BUS//18

1.2K 176 23
                                    

Hari ini, tepatnya hari bahagia Lisa dikenang juga menjadi sejarah kedua dalam hidupnya ketika melihat sang adik terbaring lemah diatas tempat tidur Rumah Sakit. Memang tidak seperti pada waktu Syifa masuk ke Rumah Sakit karna kecelakaan yang menyebabkan banyak bersimbah darah di kepalanya. Namun sekarang hanya bagian hidungnya saja dan lebih sedikit. Walau begitu, tidak membuat Lisa bisa tenang bahkan kekhawatirannya semakin mencuat. Ada apa pada gadis itu?

Masih belum ada kejelasan oleh para dokter yang menangani gadis itu, mereka masih sibuk mendiagnosa penyebab pingsannya Syifa di tengah-tengah keramaian.

Sementara Rizky yang juga ikut mengantar Syifa merasa kalang kabut dengan kejadian yang dialami wanitanya itu. Berbagai macam bayangan buruk timbul dalam kepala Rizky namun ia mencoba untuk mengalihkannya. Begitupun dengan raut sosok kakak yang terus mondar-mandir dengan gaun yang dikenakan pada acara pertukaran cincin beberapa jam yang lalu.

Beberapa menit kemudian.

Seorang dokter keluar dari ruang rawat Syifa dengan raut wajah yang berbeda. Dokter muda yang juga di kenal oleh keluarga gadis itu. Ya, Dokter Haris.

"Bagaimana kak dengan kondisi adik saya?" buru-buru perempuan itu melangkah tanpa memperdulikan wajah letih sang dokter muda itu.

"Ikut ke ruangan saya. Ada yang ingin saya sampaikan sama kamu." ucap Dokter Haris dan akhirnya berlalu meninggalkan Lisa lebih dulu beberapa langkah. Sementara Andra dan Rizky hanya melempar pandangan saling bertanya-tanya dalam pikiran mereka masing-masing. Tentu diiringi doa untuk kesehatan Syifa.

-

"Ada tumor di kepalanya.." lirih Dokter Haris.

Lisa menggeleng tidak percaya ketika dokter Haris menuturkan tentang apa yang di alami gadis itu. Ikut dengan setetes kristal bening yang jatuh membasahi kedua pipinya.

"Ini jauh dari bayangan saya. Selama ini Syifa..."

"Kak Haris yang enggak becus! Kenapa baru sekarang kak Haris tau tentang tumor itu?! Heh!" Lisa  meninggikan nada bicaranya dan terdengar seperti emosi. Jelas.  Karna ia merasa akan mengulang kesalahan untuk apa yang sudah menimpa kedua orangtuanya, dan sekarang adiknya sendiri.

"Maaf kan saya Lisa. Saya sudah lalai untuk masalah ini."

"Kenapa? Apa yang menyebabkan semua itu terjadi?"

"Ya. Mungkin pada saat kecelakaan satu tahun yang lalu itu, kepala Syifa menghantam sebuah batu dan itu cukup keras, sampai membekas dalam otaknya. Yang baru saat ini ketahuan. Dan baru belakangan ini Syifa merasakan efeknya. Sakit kepala."

Mendengar itu. Lisa tak dapat menahan air matanya untuk tidak tumpah, lalu beberapa kali perempuan itu mengusapnya kasar.

"Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang kak? Apa yang bisa kau lakukan untuk adikku."

"Saya hanya akan membuat penanganan khusus agar menjinakkan tumor yang bertengger didalam otaknya."

"Kau harus melakukan yang terbaik untuk dia kak Haris." lirih Lisa.

Dokter Haris mengangguk. Meski saat ini Lisa sepenuhnya menyalahkan dirinya, namun dokter Haris sangat mengerti dan tidak terbawa emosi. Laki-laki itu paham akan kondisi Lisa saat ini.

**

Rizky tersenyum getir di balik kaca jendela kamar penanganan Syifa. Melihat mata gadis itu masih terpejam, membuat Rizky tidak lagi bisa menahan air matanya yang sudah berada di ujung. Ia bahkan tidak ingin beranjak dari sana sebelum semuanya jelas apa yang sudah di alami Syifa.

Sesekali pemuda itu berbalik melihat ruangan Dokter Haris untuk mendapatkan informasi tentang Syifa. Namun aliha-alih mendapat informasi seperti yang diinginkannya, Andra justru menyuruhnya untuk pulang dan beristirahat.

"Bagaimana mungkin kak? Dia bahkan tidak sadarkan diri sampai saat ini." ucap Rizky.

"Lalu? Bagaimana dengan orang tua lo. Dia akan mengkhawatirkan keadaan lo yang enggak pulang.."

"Gue akan pulang kak, tapi nanti setelah gue tau kondisi Syifa. Setelah gue dengar sendiri apa yang sudah membuat Syifa sampai sakit begini."

Tidak ada yang bisa dilakukan Andra, selain membiarkan adik sepupunya itu untuk menjalankan keinginannya.

Tiba-tiba Lisa dan dokter Haris muncul dari balik pintu ruangan itu. Dengan wajah kusut. Perempuan itu langsung terduduk di ruang tunggu, sementara Dokter Haris melanjutkan pekerjaannya untuk menangani pasien lain.

Cepat-cepat Andra dan Rizky berjalan menghampiri Lisa. Tentu untuk mengorek informasi tentang apa yang sudah Lisa dengar dari dokter itu.

"Sayang, ada apa?" tanya Andra.

Tanpa menjawab pertanyaan itu, Lisa langsung terjatuh dalam pelukan laki-laki itu dan menangis sesenggukan. Membayangkan semua ucapan dokter Haris justru membuat hati Lisa semakin rapuh.

"Baiklah, aku tidak akan menanyakan tentang Syifa dulu. Aku akan menunggu kamu untuk tenang." ucap Andra sembari membelai lembut Puncak kepala Lisa.

Juga tidak ada yang bisa Rizky lakukan selain menunggu Lisa untuk berbicara tentang obrolan ia dengan dokter Haris. Beberapa lama lagi Rizky tidak tau.

❤❤

Semuanya sudah pergi. Tadinya Lisa meminta Rizky untuk pulang dan beristirahat, namun pemuda itu menolak dan memilih untuk duduk disisi tempat tidur Syifa.

Melihat gadis itu dari ujung rambut sampai kaki sedikit membuat Rizky bahagia. Walau ia bahkan belum mengetahui tentang penyakit apa yang di derita Syifa. Bukan Rizky tidak ingin tau, namun Lisa masih tidak membicarakan hal itu.

Sekarang. Ia hanya akan memandang Syifa terbaring tanpa candaan atau senyumannya. Hanya mata yang tertutup dengan selang infus di tangannya.

"Hari ini kamu nyebelin ya, enggak nyapa aku padahal aku daritadi ada disisi kamu." Rizky berucap sembari menggenggam tangan kanan Syifa. "Aku enggak ngerti kenapa kamu bisa sekeras kepala ini. Bahkan kamu enggak sehat aja kamu masih bisa pura-pura sehat." ucap Rizky.

suara getir itu sudah menandakan bahwa Rizky tak dapat lagi menahan air matanya, ia tertunduk lemah. Mengingat semua kejadian beberapa waktu lalu.

"Jangan tinggalin aku Syifa. Kata Aliya, kamu adalah orang yang akan menggantikan dia dalam hidup aku. Jadi aku mohon, apapun yang kamu rasakan aku berharap kamu enggak akan ninggalin aku."

Rizky bertutur sendiri. Untuk malam ini ia bahkan tidak tau kapan ia bisa mengistirahatkan matanya dengan tenang. Rizky lelah, dan Rizky juga rapuh.

Tbc!

Bunga Untuk SyifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang