BuS//20

807 146 13
                                    

Fix! Sesuai janji, kalau ada yang berhati baik mau memberi komentar dukungan untuk cerita ini. Maka saya selaku authornya akan segera menyelesaikannya untuk kalian.

Please! Buat para pembaca yang Budiman. Apapun akhir dari cerita ini di mohon agar kiranya bisa menerima dengan baik. Ok ok. 😂😂

Happy reading.. 😍😍😘

***

Lisa berlari dengan masih menggunakan sepatu high-heels yang dipakainya sepanjang aktifitas hariannya. Setelah mendapat kabar baik dari dokter Haris, tentang kondisi sang adik akhirnya perempuan itu bisa bernapas dengan lega, meski tidak seutuhnya. Persetan dengan hari berikutnya, Lisa hanya berharap kesadaran Syifa bisa membawanya ke masa-masa yang menguntungkan.

Melihat sang calon istri berlari akhirnya Andra pun ikut berlari mengekor di belakang Lisa. Ia tidak dapat mencegah perempuan itu untuk tidak tergesa-gesa. Sampai pada akhirnya Lisa menghentikan langkah kakinya ketika Lisa berada tepat didepan pintu ruang rawat inap Syifa.

Andra menghela napas lega, melihat Lisa bisa mengimbangi diri tanpa terjatuh.

Cklek

Bersamaan dengan suara pintu terbuka, deraian air mata haru Lisa keluar dari pelupuk matanya, membuat dirinya sesenggukan untuk beberapa kali.

Syifa dan Rizky kompak berbalik melihat ke arah pintu lantas tersenyum hangat.

Tap..

Tap..

Tap..

Terdengar nyaring di telinga Rizky suara langkah kaki Lisa. Melihat itu, Rizky mundur untuk memberi ruang dua bersaudara itu agar bisa berbicara langsung. Rizky bisa merasakan kerinduan Lisa pada adiknya seperti yang dirasakannya sebelum saat ini tiba.

"Terimakasih." ucap Lisa.

Rizky mengangguk lantas mengambil posisi berdiri tepat di sisi Andra yang memperhatikan kedua perempuan itu bertemu. Kembali pada Lisa, tanpa berucap Lisa akhirnya menciumi dahi adiknya dengan guncangan hebat yang dirasakan didadanya. Air matanya pun ikut mengalir sedikit membasahi dahi Syifa.

"Kak," ucap Lisa.

Setelah puas mencium sang adik, Lisa kembali memandang wajah Syifa dengan mulut tertutupi alat bantu pernapasan.

"Sayang. Adik kakak yang kuat," kata Lisa dengan bibir bergetar hebat. "Makasih sayang, kamu udah bantu kakak untuk melawan rasa khawatir ini." sambungnya.

"Ma...af, Syifa buat kakak... Khawatir." kata Syifa yang kali ini tangannya berusaha meraih tangan kakaknya.

"Enggak dek. Kamu jangan banyak bergerak dulu ya. Kamu harus banyak-banyak istirahat." kata Lisa sembari mengusap lembut Puncak kepala Syifa.

"Kak, Syifa... Sakit apa?"

"Sakit kamu enggak penting sayang, yang penting sekarang kamu sembuh dan bisa normal lagi." kata Lisa.

Sedikit ucapan Lisa rupanya bisa membuat Syifa berhenti untuk bertanya dan wajahnya pun terlihat lebih ceria. Syifa memaksakan diri untuk tersenyum lantas tangannya kembali meraih tangan sang kakak. Syifa mengisyaratkan untuk Lisa melepas alat pernapasan yang terpasang di bagian wajahnya. Namun sebelumnya, Lisa menatap ragu dan beberapa saat akhirnya Lisa membuka alat itu secara perlahan.

"Kak. Maafin aku ya, karna aku pertunangan kak Lisa sama kak Andra jadi kacau begitu."

"Dek, kamu jangan berpikir seperti itu. Sekarang yang terpenting kamu kembali pulih. Jadi kakak minta kamu istirahat yang cukup dan lupakan semuanya." ucap Lisa lembut.

Sekali lagi Syifa menurut dengan mengangguk pelan. Syifa menatap satu persatu orang-orang yang ada di ruangan itu dan sedikit merasa bersyukur karna Tuhan masih memberi kesempatan melihat senyum ketiga orang yang dikenalnya.

**

"Bagaimana perkembangannya dok?" Lisa berucap ragu, dengan berharap apa yang dialami Syifa saat ini bisa mengembalikan kesehatannya seperti semua.

"Seperti yang saya tau, Syifa masih sangat membutuhkan perawatan khusus untuk mengembalikan kesehatannya. Yaaa, mungkin kita bisa menjaga perkembangannya dengan berobat jalan."

"Maksud dokter?"

"Iya. Syifa bisa saja pulang ke rumah dan menjalani pengobatan seperti biasa, saya merasa pasien akan terus bertanya kenapa pasien harus berlama-lama di rumah sakit tanpa ia tau kondisinya yang sekarang. Mungkin itu akan sedikit memperburuk suasana hatinya. Tapi, kembali sama kamu sendiri Lisa bagaimana harus berbuat untuk adik kamu." tutur dokter Haris.

"Nanti dia juga akan tau sendiri dok tentang kondisinya. Bagaimana harus mengendalikan emosi adik saya? Sekarang saja dia mendesak ingin tau apa yang membuat ia pingsan."

"Sampaikan secara perlahan. Dan lihat, siapa yang akan bisa menguatkan fisik dan mengendalikan emosinya. Kamu mengerti kan maksud saya?"

Lisa terdiam. Sedikit menerka-nerka, dan entah kenapa bayangan Rizky terlintas begitu saja dalam pikirannya. Benar.. Mungkin Rizky bisa membantu. Pikir Lisa.

❤❤❤

Rizky membantu Syifa mendudukkan dirinya di atas ranjang. Setelah lama tertidur sedikit membuat Syifa menjadi rewel hanya karna merasa tidak nyaman akan kondisinya yang terlihat lemas.

Setelahnya, Rizky tersenyum dan kembali duduk menghadap ke arah gadis itu.

"Kamu merasa mendingan?"

"Aku bukan anak kecil ky, aku juga butuh udara segar. Kamu yakin enggak mau ajak aku keluar dari rumah sakit ini?"

Mendengar itu Rizky menghela napas pelan lantas mengubah posisi duduknya yang kali ini mendudukkan dirinya diranjang seperti posisi gadis itu. Rizky tersenyum.

"Aku mau banget, tapi kan kamu tau sendiri kak Lisa pasti enggak akan ijinin adiknya yang baru sembuh udah mau kemana-mana."

Syifa mengerucutkan bibirnya tak suka, berharap raut wajah itu bisa mengubah pikiran Rizky untuk membawanya pergi dari rumah sakit itu. Sedangkan Rizky hanya tersenyum dan menyentuh lembut pipi Syifa.

"Aku enggak tau sakit aku apa, sampai kalian begitu mengkhawatirkan aku seperti ini. Menjaga aku sampai aku enggak bisa gerak." tutur Syifa.

"Syifa.. Bukan begitu, tapi..."

"Enggak perlu kabur dari rumah sakit ini kamu juga udah bisa pulang kok." ucap Lisa yang tiba-tiba sudah berada di ambang pintu lantas tersenyum hangat ke arah Rizky dan Syifa. Lisa melangkah perlahan menghampiri keduanya, tanpa menunggu perempuan itu mengambil tas dan meminta bantuan Rizky untuk segera mengemas barang.

"Kak, apa benar Syifa akan pulang ke rumah?"

"Iya. Dokter malah menyarankan untuk membawa Syifa pulang."

"Tapi kak..."

"Rizky, nanti kita bicarakan ini lagi di rumah. Kamu bisa bantuin aku untuk mengurus semua administrasi Rumah sakit kan?" Ucap Lisa, tanpa meminta persetujuan Rizky perempuan kembali pada rutinitasnya membantu sang adik untuk berjalan.

Sementara Syifa hanya menatap heran ke arah Rizky yang terlihat khawatir. 'Apa yang kalian sembunyikan dari aku?' Syifa membatin.

Tbc! 😘😍

Bunga Untuk SyifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang