BUS 33

292 31 23
                                    

Dengerin dulu musiknya. Biar feel-nya terasa. Ok!




Gundukan tanah yang di taburi berbagai macam bunga di atasnya, menandakan upacara pemakaman baru saja di usai. Nama Syifa di nisan tertulis dengan jelas, ustad yang memimpin doa pun telah melaksanakan tugasnya dengan baik. Semua meng-aamiin kan dengan wajah sendu.

Langit mendung sore itu menambah kesan untuk kepergian Syifa selama-lamanya, sama dengan kabut yang menyelimuti hati suami almarhumah Syifa saat ini.

Terlihat seorang lelaki masih terus menatap nama di nisan itu, antara tersadar dan juga masih terasa seperti mimpi, meski matanya berkaca-kaca, ia sudah tidak bisa menangis lagi, hari ini air mata lelaki itu mengering.

Satu persatu dari para pelayat turut mengucapkan bela sungkawa kepada keluarga itu, dan mereka perlahan pergi meninggalkan pusara tersebut.

Lisa mengusap punggung Rizky, menguatkan lelaki itu meski ia sendiri masih merasa berat dan kehilangan keluarga satu-satunya. Mereka sama sedihnya. Tidak ada yang bisa di lakukan lagi. Semua sudah menjadi jalannya.

"Dokter Stefani bilang Syifa masih punya waktu dua bulan," Rizky bergumam. Suaranya sangat pelan, namun masih bisa Lisa dengar.

Perempuan itu hanya mengangguk, tentu saja ucapan Rizky menyimpan kekecewaan yang mendalam dengan apa yang ia dengar dari dokter Stefani. Prediksi itu bisa saja salah, ajal tidak akan menunggu prediksi seorang dokter.

"Seharusnya dia masih disini." Rizky kalut, hatinya terlalu remuk untuk menjelaskan apa yang sudah Lisa mengerti.

"Dokter Stefani hanya menjalankan tugas, beliau memprediksi bahwa Syifa akan bertahan selama itu karna menganalisa kondisi Syifa yang lalu. Tidak ada salahnya," Lisa mengangkat kepala, menengadahkan ke arah langit. Rintik hujan yang mulai membasahi wajahnya, membuat harinya benar-benar terasa sempurna dengan rasa sakit.

"Syifa sudah tersenyum di atas sana Rizky," kali ini perempuan itu menunjuk ke arah langit. Ikut dengan kepala Rizky yang terangkat.

Tuhan!

Seandainya saja semua bisa di minta. Rizky masih ingin melihat Syifa, sekali saja hanya untuk mengatakan selamat tinggal untuknya, meski Rizky sendiri tidak akan pernah yakin untuk bisa mengucapkan itu dengan baik walau di beri kan beribu kesempatan padanya. Rizky tidak akan sanggup untuk satu hal itu. Siapapun dia.

"Ini nyata, Syifa." Rizky menengadahkan tangan kanannya, membiarkan rintik hujan jatuh ke tangannya, lalu perlahan ia mengepalnya kuat-kuat. Tangan yang akhirnya jatuh ke dada bidangnya.

"Aku mengalah Syifa!! Inilah hukuman terberat bagiku, sayang! Kamu sangat kejam menghukum ku! Sangat!" Sumpah serapah yang di ucapkan Rizky sudah tidak terhitung. Ternyata Tuhan tidak lagi memberi kesempatan untuk Syifa atau untuk dirinya. Tuhan sudah lebih dulu memanggil wanita itu ke pangkuannya. Sekarang ia sendirian. Dan itu untuk selamanya.

***

Rizky menghela nafas berat. Entah satu kali mengambil udara mengambil durasi yang cukup panjang. Rizky kehilangan selera untuk melakukan apapun.

Hari ini sudah satu Minggu ia tidak bekerja. Lelaki itu masih betah keliling rumah menatap satu persatu barang dan foto milik istrinya. Wajahnya kusut, serta tulang pipi yang terlihat lebih menonjol bahkan jenggot dan kumis yang mulai tumbuh di area wajahnya, Rizky berantakan!. Tidak ada yang bisa di kerjakan Rizky dengan baik, ternyata benar! Bahwa Rizky bukan lah apa-apa tanpa Syifa di sisinya, ucapan itu bukanlah suatu alasan agar Syifa tetap hidup.

Rizky terdiam duduk di sisi ranjang, beberapa kali para asisten rumah tangga meminta untuk lelaki itu makan. Namun, tidak ada jawaban. Rizky masih mengeluarkan jawaban yang sama, aku tidak berselera.

Rizky menatap seluruh ruang kamarnya, satu kali dua kali dan entah tidak lagi bisa terhitung. matanya berkeliling memandang setiap sudut kamar. Berulangkali.

Dan lagi.

Rutinitasnya membuat ia menangis.

Rizky beralih ke meja rias, memandangi dirinya yang tidak baik-baik saja. Sorot matanya menyapu setiap peralatan make up almarhumah Syifa disana. Membuka laci satu persatu.

Dan.

Ia terpaku melihat buku yang tidak pernah ia jumpai sebelumnya. Buku diary, namun terlihat sangat usang. Ia membuka perlahan, banyak bagian yang hilang dari buku itu. Namun sedikit terkejut ketika melihat foto pengantin nya terpajang di tengah halaman buku.

Lagi-lagi Rizky hanya bisa tersenyum pedih. Selama ini ia tidak pernah tau Syifa begitu rapuh, semua ia curahkan di buku itu. Buku yang sudah menjadi kenangan untuk Rizky.

Dear my husband :

Rizky. Saat kamu membuka lembar buku ini, mungkin kamu terkejut melihat bagian yang hilang. Kamu bertanya-tanya kenapa aku merobeknya?

Ya.

Jawabannya karna aku tidak mau kamu membaca semua kepedihan ku. Disini aku hanya akan mengukir kebahagiaan yang kita lewati bersama. Hanya bahagia.

Rizky, mungkin juga saat membaca ini aku tidak lagi berada disisi mu, aku sudah jauh memandang mu dari atas langit, tapi ingat! Di atas langit pun, cintaku tidak akan berkurang. Sedikitpun. Semuanya untuk mu!

Sayang!

Pertama-tama, aku hanya akan mengucapkan rasa syukur ku kepada Tuhan! Karena kesempatan itu begitu istimewa, ketika aku tersadar dari koma, aku hanya ingin memandang mu. Tuhan mengabulkan doa mu untuk melihat ku membuka mata ku. Pun doa ku untuk mengucapkan selamat tinggal setelah hari itu.

Dan sekarang! Aku ingin kembali mengingat bagaimana pertemuan pertama kita.

Terima kasih, sayang.

Di hari aku mengenal mu, aku mencatat dalam sejarah hidupku bahwa hari itu aku sudah bahagia. Setelah satu tahun lamanya aku berduka atas kepergian mamah dan papah. Aku tidak bisa memungkiri, dan mengukur kebahagiaan yang aku dapatkan setelah mengenal mu. Terlalu banyak.

Kamu memberikan aku kejutan-kejutan dan semangat untuk aku sembuh dan berjalan. Kamu menjadi tujuan utama ku untuk sembuh. Kamu menjadi motivasi aku untuk bisa seperti orang yang lainnya.

Setelah itu, benar saja! Tuhan menyayangi ku dan lagi mengabulkan doa ku dan juga doa mu. Aku bisa berjalan setelah mengenal mu beberapa bulan. Itu karna mu,sayang!

Kita banyak menghabiskan waktu di saat kedua kaki ku berfungsi, sampai pada akhirnya aku sakit seperti ini, mungkin memang benar takdir kita hanya cukup dengan kaki itu. Kedua kaki yang berjalan dan pernikahan kita.

Maaf untuk semua yang telah aku perbuat, Rizky.

Maaf karna belum bisa menjadi istri yang sempurna untuk kamu. Nyatanya inilah yang kita hadapi sekarang. Aku berhenti meminta pada Tuhan, ketika satu yang ku inginkan terkabul. Aku ingin pergi ke pantai, dan mengatakan aku mencintaimu di tempat itu. Aku tidak ingin berobat lagi, aku sudah cukup bahagia di hari-hari terakhir aku di sini. Sayang!

Rizky. Aku berharap setelah kepergian ku, kamu tetap menjadi Rizky yang ceria, yang bisa menolong semua orang. Seperti saat pertama kamu menolong ku di taman.

Aku sangat menyayangi mu, Rizky!

Sangat!!

Setelah membaca isi hati Syifa, lelaki itu tidak kembali menangis. Surat itu terlalu pedih untuk Rizky, saat ini hanya ingin Syifa kembali. Memeluknya, dan mengatakan bahwa 'aku mencintaimu' sekali lagi.











Tamat!

Yeay!! 💃💃 Akhirnya cerita yang dua tahun menggantung memiliki akhir kisahnya. Satu karya author sudah lengkap lagi. Terimakasih yang sudah mengikuti awal cerita ini sampai selesai. Kalian luar biasa.

Author tidak meminta banyak, hanya menunggu kesan dan pesannya untuk karya ini. Lupp sampai jumpa di cerita yang lain.

Bunga Untuk SyifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang