BUS 04

1.6K 196 17
                                    

Pagi ini kota kembali mendung. Setelah berapa hari Syifa tidak melihat awan hitam, dan sekarang seperti melihat air yang sebentar lagi akan turun membasahi tanah Bogor membuatnya ikut merasakan kesejukan itu. Hhhhh, gadis itu menghela napas. Berpikir akan melakukan apa hari ini?

Tatapannya jatuh pada orang-orang yang berlalu lalang sejak tadi. Banyak sekali yang ia saksikan mereka sudah mempersiapkan diri untuk menyambut air hujan itu kembali tumpah dari atas langit.

Ya, seperti inilah kehidupan mereka, setelah menunaikan ibadah sholat subuh tidak ada lagi alasan buat mereka untuk tetap tinggal dirumah. Mereka lebih memilih melanjutkan aktifitas yang kemarin mungkin sempat tertunda karna waktu atau hal semacamnya.

Sebelumnya Syifa juga seperti mereka, bersekolah pagi hari, sepulang sekolah membuat janji pada teman-teman untuk singgah berlarian dipadang ilalang sekedar bercanda dengan teman-teman sekolah sebelum semuanya memutuskan untuk pulang kerumah masing-masing. Tapi.. Sudah satu tahun berlalu Syifa tidak lagi bisa seperti itu, kondisinya yang lumpuh membuat semua kebiasaannya yang dulu ceria tidak lagi bisa menemani hari-harinya saat ini.

Syifa tersenyum. 'tidak masalah, perlahan aku sudah bisa membiasakan diri seperti ini. Dan sebentar lagi?' batin Syifa sembari melihat kedua kakinya bergantian.

Syifa menyentuh kaca jendela kamar miliknya yang berembun, lantas menggosoknya, berniat menghilangkan embun-embun itu, untuk bisa melihat dengan jelas dari tempat ini. Jangan tanya, dia sangat senang melakukan hal ini. Membuat tangannya sedikit terasa dingin dan menyentuh pipi dan leher untuk merasakan hawa sejuk itu.

Gadis itu memicingkan mata setelah dia memperhatikan seorang pria dari seberang jalan melambai ke arah rumahnya. Dia melihatku, atau hanya ingin melakukan itu? Ucap Syifa pada diri sendiri.

Setelah memperhatikan kembali, Syifa membulatkan matanya. Sedikit merasa terkejut karna pria itu adalah Rizky, dan benar saja, tidak ada yang salah karna memang Rizky melambai ke arahnya.

Syifa mendongak ke atas memperhatikan awan lalu kembali melihat Rizky yang kali ini berjalan kearah rumahnya. Cepat-cepat Syifa memasang wajah santainya meski terlihat susah payah. Gadis itu terlalu gugup untuk meladeni Rizky.

Skip_

"Selamat pagi." kata Rizky dari balik jendela. Syifa berdehem matanya tak tertuju pada Rizky, tentu dia melakukannya dengan pura-pura. "Baiklah, apa yang harus aku lakukan untuk Nona Syifa di pagi yang mendung ini?"

"Kamu tidak perlu melakukan apa-apa, lagian aku enggak butuh itu kok."

"Sebentar, apa aku disini aja. Gak diijinin masuk?" tanya Rizky dengan melihat wajah Syifa yang sedikit menyemburkan warna kemerahan dibagian pipinya.

"Kamu sendiri yang langsung kesini. Harusnya bilang sama kak Lisa kalau kamu udah ada disini."

"Iya sih, tapi kan aku udah ngeliat kamu duluan disini."

Syifa terdiam lantas perlahan memundurkan kursi rodanya kebelakang. Sementara Rizky ikut tersenyum dan melenggang pergi dari sana, berniat untuk menemui Lisa sebelumnya.

Jujur. Kelakuan Rizky pagi ini berhasil membuat Syifa tersenyum kecil, meski tanpa sepengetahuan pria itu. Dan juga gadis itu sudah terlalu lama dalam kesendiriannya, tidak ada teman yang berbaur dan hanya dipenuhi dengan orang-orang bayaran sang kakak.

Tanpa menunggu. Gadis itu segera memutar kursi rodanya, dan mendorong perlahan untuk keluar dari dalam kamar.

"Selamat pagi adikku. Sudah siap untuk pagi ini?" tanya Lisa, yang memang sedari tadi menunggu Syifa untuk beranjak dari dalam sana.

"Pagi kak. Siap untuk apa kak?" tanya Syifa tak mengerti.

"Untuk apa? Bukannya hari ini Rizky sudah menjadwalkan harinya untuk menemani kamu?" tanya sang kakak sembari melirik jam tangannya lantas berkerut dahi. "Lagian ini Rizky kemana sih, katanya. Tenang kak, pagi buta aku udah ada dirumah kak Lisa, temenin Syifa. Meski gak ditelfon pasti aku langsung kesana. Huu, buktinya mana. Kamu udah bangun aja dia belum juga muncul." sambung Lisa dengan berkacak pinggang dihadapan Syifa.

Kembali gadis itu tersenyum dengan membayangkan sikap Rizky sebelum dirinya keluar dari dalam kamar. Jadi, sebelumnya Rizky sudah membuat janji pada kakaknya untuk datang lebih pagi, sebelum Lisa berangkat ke kantor.

"Permisi non Lisa, non Syifa." ucap bibik tiba-tiba. Spontan keduanya berbalik ke arah belakang untuk menyambut sapaan bik Ijah dengan tersenyum hangat.

"Ada apa bik?"

"Anu non Lisa, itu ada den Rizky. Katanya mau ketemu sama non Lisa."

Mendengar itu, Lisa menghela napas lega, tentu karna orang yang ditunggu-tunggu sudah datang. Tanpa aba-aba, segera Lisa melenggang pergi untuk menuju ruang tengah sekedar menemui Rizky sebelum dirinya berangkat ke kantor.

📖📖

Baiklah. Syifa dan Rizky hanya duduk terdiam dengan posisi berhadap-hadapan. Entah kenapa, perasaan Rizky menjadi sangat canggung setelah dirinya melihat Syifa dari jarak sedekat ini tanpa ada orang lain disekitarnya. 'Aku berharap banyak sama kamu, dan aku juga berharap kamu bisa menyenangkan hati Syifa dengan caramu.' kalimat Lisa yang terus terbayang dalam pikiran Rizky.

Tapi, bagaimana ia mau menyenangkan hati Syifa. Kalau dia bahkan tidak berkutik melihat gadis itu dari arah yang sangat dekat.

"Baiklah. Aku hanya mau tau nama kamu."

"Apa tidak ada cara lain untuk menghibur aku?"

"Nama kamu, apa salah kalau aku mau tau nama yang akan menjadi teman ku nanti?"

"Jangan bercanda, kamu sudah tau namaku dan aku juga sudah tau namamu." ucap Syifa malas.

Lagi-lagi Rizky tersenyum dan segera bangkit dari tempat duduknya. Dan betapa terkejutnya gadis itu saat tau Rizky malah menggendongnya untuk turun dari kursi roda itu.

Dengan sekuat tenaga beberapa kali Syifa memukul dada Rizky, memberontak untuk dilepaskan tapi pria itu masih saja menggendong Syifa dan didudukkan ke sofa.

"Apa yang kamu lakukan!!" ucap Syifa dengan penuh amarah. Matanya menatap tajam ke arah Rizky yang sedang menjauhkan kursi roda itu darinya.

"Aku hanya melakukan ini, karna aku teman mu. Aku sudah tau namamu dan kamu juga sudah tau namaku kan?" tanya Rizky yang sengaja mengulang ucapan Syifa sebelumnya.

"Tidak lucu!" umpat Syifa.

"Aku tidak lagi melucu."

"Kembalikan saja kursi roda ku." perintah Syifa yang kali ini tidak lagi melihat ke arah Rizky. Gadis itu terlalu memfokuskan matanya ke arah kursi roda yang sengaja di jauhkan darinya.

"Mari aku bantu." ucap Rizky dengan membuka kedua tangannya dan meraih tangan Syifa. Lagi-lagi Syifa menolak dan menjauhkan tangan Rizky darinya.

"Gak usah.!" ucap Syifa sinis.

"Lantas apa yang aku lakukan disini kalau tidak membantu temanku?" tanya Rizky lagi.

"Aku memang tidak mau kamu disini. Jadi tolong lebih baik kamu pergi. Tapi sebelumnya kemarikan kursi rodaku."

Rizky menelan salivanya kasar, dan tidak menyangka Syifa akan semarah ini saat memperlakukan hal itu padanya. Dengan menatap hampa, pria itu lalu mendekatkan kursi roda ke arah Syifa dan kembali membantunya untuk naik.

"Pulanglah. Hari ini aku tidak ingin melihatmu.!" ucap Syifa lantas segera melenggang pergi dari hadapan Rizky.

Tbc! Hayo, siapa yang lagi nunggu update an cb ini? Terimakasih untuk vote dan komen kalian, insya Allah bakal update 3 kali dalam seminggu,and see you in the next part guys. 😘😍

Bunga Untuk SyifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang