BUS//19

830 150 18
                                    

Berapa lama lagi waktu yang dibutuhkan Syifa untuk segera terbangun dari tidur panjangnya?

Rizky merutuki dirinya, ketika ia memasuki ruangan Syifa dengan cahaya lampu yang remang-remang. Ini sudah hari ke empat setelah kejadian pingsannya Syifa ditengah-tengah pesta pertunangan Lisa. Sampai saat ini mata teduh milik Syifa tak juga bisa menyambut kedatangannya dengan hangat.

Rizky kembali menghela napas berat mengingat kembali ucapan Lisa tentang penyakit yang di derita gadisnya. Sekarang apa yang harus dilakukan lelaki itu?

Sebelum masuk ke ruangan itu, Rizky selalu berharap untuk melihat Syifa dengan mata terbuka namun yang dilihatnya hanya tubuh tanpa tau jiwa itu kemana?

Tak terasa setetes kristal bening kembali membasahi kedua pipi lelaki itu, Rizky berdehem pelan lantas mengambil langkah perlahan untuk duduk disisi Syifa.

"Syifa, ini ada bunga buat kamu. Ada eskrim juga. Ini semua kesukaan kamu kan?" ucap Rizky sembari menggenggam kuat tangan Syifa dan mulai dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak akan ada jawabannya.

Setiap hari hanya seperti itu, setelah kegiatan diluar usai maka Rizky akan datang ke rumah sakit hanya untuk memastikan Syifa masih baik-baik saja.

"Aku mimpi fa," Rizky tertunduk beberapa saat lantas setelahnya ia kembali melihat wajah gadis itu dengan penuh harapan. "Aku mimpi kamu hanya membuatku takut, aku mimpi kamu pura-pura seperti ini hanya untuk mengujiku. Aku berharap mimpiku memang nyata. Kamu hanya ingin melihat sejauh apa aku bertahan jika tanpa kamu." Rizky mencium punggung tangan Syifa cukup lama, dan kembali meletakkan tangan gadis itu di ranjangnya.

Tidak berapa lama dua orang perawat masuk ke dalam ruangan itu dengan membawa kain dan baskom yang berisikan air hangat.

"Maaf mas, sudah saatnya pasien harus mandi." ucap salah satu perawat tersebut lantas mengisyaratkan agar Rizky segera keluar dari ruangan itu untuk sementara waktu.

"Baik." Rizky berucap pasrah. Dengan berat hati lelaki itu melangkah perlahan, meninggalkan ruangan Syifa untuk sementara waktu.

**

Semenjak hilangnya kesadaran Syifa dari pesta pertunangan itu. Semenjak saat itu Lisa tak bisa berpikir jernih. Upaya cara yang dilakukan Lisa untuk memulihkan kesadaran sang adik, namun yang ada hanya kehampaan tanpa menemukan titik terang akan kondisi Syifa. "Apa seburuk ini dok? Kenapa kita tidak bisa melakukan yang terbaik untuk Syifa?"

"Hanya karna dia tidak membuka matanya, bukan berarti pasien tidak mendengar kita berbicara saat kita berada di sekitarnya. Kita hanya perlu waktu untuk mengembalikan kesadaran Pasien." tegas dokter Haris yang juga berusaha membuat suasana itu menjadi lebih berteman.

-

Tok.. Tok..

Andra mengetuk pintu ruang kerja milik tunangannya lantas membuat Lisa berbalik dengan sedikit terkejut. Sementara Andra hanya tersenyum kecil melihat reaksi calon istrinya itu.

"Ada apa sayang, kamu enggak usah terlalu pikirin itu. Aku yakin adik kamu akan baik-baik saja." ucap Andra dengan mencium Puncak kepala Lisa dengan lembut.

"Bagaimana mungkin Andra, dokter Haris tidak memberikan kepastian akan kondisi Syifa yang baik-baik saja? Atau mungkin tidak, Syifaa...." Lisa tidak dapat melanjutkan kalimatnya karna bayangan buruk justru menyerang pikirannya dengan cepat.

Cepat-cepat Andra mengambil alih perhatian Lisa dengan memeluk perempuan itu.

"Ssstt... Kamu enggak boleh berpikir aneh-aneh tentang Syifa. Kamu kan tau sendiri anak itu adalah anak yang kuat. Iyakan? Kamu yang bilang sama aku kalau Syifa benar-benar bisa mengalahkan takdirnya." Andra berucap pelan.

"Tapi sekarang?"

"Sayang, tidak ada bedanya sekarang dan lalu-lau, Syifa anak yang kuat." tegas Andra dengan menatap penuh kepastian kedalam mata Lisa.

Lama dalam kondisi terdiam, akhirnya handphone Lisa berbunyi. Andra yang juga mendengar itu segera melepas pelukannya, sementara Lisa langsung mengalihkan pandangannya ke arah benda pipih miliknya yang tergeletak di atas meja kerja.

Lisa berkerut dahi ketika membaca nomor yang masuk adalah kontak Dokter Haris. Entah harus bersikap apa, untuk sesaat jantung Lisa kembali memompa dengan cepat.

❤❤❤

Syifa membuka mata perlahan, sayup-sayup melihat sekelilingnya. Pandangannya masih belum pulih hanya melihat bayangan laki-laki yang mungkin menunggunya untuk tersadar. Kepalanya terasa sangat berat, dan selang oksigen sedikit mengganggu untuk mengeluarkan kata dari mulutnya.

Sesaat kemudian Syifa merasa sentuhan tangan seorang laki-laki yang mengusap lembut Puncak kepalanya, terdengar suara isak tangis haru menyapa gendang telinganya.

"A...da a..." Syifa kesulitan untuk melanjutkan kata demi kata, lantas laki-laki yang tadi mengusap Puncak kepalanya langsung menggeleng mengisyaratkan agar Syifa tidak banyak bergerak.

Dia Rizky.

"Kamu jangan banyak bicara Syifa, kamu istirahat aja. Yahh," mohon Rizky lantas kembali mencium Puncak kepala gadisnya itu.

Dengan perlahan Syifa mengusap wajah Rizky, meski kesulitan menjangkaunya namun beberapa detik akhirnya tangan Syifa berhasil menyentuh pipi Rizky. Syifa tersenyum, wajahnya memucat hanya karna sedikit mengeluarkan tenaga untuk meraih wajah itu.

"Ma...ka..sih," ucap Syifa lembut.

"Enggak Syifa, makasih kamu udah bangun. Kamu udah buka mata kamu buat aku.." kata Rizky. Tidak ada kebahagiaan yang paling membahagiakan saat ini, setelah melihat mata teduh itu kembali terbuka. Rizky akhirnya bisa merasakan kehangatan yang mengalir dalam dirinya.

Rizky membacakan beberapa buku kesukaan Syifa, sementara gadis itu hanya diam mendengarkan. Saat ada kata yang lucu, sedikit mengundang senyum Syifa membuat Rizky semakin bersemangat membacakan setiap kata dari buku tersebut.

"Kamu seneng?" tanya Rizky.

Syifa mengangguk. Melihat itu, Rizky tersenyum bahagia lantas kembali menyelimuti Syifa.

"Kamu istirahat ya, kalau kamu sembuh. Aku janji aku akan bawa kamu keliling kemanapun yang kamu mau." ucap Rizky lembut.

Lelaki itu akhirnya menutup selimut Syifa dan berniat meninggalkan gadis itu di ruangannya. Namun, tangan Syifa berhasil menghentikan aksi Rizky dengan tatapan mata penuh kesedihan.

"Kenapa?" bisik Rizky.

"Aku.. Sakit, apa?" tanya Syifa.

Deg!

Pertanyaan itu berhasil membungkam mulut dan gerakan Rizky dalam sekejap. Ia tidak tau bagaimana harus menyampaikan kondisi gadis itu padanya langsung.

"Kamu akan baik-baik saja, yang terpenting kamu harus banyak-banyak istirahat dan jauhkan semua pikiran yang bisa mengganggu fisik kamu." ucap Rizky dengan kembali terduduk disisi Syifa.

"Aku... Sakit apa... Ky?" tanya Syifa sekali lagi.

Hening. Rizky berharap seseorang bisa mengambil perhatian Syifa tanpa harus menjawab pertanyaan yang mungkin akan membuat Syifa kembali drop.

"Kamu kecapean Syifa.." ucap Rizky yang terpaksa harus berbohong pada gadis itu.

Bersambung.

Separt baru bisa lanjut, mungkin ada semangat-semangatnya kalau di taburi komentar para readersku tersayang. 😂😂😍😘

Bunga Untuk SyifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang