Bus 23

954 146 23
                                    

Syifa. Gadis yang sedang duduk di balkon rumahnya sembari menatap langit yang sebentar lagi akan menjatuhkan titik air hujan. Mendung! Begitu pun dengan hati Syifa yang perlahan mulai terasa kaku, senyum yang tadinya mengembang pun perlahan mulai memudar. Syifa menghela napasnya berat sembari mengusap pipinya yang sudah di prnuhi air mata dengan  menggunakan punggung tangan kanannya. Pandangannya menjauh ke arah halaman rumahnya yang di penuhi dengan bunga matahari. Melihat itu, Syifa kembali menelan salivanya kasar, persetan dengan bunga-bunga tersebut. Ia sudah muak dengan rahasia yang di simpan oleh Rizky dan juga kakaknya, Lisa.

Aahhh!!! Syifa mengguncang tubuhnya, menjatuhkan dirinya perlahan ke lantai lantas kembali memukul lantai-lantai dengan kedua tangannya. Gadis itu menangis sejadi-jadinya.

Sementara sang bibik yang baru tiba saat itu juga berusaha menghentikan aksi majikannya yang menyiksa diri.

"jangan seperti ini non Syifa! Bibik mohon." lirih sang bibik dengan memeluk tubuh gadis itu sekencang mungkin berharap Syifa tidak dapat lagi berbuat semena-mena pada tubuhnya.

"kenapa tidak ada yang mau mengatakan apa yang sudah aku alami bik? Rizky dan kak Lisa kompak menjaga aku bak seorang putri yang sebentar lagi akan meninggalkan dunia?! Heh"

Mendengar itu, bibik langsung memahami pokok permasalahan Syifa lantas menggeleng perlahan. Bibik menangkup wajah sang majikan dan perlahan mengusap wajah gadis itu, lalu setelahnya bibik mengaitkan anak rambut Syifa agar terlihat lebih baik.

"non Syifa, bibik memang tidak tau penyakit apa yang sedang non alami. Namun, melihat non Lisa dan den Rizky seperti itu bibik merasa kalau keduanya benar-benar sangat menyayangi non Syifa."

"tapi kenapa sikap semuanya justru membuat aku merasa khawatir? Apa yang sudah mereka lakukan padaku?"

"non Syifa tidak perlu tau apa yang mereka sembunyikan dari non, tapi yang mereka lakukan hanya untuk membuat keadaan baik-baik saja. Bibik yakin mereka tidak bermaksud membuat non bertanya tanya." ucap sang bibik lantas segera kembali memeluk tubuh Syifa, lalu  mengusap pelan kepala majikannya perlahan. Entah kenapa, namun sihir itulah yang terkadang membuat Syifa menjadi lebih baik dari sebelumnya.

***

Pagi itu Syifa kembali duduk di halaman rumahnya menatap bunga-bunga matahari dengan wajah sendu. Kedua tangannya memegangi gembor, yaa gadis itu baru saja menyiram tanaman berharap bunga itu cepat mekar. Syifa tidak sabar untuk melihat bunga yang ditanamnya bermekaran. Entah kenapa pikirannya kembalu kemana mana.

Bagaimana kalau ia tidak bisa melihat bunga itu bermekaran lantas Tuhan sudah mengambil nyawanya lebih dulu. Syifa takut menjadi seorang diri. Tak terasa bulir air matanya kembali tumpah, Syifa merasa tidak percaya pada dirinya sendiri.

"aku enggak pernah berharap untuk hidup lebih lama setelah sakit ku ini Tuhan. Tapi kenapa Kau malah ingin mengambil ku saat kebahagiaan sudah kembali menyapa ku?" Syifa bergumam sendiri berharap ia menemukan jawabannya meski ia sendiri tidak tau siapa yang akan menjawabnya akan pertanyaan itu.

Lalu siapa sangka? Lagi dan lagi Syifa harus merasakan dua perasaan sekaligus, senang atau sedih karna saat itu juga Rizky datang memeluknya erat.

Apa yang sudah menjadi kebiasaan laki-laki itu ketika mendapati Syifa sedang mengutuk dirinya. Ya! Berusaha menenangkan. Tidak ada yang diucapkannya, namun hembusan nafas laki-laki itu terasa berat, seakan ia ikut merasakan apa yang sudah Syifa rasakan sekarang.

"aku enggak tau kamu sedang berpikir apa tentang aku fa. Tapi aku mohon jaga diri kamu."

"ngapain sih kamu kesini? Aku enggak butuh kamu ky.! Tolong biarin aku sendiri!" Syifa memberontak.

"kalau kamu bisa ngeyakinin aku kamu enggak akan nyakitin diri kamu sendiri. Aku akan pergi!"

"aku enggak butuh kamu kasihanin! Pergi! Pergi!" ucap Syifa. Laki-laki itu berusaha membuat Syifa tersadar dari perasaan sedihnya. Sekuat tenaga sampai Syifa terdiam dalam tangisnya yang perlahan mulai mereda.

"katakan padaku, tatap aku fa! Bukan hanya kamu yang tersiksa dengan semuanya. Tapi aku juga fa, aku enggak bisa liat kamu seperti ini. Aku rapuh fa.. Aku rapuh.."

Beberapa detik berlalu, perlahan Syifa melepaskan pelukan Rizky. Mata yang tadinya terlihat putus asa sekarang berganti dengan menatap tajam ke arah Rizky. Gadis itu menggenggam tangan Rizky erat, dan kali ini Rizky justru menatap Syifa tidak mengerti.

"aku sakit apa?!"

Satu pertanyaan yang membuat Rizky bungkam untuk beberapa detik. Laki-laki itu tak lagi tau apa yang akan dikatakannya.

"aku bisa mengatakan semuanya, tapi kamu juga harus berjanji satu hal sama aku."

Keduanya saling terdiam. Syifa menunggu jawaban Rizky, berharap laki-laki itu mau menjawab pertanyaannya dengan  cuma-cuma. Tapi tidak, sekali lagi Rizky memeluk Syifa lama dan setelahnya...

"aku akan menikahimu Syifa. Lalu setelah itu aku akan memberi tahu semuanya..."




Tbc!!! Hay hay. Siapa yang kangen sama cerbung ini? Yuk baca dengan baik dan penuh perasaan yaa. Jangan lupa tinggalkan vote dan komentarnya. 😆😆😆

Bunga Untuk SyifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang