BUS 27

194 29 8
                                    

Ada yang masih pengen baca lanjutannya. Atau udah nyerah aja buat nunggu gimana ending dari cerbung ini? Maaf karna butuh waktu yang superrrr lama untuk melanjutkannya. Alasannya karna kerja dan enggak ada ide. (Mungkin karna fokus kerja hehehe) udah yuk tanpa berlama lama lagi. Let's read more. ♥️








Sepanjang perjalanan pulang ke rumah, Rizky sudah banyak mengambil nasehat-nasehat dari orang sekitarnya. Termasuk nasehat dari kedua orang tuanya. Memang benar, jika terus menyembunyikan sesuatu yang Syifa harus tau tentang dirinya mungkin suatu saat lelaki itu akan sangat menyesal karna tidak berkata dengan jujur kepada istrinya. Untuk itu, dokter Stefani selaku dokter spesialis kanker sudah ikut berada disisinya setelah sebelumnya lama berbincang dan meminta dokter Stefani untuk menjadi dokter khusus menangani wanita tercintanya. Dan percayalah, kali ini Rizky tidak bisa mengatur diri, ia terlalu takut untuk melihat kesedihan di wajah Syifa.

"Saya akan memberikan penanganan yang terbaik untuk ibu Syifa." Dokter Stefani berucap tiba-tiba, memecahkan kesunyian di dalam mobil Rizky.

"Saya percayakan pada anda, dok. Tapi apakah jika istri saya tau kebenarannya dan syok itu tidak akan mengganggu kesehatannya kan?"

"Ibu Syifa sudah mengalami banyak pengobatan dan seringkali terjatuh pingsan karna penyakit yang di deritanya, saya rasa dia tidak sebodoh itu untuk tidak tau apa yang sedang dirasakannya sendiri," Rizky berbalik menatap dokter Stefani seakan meminta untuk dokter itu menjelaskan maksud dari ucapannya. "Iya pak Rizky, aku yakin Syifa paham dengan apa yang ia jalani saat ini. Kalau pun anda tidak memberi tahunya dia akan sadar dan tau sendiri." Terang dokter Stefani.

"Bagaimana mungkin?"

"Itu mungkin saja terjadi pak. Jadi akan lebih baiknya anda memberi tau yang sebenarnya pak Rizky. Beliau akan menjadi lebih tenang untuk menjalani pengobatannya dan di samping itu saya yakin Istri anda akan bisa menjaga dirinya." Dokter Stefani tersenyum tipis. Membiarkan Rizky untuk berpikir. Dan jelas semua yang dikatakan oleh dokter itu membuat Rizky semakin yakin untuk tidak menutupi banyak hal lagi dari Syifa. Rizky terus  menyetir sampai beberapa menit kemudian mobil miliknya sudah terparkir tepat didepan pintu gerbang rumahnya. Membiarkan sang dokter untuk turun lebih dahulu.

Sekali lagi Rizky menatap rumah itu penuh keyakinan lantas Lelaki itu tampak menarik napasnya dalam-dalam lalu membuangnya secara perlahan.

***

"Kamu kok baru pulang?" Syifa tampak terlihat pucat dengan syal yang masih terpasang di leher jenjangnya, wajahnya yang pucat membuat debaran jantung Rizky semakin menjadi-jadi. Sementara Syifa menggeser pandangannya ke arah seorang wanita yang sedang bersama suaminya.

"Dia siapa?"

"Anu... Mmm.." Rizky meraih tangan Syifa dan memegang pundak istrinya dengan lembut. "Masuk dulu yuk sayang, kita ngobrol di dalam aja." Sebelum berjalan Rizky kembali berbalik melihat dokter Stefani yang sedang menunggunya. "Dok, maaf... Kalau begitu anda juga silahkan masuk."

Sepanjang itu Syifa masih terdiam menatap sang suami lamat, semakin dirasakannya genggaman lelaki itu semakin kuat.

"Yasudah, silahkan duduk.. saya akan mengambil minuman untuk.."

"Tidak usah repot-repot ibu Syifa." Ucap dokter Stefani memotong pembicaraan. "Anda bisa duduk, saya tidak akan lama disini."

"Maaf ya. Tapi saya tidak pernah melihat dokter sebelumnya. Apa..."

"Pak Rizky akan menerangkan semuanya dengan maksud kedatangan saya kesini ibu Syifa."

Rizky tertunduk beberapa saat, memperkenalkan wanita yang sedang bersamanya dengan sedikit gugup.

"Dia dokter Stefani. Dan beliau dokter spesialis kanker,"

Wajah Syifa semakin bingung. Terlihat jelas ia menunggu untuk Rizky menjelaskan maksud dan tujuan dokter spesialis kanker itu datang bersama ke rumah mereka. Namun sepertinya Rizky tidak akan memulai pembicaraan itu di sana. Dan kembali lelaki itu pamit sebentar pada sang dokter agar dirinya bisa berbicara dengan leluasa ke istri perihal penyakit. Rizky kembali menarik perlahan lengan Syifa yang mana membuat wanita itu terheran. Sungguh!

"Sayang," Rizky menciumi puncak kepala istrinya dengan sangat lembut, menghirup aroma rambut Syifa dalam-dalam. Jelas, ia selalu merindukan aroma ini.

"Kenapa? Sepertinya kamu akan ngobrol serius, apa terjadi sesuatu sama kamu?" Syifa menyerang pertanyaan pada Rizky, berharap lelaki itu segera menjelaskan apa yang tidak ia pahami. Syifa justru takut terjadi apa-apa pada suaminya.

"Mungkin ini akan membuat kamu sedikit terkejut, tapi percayalah aku tidak akan pernah membuat hati kamu hancur bagaimana pun keadaan kamu sekarang."  Rizky memeluk Syifa, memeluk wanita itu dengan penuh cinta. Itulah yang terlihat.

"Tumor otak, penyakit itu yang sedang kamu alami saat ini sayang." Satu kalimat yang berhasil membuat Rizky menetes kan air matanya. Rizky bahkan tidak berani menatap mata istrinya langsung. Dan ia pun tau bahwa mendengar penuturannya barusan membuat Syifa menjadi kalut seketika. Perlahan tapi pasti Syifa terisak di pundak Rizky. Ia tidak berkata pun tidak memberontak.

"Sayang... Katakan sesuatu, jangan buat aku takut!" Rizky masih dengan posisi yang sama, mengusap lembut kepala wanita itu, berharap Syifa masih dengan kesadarannya.

"Aku sudah menduga," ucap Syifa yang setelah cukup lama ia terdiam. Pelukan itu masih merekat, seakan malam itu menjadi malam yang dingin, sendu namun tidak begitu buruk bagi Syifa untuk ia rasakan.

"Aku janji sama kamu Syifa... Aku janji dokter Stefani akan menjadi penolong kamu. Kamu paham kan maksud aku?" Rizky masih meyakinkan istrinya. Sementara Syifa dengan perlahan meminta Rizky untuk melepas pelukan itu. Dengan begitu keduanya saling menatap wajah. Air mata yang mengalir deras di wajah Rizky membuat Syifa terdiam.

"Kamu tau? Saat pertama kamu meminta ku untuk menikah dengan kamu, aku sudah merasakan perbedaan dari mata kamu." Kali ini air mata Syifa ikut mengalir, ia menunduk lalu matanya tertuju pada tangan kokoh itu, memegang lembut lantas menautkan jemari tangannya disana. "Aku sungguh lemah, aku tidak berdaya dengan semua yang aku alami selama beberapa tahun ini Rizky," Syifa terdiam sesaat. "Tapi tangan ini.... Tangan kokoh yang kamu punya sudah membuat aku menjadi yang terkuat di dunia ini," Syifa terisak. "Tangan ini menopang hidup aku begitu banyak, sampai sekarang aku tidak pernah merasakan sakit. Kamu tau kan?"

Rizky terisak begitu dalam, memeluk istrinya sekali lagi. Bahkan yang terlihat sakit begitu dalam adalah Rizky. Ia tidak menyangka penyampaian tentang penyakit Syifa malam itu justru jadi keharuan bagi mereka. "Aku janji! Aku janji sama kamu, aku akan menjadi yang terbaik untuk kamu, memberikan pengobatan yang terbaik untuk penyakit kamu. Makasih Syifa, makasih karna kamu menjadi kuat sayang." Rizky berkata lantas segera kembali mencium Syifa. Sementara Syifa mengangguk, wanita itu tidak dapat membendung keharuannya. Syifa bahkan bersyukur dan perasaannya jauh lebih baik setelah ia menikah.






TBC!!

Bunga Untuk SyifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang