part 17

997 171 12
                                    

Tiba hari dimana Lisa dan Andra merencanakan acara pertunangan mereka. Keduanya kerap mempertanyakan hal itu langsung pada Syifa dan Rizky, dan respon mereka juga sangat mendukung.

Setelah 3 bulan berlalu. Akhirnya, Lisa yakin Syifa tak lagi merasakan gejalah kelumpuhan yang sempat di takutinya dulu. Ia bahkan bisa melakukan apapun dengan kedua kakinya. Tanpa bantuan dari bibik atau Lisa sendiri.

Seperti saat ini. Ketika Lisa dan Andra sibuk mencari cincin pertunangan untuk acara mereka besok. Syifa dan Rizky juga menyibukkan dirinya dengan membantu Lisa dan Andra mempersiapkan hal-hal yang akan dibutuhkan untuk acara besok.

Catering, undangan, dan masih banyak lagi.

Dan selesai...

Tinggal menunggu orang yang akan mendekorasi rumah Syifa dan Lisa.

-

Syifa mendudukkan dirinya lebih dulu di kursi sofa. Sejak tadi gadis itu merasa pusing. Bukan sejak tadi, bahkan sudah beberapa hari yang lalu. Namun, ia masih kekeh untuk menyimpan rahasia itu pada Rizky dan juga kakaknya. Lisa.

Menurutnya, sikap keduanya akan semakin membuatnya buruk karna kekhawatirannya yang terlalu berlebihan. Tapi sekarang? Sepertinya Syifa benar-benar membutuhkan seseorang untuk membawanya ke dokter. Melihat Syifa yang terus memegangi kepalanya, muncul pertanyaan di benak Rizky. Pemuda itu menyimpan beberapa makanan yang dibelinya lalu duduk disisi Syifa.

"Kenapa? Apa ada yang sakit?" tanya Rizky.

Benar kata Syifa. Belum juga gadis itu menceritakan semuanya, wajah pemuda itu sudah terlihat kalang kabut. Ia tidak tau harus memulai darimana agar Syifa mendapatkan kenyamanan.

Syifa menggeleng pelan.

"Mungkin aku cuman capek, kayaknya kalau rebahan dikit enak." kata Syifa yang mulai membaringkan tubuhnya diatas sofa tadi.

"Tapi muka kamu pucat banget fa. Mau aku ambilin obat buat kamu minum?"

"Enggak usah ky, aku cuman mau istirahat. Yaudah, sekarang kamu pulang dan barang-barangnya biar bibik yang beresin. Makasih udah anterin aku.." kata Syifa. Kedua matanya langsung terpejam meski ia masih bisa mendengar desahan napas pemuda itu yang gusar. Syifa tidak peduli, ia masih dalam ke pura-puraannya untuk terlelap.

Sementara Rizky, sebelum pemuda itu berlalu meninggalkan Syifa, ia menyempatkan diri untuk bertemu bibik dan meminta agar bibik menjaga Syifa dengan baik. Setelahnya barulah pemuda itu bisa meninggalkan rumah itu dengan perasaan tenang.

***

Sore hari Syifa terbangun karna seseorang yang sudah membangunkan sejak tadi. Dialah bibik. Syifa menguap lalu perlahan membangunkan gadis itu dari kursi sofa.

"Ada apa bik?"

"Itu non, sudah ada pendekor ruangan yang mau bekerja. Katanya dia sudah bicara sama non Lisa di kantor tadi," kata bibik lalu akhirnya pamit setelah menyampaikan maksudnya membangun Syifa di kursi sofa. Cepat-cepat gadis itu bangkit dan kembali terasa pening di kepalanya. 'Kenapa ini? Biasanya tidak seburuk ini sakit di kepalanya? Kenapa sekarang tidur pun tidak bisa menenangkan kepalanya itu?' pikir Syifa.

Dengan langkah terjuntai gadis itu kembali berjalan ke ruang utama rumah dan mendapati beberapa laki-laki sudah siap dengan peralatannya.

"Maaf mengganggu dek, betul ini rumah ibu Lisa?" tanya salah seorang pendekorasi ruangan tersebut.

