Part 19

9 2 5
                                    

Tak terasa malam ini sudah menjadi malam terakhir Nia berada di rumah ini. Saat ini Nia sedang berada di taman rumahnya. Entah mengapa ia hanya ingin menikmati malam terakhirnya di tmpt ini. Tempat yg sudah tak memiliki definisi sbg rumah bagi Nia. Mungkin hal ini yg menyebabkan Nia menjadi lebih sensitif hari ini. Sedari tadi air matanya terus mengalir saat mengingat semua yg telah terjadi dalam hidupnya di rumah ini. Tiba-tiba saja Nia merasa ada seseorang yg duduk di sblhnya. Ia pun menoleh dan ternyata dia Dewa.

"Lo yakin mau pergi dari rumah ini?" tanya Dewa tiba-tiba.

"Emang knp? Bukannya itu yg kalian semua mau? Gua cuma ngikutin kemauan kalian kok. Gua gak mau terus-terusan jd bayangan kalian yg buat keluarga ini jd gak harmonis. Kl dgn gua pergi bisa buat kalian lebih bahagia knp enggak coba", ucap Nia tanpa menatap Dewa.

Dewa yg mendengar ucapan Nia hanya terdiam. Ia seperti memikirkan apa yg harus ia ucapkan pada sang kakak.

"Gua masuk dulu ya. Gua masih harus siap-siap buat bsk", ucap Nia kemudian berdiri hendak pergi. Namun, tiba-tiba tangannya dicekal oleh adiknya.

"Kak, apa gua udah telat kalo gua minta lo utk tetap disini? Setidaknya demi gua lo tetap bertahan disini", ucap Dewa menundukkan kepala.

"Udah telat wa. Karena skrng gua udah gak punya alasan buat tetap berada di tmpt ini. Gua tau lo gak pernah sekalipun nyakitin gua disini, tapi diamnya lo saat gua diperlakukan seperti itu buat gua kecewa sama lo. Gengsi lo terlalu tinggi wa utk sekedar membela gua. Seandainya lo dulu mau ngebela gua atau setidaknya ngasih gua dukungan, mngkn gua bisa bertahan buat lo saat ini meski harus ditentang yg lain. Tapi mngkn gua bisa ngecoba lawan mereka kl saat itu lo slalu ada di blkng gua. Dan maaf, gua udah gak bisa mundur lagi skrng. Gua harus tetep maju ke depan. Gua harus ninggalin kalian demi kesembuhan hati gua. Mngkn ini terdengar egois, tp kalian lebih egois wa karena cuma mikirin kebahagiaan kalian tanpa gua. Jadi biarin gua pergi utk menyembuhkan luka ini wa", jelas Nia.

"Tapi lo akan balik kesini lagi kan?" lirih Dewa.

"Mngkn gua bisa balik kesini tapi tidak dgn tinggal disini lagi. Mngkn luka gua bisa sembuh tp trauma gua masih ada wa. Luka yg kalian berikan di tmpt ini sangat membekas bagi gua. Jadi gua gak bisa buat balik tinggal disini", tiba-tiba saja Dewa memeluk Nia erat. Dewa menangis dipelukkan sang kakak. Dewa rindu sang kakak. Ia menyesal knp dulu dirinya tak bisa melindungi kakaknya pdhal dalam hati ia sangat ingin melakukannya.

Nia yg mendapat pelukan itu pun seketika ikut menangis. Ia juga merindukan adiknya yg kini sudah besar. Ia juga merasa bersalah karena harus pergi meninggalkan sang adik. Ia balas memeluknya.

"Maafin kakak ya wa kl gara-gara kakak yg ninggalin kamu waktu itu kamu harus masuk ke rumah sakit. Dan maafin kakak karena kakak harus ninggalin kamu lagi skrng. Jaga mereka semua wa. Kakak yakin kamu bisa jaga mereka dgn baik. Dan jadilah pria yg hebat. Kakak akan merindukanmu nanti", ucap Nia.

"Maafin aku juga kak karena aku cuma bisa diam saat kakak tersakiti disini. Maafin aku yg gak becus jadi adik buat kakak", balas Dewa.

"Iya kakak udah maafin kamu kok. Kakak janji kl suatu saat kita akan bertemu lagi", ucap Nia memeluk adiknya lebih erat. Malam itu pun Dewa memutuskan utk menghabiskan waktu bersama sang kakak. Sejujurnya Dewa tak ingin kakaknya pergi, tapi ia juga tak berhak menahannya karena luka yg ada di hatinya pun salah satunya karena Dewa sendiri. Akhirnya ia hanya mengikhlaskannya.

******

Akhirnya hari ini tiba. Hari dimana Nia akhirnya melangkahkan kakinya keluar dari rumah. Saat ini Nia berada di hadapan keluarganya minus Dewa. Cowo itu berkata jika ia tak sanggup melihat Nia pergi alhasil ia memilih utk tetap berada di kamar. Nia menatap mereka satu persatu mencoba mengingat wajah mereka agar tidak terlupa. Sedangkan mereka yg ditatap hanya memasang wajah dinginnya.

My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang