Kembali. Matahari yang mulai menampakkan diri, meski belum sempurna. Bahkan beberapa bagian masih tertutupi awan pagi, namun meski begitu sudah terlihat Indah dengan suasana kota yang masih tenang.
Sekitar pukul 06.20 menit, Syifa sudah duduk terdiam diatas kursi roda sembari menatap langit yang sedikit lebih cerah dari hari-hari yang lalu. Syifa menengok beberapa kali untuk memastikan sang bibik yang sementara membuatkan susu untuk datang menghampirinya.
Tidak ada yang salah. Setelah kejadian kemarin tentang taman itu, gadis itu sudah berusaha meyakinkan sang kakak kalau dirinya tidak apa-apa, walau seperti itu Lisa masih saja tidak bisa meyakinkan diri sendiri.
Tentu. Bagaimana mungkin Lisa bisa mempercayai Syifa yang sudah sangat jelas, setelah berhujan-hujan ria ditaman dan sepulang dari tempat itu tubuh sang adik sempat terasa hangat dan itu membuat dirinya merasa harus marah pada bibik yang sangat teledor melupakan Syifa. Tapi Lisa kembali bersyukur, karna sakit yang dialami Syifa tidak berlangsung lama.
"Permisi non." sontak Syifa berbalik dan mendapati sang bibik sudah berada tepat dibelakangnya dengan membawakan segelas susu untuknya.
Syifa tersenyum tipis lantas memutar kursi rodanya untuk memposisikan dirinya dengan bik ijah. Sementara bibik meletakkan segelas susu diatas nakas seperti yang Syifa isyaratkan.
"Makasih bik." ucap Syifa akhirnya.
"Sama-sama non, bagaimana sudah mau sarapan?" tanya bik Ijah yang sudah menawarkan Syifa hal itu untuk beberapa kali dalam pagi ini.
"Nanti bik."
Mendengar itu, bik Ijah hanya mengangguk mengerti lantas kembali berpamitan untuk melanjutkan kerjaannya. "Kalau begitu.."
"Bik. Maaf soal yang kemarin, jangan diambil hati ucapan kak Lisa." kata Syifa memotong pembicaraan bik Ijah.
"Tidak. Sama sekali tidak kok non, non Lisa juga wajar kalau dia marah sama bibik. Orang bibiknya yang salah." ucap bik Ijah yang juga turut merasa tak enak hati melihat Syifa dengan kerendahan hatinya.
"Bagaimana pun juga, yang kemarin bukanlah apa-apa dibanding dengan kerja keras bibik merawat aku sama kak Lisa. Dan terutama aku." ucap Syifa.
"Sudah-sudah, bibik tidak mau hanya karna permasalahan kemarin non Syifa malah sedih."
"Bukan begitu bik, Syifa gak sedih. Hanya sedikit merasa tidak enak. Yasudah, kalau begitu bibik boleh pergi sekarang." ucap Syifa yang akhirnya memutuskan untuk tidak lagi membahas persoalan kemarin, di jelaskan pun percuma. Malah semakin membuat dirinya terpojok.
Tap.. Tap.. Tap..
Kembali terdengar suara langkah kaki yang semakin jelas dari balik pintu kamar milik Syifa, dan dengan cepat gadis itu menoleh. Ia tersenyum karna melihat Lisa si pemilik suara sepatu itu.
"Udah rapi aja kak, mau kemana pagi-pagi gini?" ucap Syifa sembari mengayun kursi rodanya untuk sampai diambang pintu.
"Hmm, hari ini kakak sama kak Andra mau jogging kamu gakpapa kan kalau sama bik Ijah dulu?"
Syifa tersenyum. Hambar. Entah kenapa akhir-akhir ini Syifa merasa sensitif mendengar nama Andra. Setelah tau kalau Andra sudah melamar Lisa, disaat itu Syifa sudah merasa was-was, takut kalau suatu saat nanti dirinya akan ditinggalkan begitu saja oleh sang kakak.
Syifa kembali mendongak lantas meraih tangan sang kakak. Menepuknya pelan mengisyaratkan Lisa kalau dirinya baik-baik saja.
"Yaudah, sana pergi. Kak Andra udah tunggu didepan tuh." seru Syifa. Mendengar itu, kembali terbit senyum simpul dari kedua sudut bibir Lisa, lalu dengan cepat perempuan itu berjongkok untuk mensejajarkan dirinya dengan sang adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Untuk Syifa
FanfictionTAMAT Cerita KyFa. Tidak ada makhluk yang menginginkan jika harus selalu bergantung pada seseorang, bahkan oleh kerabat dekat sekalipun. Tapi bagaimana jika hidupmu mengharuskan untuk selalu membutuhkan bantuan? Bahkan hal sekecil apapun. Dan jika...