"Iya betul. Silahkan langsung masuk saja." sahut Syifa dengan kedua tangannya yang terlihat menyambut hangat kedatangan pendekorasi ruangan itu.

-

Syifa memperhatikan setiap sudut yang sudah terhias dengan bunga-bunga. Dan beberapa gambar yang di tempel di dinding, meja yang sudah terpasang kain merah menyalah menambah kecantikan dari ruangan tersebut. Ini sempurna. Dapat Syifa bayangkan bagaimana bahagianya sang kakak yang sebentar lagi akan melaksanakan pertunangan itu.

Dan juga calon suaminya. Andra.

Syifa tersenyum. Kebahagiaan ini memang tidak lengkap tanpa mamah dan papah. Tapi bagaimana pun juga, saat ia mengatakan hal itu pada kakaknya. Lisa tidak akan menginginkan adiknya untuk memikirkan masa lalu itu. Sudah cukup.

Ah. Sepertinya pusing di kepala Syifa tidak bisa terkontrol lagi. Akhirnya gadis itu memilih masuk kedalam kamar untuk beristirahat. Tentu karna besok akan menjadi hari yang panjang dan melelahkan untuknya. Dan untuk orang-orang di rumah ini.

***

Rizky tersenyum bahagia ketika melihat toko bunga di seberang jalan. Mengingat bagaimana Syifa sangat mencintai bunga-bunga, apapun jenisnya. Kau tau? Bunga edelweis itu sangat mengangumkan. Dia tidak mati. Aku harap aku juga akan seperti itu yang tidak akan meninggalkan kak Lisa seperti mamah dan papahku.'

Sepenggal cerita dari Syifa membuat Rizky tersenyum beberapa saat, dan setelahnya ia malah kembali murung. Perkataan Syifa bisa dibilang bukan suatu kebetulan. Ya. Rizky menyadari satu hal bahwa akhir-akhir ini Syifa selalu berucap yang membuat dirinya menjadi buruk.

Dan soal tadi sore?

"Hey!" seseorang menyapa akrab Rizky yang sedang berdiri disisi bunga edelweis itu. Perempuan yang bertubuh mungil dan rambut pirang, senyum yang manis.

Ya dialah Bebi, gadis mungil yang mempunyai adik dengan penyakit yang sama yang di alami almh Aliya. Yaitu kanker. Memang, adik dari perempuan itu lebih dulu meninggal dibanding Aliya, dan sejak meninggalnya sang adik Bebi tidak lagi pernah terlihat di RS peduli Kanker itu. Tentu, untuk apa?

"Hey," balas Rizky sekenanya.

"Kau, Rizky kan yah?"

"Iya, kau Bebi. Kakaknya almh Sabrina. Gadis berusia delapan tahun itu?"

"Yah betul. Btw kenapa kamu ada disini? Apa sekarang kamu beralih jadi penjual bunga?" canda Bebi. Keduanya tertawa, tawa yang kembali terdengar akrab untuk waktu yang tidak lama.

Akhirnya Bebi dan Rizky memutuskan untuk pergi bersama. Mencari tempat untuk sekedar mengobrol.

-

"Oh, maaf. Aku tidak tau kalau Aliya juga sudah meninggal. Turut berduka cita untuj itu." Bebi bertutur lirih lantas mengusap punggung Rizky untuk sekedar menghilangkan rasa sedihnya itu.

"Iya enggak apa-apa. Sekarang kesibukan mu apa?"

"Biasalah. Kuliah, organisasi kampus. dulu waktu masih ada Sabrina pulang ngampus langsung ke tempatnya. Sekarang, kalau mau ke Rumah Sakit itu lagi, aku jadi teringat dia terus."terang Bebi. Sembari meminum jus yang ada di hadapannya ia pun tersenyum ke arah Rizky. "Kamu sendiri?"

"Iya. Aku akan segera tunangan.." sahut Rizky.

Tbc!

Ada yang kangen? 😍😘 saya juga kangen sama cerita ini. Meski kangen kalau ide yang mandet tetep aja enggak bisa kelanjut. Betul? 😁😁 maaf ya untuk waktu yang cukup lama ini.

Bunga Untuk SyifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang