidupan ku di sekolah pun tak seindah yang dibayangkan meski aku anak pemilik yayasan. Kejadian yang terjadi di keluarga ku pada 9 tahun lalu sudah menyebar luas di sekolah ku. Bahkan di sekolah ku dulu pun begitu. Hal itulah yang menyebabkan aku menjadi dipandang rendah oleh semua teman sekolah ku bahkan tak jarang aku jadi bahan bullyan baik secara fisik maupun verbal.

Awalnya aku tak tahu mengapa kejadian itu bisa tersebar luas begitu saja. Namun, setelah seminggu menyebarnya berita itu aku tau bahwa yang menyebarkan kejadian itu tak lain adalah keluarga ku sendiri. Aku tak tau mengapa mereka dengan teganya berlaku seperti itu padaku seolah-olah mereka memang senang melihat ku menderita baik di rumah maupun di sekolah. Dan yang lebih membuat aku sakit hati adalah ketika berita kejadian yang tersebar itu diceritakan dengan sudut pandang yang sedikit berbeda dari aslinya yang mana sangat jelas dalam cerita itu bahwa aku adalah pelaku yang dengan sengaja melakukan kejadian itu.

Aku pun berjalan menuju halte bus yang berada di depan komplek perumahan yang kutinggali. Selama di perjalanan aku selalu memikirkan semua kejadian yang menimpa di hidupku. Baik yang ada di rumah maupun di sekolah. Semua beban yang kutanggung saat ini terjadi karena sebuah kejadian di masa lalu yang bisa dibilang sebagai kesalahpahaman yang tidak disengaja. Sebuah kejadian yang menyebabkan aku berada di posisi sulit seperti ini.

Saking fokusnya aku berfikir tentang kejadian di hidup ku aku pun telah sampai di halte. Dan langsung saja aku menaiki bus yang ada di depan halte. Aku pun memilih tempat duduk di dekat jendela. Setelah aku duduk pun tanpa kusadari aku kembali melamun memikirkan kejadian di masa lalu itu.

#flashback kejadian 9 tahun lalu

Di suatu taman dekat dengan kediaman keluarga Erlangga, ada 2 anak kecil yang sedang bermain bersama dengan senangnya.

"Kakak jangan lari cepet-cepet dong dewa kan capek kejarnya", keluh seorang anak kecil berusia 5 tahun yg biasa dipanggil Dewa alias adik Nia.

"Iih kamu aja yg lama larinya. Hehe. Aku menang lagi dong balap larinya sama kamu", ucap gadis kecil usia 8 tahun yg bernama Tania atau biasa dipanggil Nia.

"Awas aja ya kak kl dewa udah besar nanti pasti dewa yg bakal menang lomba lari sm kakak", balas Dewa.

"Iya deh kakak percaya sama Dewa. Kan adik kakak ini emang sebenarnya pinter lari cuma karena masih pendek aja makanya lama kl lari. Hahaha", ucap Nia diselingi ejekan untuk adiknya itu.

"Iih kakak mah sukaknya ngejek mulu aku bilangin sm mamah ya nanti", rajuk sang adik.

"Huu Dewa anaknya ngaduan nih mainnya. Haha. Iya deh kakak minta maaf sm Dewa. Jangan marah lagi yaa kakak kann bercanda", bujuk Nia pada Dewa.

"Karena Dewa sayang bgt sama kakak makanya Dewa maafin deh. Tapi ada syaratnya ya kak", balas Dewa.

"Karena kakak juga sayang sama Dewa makanya kakak turutin deh syaratnya", jawab Nia.

"Aku mau es krim yg ada di depan jalan itu kak. Beliin dong", pinta Dewa pada Nia.

"Oke kakak beliin dulu ya. Dewa mau tunggu disini atau ikut kakak beli nih?" tanya Nia.

"Dewa masih cape lari jadi Dewa tunggu disini aja deh kak. Gapapa kan?" jawab Dewa.

"Oke gpp kok. Tp Dewa jgn kemana-mana yaa nanti takutnya Dewa diculik sm orang jahat", balas Nia.

"Siap kak. Dewa gak akan kemana-mana kok. Tapi jgn lama-lama ya kak", ucap Dewa.

"Oke tunggu yaa", kata Nia.

Setelah itu, Nia pun berjalan menuju penjual es krim yg ada di sebrang jln dgn hati-hati. Ketika Nia sedang menunggu sang penjual es krim tersebut melayaninya tiba-tiba dia melihat ada seorang Ibu berusia sekitar 30 tahunan yg sedang terjatuh akibat tertabrak seseorang yg tidak bertanggung jawab.

"Tante gpp kan?", tanya Nia sambil membantu Ibu itu berdiri.

"Iya tante gpp kok nak. Makasih ya udah bantu tante berdiri", balas sang Ibu itu.

"Iya sama-sama tante ini belanjaan tante yg jatuh tadi", ucap Nia.

"Oh iya makasih lagi nak bantuannya. Ngomong-ngomong nama km siapa cantik? " tanya Ibu itu pada Nia.

"Nama aku Tania tante biasa dipanggil Nia. Kalo tante sendiri? " jawab serta tanya Nia pada Ibu itu.

"Nama tante Safira km bisa panggil tante fira aja", jawab Tante Fira. "Ngomong-ngomong km disini lagi ngapain sendirian? " lanjutnya.

"Aku tadi lagi nunggu beli es krim disitu buat adik aku tante", balas Nia sambil menunjuk penjual es krim berada.

"Ooh iya? Terus adik km dimana skrng? " tanya tante Fira lagi.

"Astaga. Aku lupa tante pasti adik aku udah nunggu lama deh. Aku duluan ya tante sampai ketemu lagi. Bye tante", ucap Nia sambil berlari menuju penjual es krim yg sudah menunggunya tadi dan segera pergi menghampiri adiknya tanpa mendengar jawaban dari tante Fira.

Sesampainya Nia di taman betapa terkejutnya dia ketika melihat sang adik yg sedang ditarik oleh 2 pria berbadan besar tersebut. Nia pun segera menghampiri adiknya itu.

"Om mau ngapain adik aku? Om pasti penculik yg mau bawa adik aku ya? " tanya Nia dgn polosnya.

"Eeh anak kecil gak usah ikut campur yah. Mending drpd lu berisik gitu mending ikut kita sekalian", balas pria yg mempunyai tato di tangannya.

"Kakak Dewa takut", rengek Dewa yg sudah menangis ketakutan.

"Lepasin adik aku Om. Liat adik aku nangis itu", ucap Nia pada teman pria bertato itu.

"Gak mngkn kita lepasin dia yaa. Mending lu ikut kita juga udah deh", balas pria itu. Kemudian pria bertato tadi mulai mendekati Nia dan menarik tangan Nia. Namun, tiba-tiba Nia menggigit tangan pria itu dan menendang 'benda pusaka' pria itu dengan reflek.

"Aaww.. Kurang ajar lu bocah kecil", marah sang pria bertato itu sambil meringis kesakitan. Hal itu sontak membuat pria satunya kaget bukan main dengan keberanian Nia.

Setelah itu, Nia berusaha mendekati Dewa yg sudah menangis sedari tadi. Namun, pergerakannya terhenti ketika melihat pria yg sedang menyandera adiknya itu mengarahkan pisaunya pada Dewa.

"Jangan macem-macem ya lu bocah kecil. Kl lu macem-macem lagi adik lu gak segan-segan gua bunuh saat ini", ucap sang pria. Sontak hal itu membuat Nia bngng bukan main. Bagaimana tdk bngng kalau seorang gadis sekecil Nia dihadapkan dgn situasi seperti ini. Bahkan perlu diacungi jempol untuk Nia karena dia menghadapi situasi ini tanpa menangis tidak seperti anak kecil lainnya.

Ketika Nia sedang berdiri diam sambil berpikir, tiba-tiba saja dia mendengar suara keluarganya yg memanggil namanya dan adiknya. Sontak saja Nia langsung berteriak kepada mereka.

"MAMAH, PAPAH, KAKAK.. AKU SAMA DEWA ADA DISINI", teriak Nia pada keluarganya.

Namun, kejadian tidak terduga lainnya terjadi di hadapan Nia.

Jleb

Tiba-tiba saja pria yg menahan adiknya itu menusuk perut Dewa begitu saja dan berlari meninggalkan tempat kejadian. Nia yg melihat kejadian itu pun seketika mematung di tempat.

*tbc

My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang