BuS//22

963 122 9
                                    

"Yasudah kak. Saya pulang dulu ya," Rizky memohon diri untuk segera meninggalkan kediaman dua bersaudara itu. Dan sebelumnya Rizky menyempatkan melirik Syifa yang juga mengantar lelaki itu sampai didepan pintu gerbangnya. Ia tersenyum yang berisyarat agar Syifa mengijinkan Rizky untuk pergi. Kemudian anggukan Syifa akhirnya benar-benar membuat Rizky beranjak dengan menggunakan jasa ojek online yang dipesannya melalui aplikasi. Maklum saja, lelaki itu tidak membawa kendaraan pribadinya dari rumah.

Ya. Sejak hari ini Rizky menghabiskan waktu di rumah Syifa, mungkin jika sang ibu tidak menelfonnya Rizky akan lupa dengan janjinya yang akan pulang lebih awal. Ah, hari ini terasa begitu sempurna. Rizky banyak melakukan sesuatu hal dengan gadis yang disayanginya, mulai dari menunjukkan bunga itu, sampai bermain monopoli bersama di ruang keluarga. Hal sederhana yang tidak pernah di lakukan oleh perempuan manapun.

Bukan.! Ada banyak perempuan yang ingin membuat hal sederhana namun menyenangkan itu dengan lelaki seperti Rizky, namun Rizky tidak pernah ingin memulai dengan perempuan manapun, tidak kecuali hari ini, dengan seorang gadis berwajah mungil yang selalu menghantui hari-harinya.

-

"Makasih ya bang," ucap Rizky.

Kali ini ia sudah berada tepat di depan pintu gerbang rumahnya, nyatanya bayangan Syifa mampu membuat waktu begitu cepat berlalu. terbukti ia bahkan tidak menyadari jika sang driver sudah mengantarnya sesuai dengan titik aplikasi.

Rizky menyerahkan beberapa ribu uang dan tanpa menunggu dia pun segera masuk kedalam rumah. Ketika hendak membuka pagar rumah tersebut, suara perempuan langsung mampu menghentikan aksinya. Rizky berbalik lantas mendapati Bebi diseberang jalan didalam kendaraan beroda empat dengan melambai senang ke arahnya.

"Oh hay!" teriak balik Rizky. Tingkah Bebi terlihat jelas ia ingin turun dari dalam mobil dan menyapa Rizky yang sudah berdiri diseberang jalan. Namun, Rizky mengisyaratkan untuk Bebi tetap berada di mobil. Rizky melihat kiri-kanan untuk memastikan kendaraan yang berlalu lalang dan tanpa kata lagi Rizky pun berlari menuju ke arah mobil Bebi.

"Kok disini?" tanya Rizky.

"Iya nih. Kebetulan aku baru pulang dari rumah temen. Enggak sengaja lewat depan rumah kamu, eh ternyata ada kamu."

"Ohh,"

"Oh iya. Tumben kamu naik ojek. Biasanya juga pake mobil.." ucap Bebi dengan melihat masuk kedalam rumah itu mungkin mencari kendaraan milik Rizky.

"Iyaa.. Tadinya aku lagi dari rumah temen. Kebetulan juga aku enggak bawa mobil dan sekarang mau pulang enggak ada yang bisa jemput. Paksa deh.. Eh, masuk dulu yuk.."

"Hehehe enggak deh. Kayaknya kamu capek banget. Gimana kalau besok?" ucap Bebi dengan tersenyum hangat ke arah Rizky. Sementara lelaki itu hanya berkerut dahi mendengar penuturan gadis itu barusan.

"Besok?"

"Iya, aku mau ajakin kamu pergi besok. Boleh enggak? Sebenarnya aku juga mau minta tolong."

"Emang Kemana dan minta tolong apa nih?"

"Ada-lah, besok aja kamu tau. Intinya kamu sanggup dulu penuhin permintaan aku?" mohon Bebi. Terlihat wajah Rizky berpikir beberapa saat lalu mengangguk setuju untuk waktu yang tidak lama.

"Yaudah besok aku ke rumah ka.."

"Enggak usah, aku aja yang jemput kamu disini."

"Kok gitu?"

"Enggak apa-apa yaudah yah kamu masuk gih. Aku mau balik."

Ucapan terakhir Bebi sebelum ia akhirnya kembali melajukan mobilnya perlahan dengan tangan yang masih melambai ke arah pemuda itu.

***

"Gimana perasaan kamu sekarang? Apa udah enggak ada yang sakit?" tanya Lisa sembari membantu Syifa untuk membaringkan tubuh gadis itu. Sementara Syifa hanya terdiam dengan wajah berpikir mencoba untuk menelaah pertanyaan sang kakak.

Bagaimana pun juga terdengar ganjal ditelingan Syifa dengan pertanyaan seolah ia akan mendapat hal yang mengejutkan dari kondisi fisiknya nanti.

"Kenapa kak?" heran Syifa.

"Ehh,"

"Kenapa pertanyaan kakak seperti itu? Emang aku sakit apa sih kak?"

Hening. Beberapa detik berlalu seperti terjadi guncangan pada diri Lisa yang siap untuk menyerangnya akan pertanyaannya sendiri. Raut wajah Syifa yang tadinya datar berubah menjadi serius dan ia pun membatalkan diri untuk berbaring.

"Kak," Syifa tidak melanjutkan pertanyaannya, hanya dengan tatapan mata itu Lisa pun mengerti ia terjebak.

"Kamu tidur aja, sekarang waktunya istirahat sayang."

"Aku sakit apa kak? Parahkan?"

"Enggak dek. Emang kakak salah nanyain kondisi kamu saat ini, setelah kejadian pingsan kamu waktu pertunangan kak Lisa sama kak Andra?"

Syifa menggeleng cepat. Hatinya sangat yakin, dengan raut wajah gugup kakaknya sudah mampu membuat ia mengerti tentang kondisinya saat itu juga.

Untuk beberapa saat, air mata Syifa kembali membanjiri beberapa bagian wajahnya bahkan hati gadis itu terasa kalut. "Aku akan mati kak?"

"Adek! Enggak begitu, kakak cuman tanya kondisi kamu. Perasaan kamu bagaimana seharian ini? Enggak lebih kok. Kakak enggak nyembunyiin apa-apa."

"Kak! Wajah kakak enggak bisa bohong. Kakak lagi nyembunyiin penyakit aku yang 'mungkin' parah kan?"

"Ssttt.." kali ini Lisa memeluk erat tubuh adiknya. Ada rasa bersalah ketika ia memang menyembunyikan penyakit itu namun ia tau jika saat sekarang ini Syifa tidak akan bisa menerima dengan lapang apa yang sudah terjadi pada dirinya.

Lisa mengusap lembut Puncak kepala Syifa, sebisa mungkin ia mencoba untuk menenangkan sang adik dan mengembalikan keceriaan Syifa. Namun yang terjadi suara Syifa semakin terdengar getir dan sesenggukan. Lisa tau Syifa sangat ketakutan.

"Dek, kak Lisa janji untuk apapun yang terjadi nanti pada kita. Kakak akan selalu ada untuk kamu, bukan cuman kakak, tapi kak Andra dan juga Rizky akan membuat kamu lebih baik lagi."

"Kak Lisa bahkan tidak bisa jujur dengan Syifa. Bagaimana Syifa bisa percaya sama kakak? Syifa tau ini mungkin ada hubungannya dengan kematian Syifa kan?"

"Dek dek. Kamu jangan ngomong kayak gitu. Enggak ada yang menyangkut pautkan perhatian kakak dengan kematian seseorang. Kakak hanya seneng kamu bisa pulih seperti sekarang ini." Lisa melepas pelukan adiknya perlahan lantas menatap dalam manik mata milik adiknya. Entah ia pun merasa tidak percaya diri dengan apa yang sudah di katakannya. Kematian dan kondisi sang adik? Pikir Lisa.

Lisa kembali membaringkan tubuh Syifa perlahan lantas sebelum menutup selimut gadis itu, tak lupa Lisa mencium Puncak kepala adiknya dan berharap keajaiban akan muncul dengan keyakinan yang di kumpulkannya untuk kesembuhan sang adik.

Bersambung. Part part ending akan segera tiba. 😘😍 see you in the next part guys.

Bunga Untuk SyifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang