eskrim

1K 168 8
                                    

Satu minggu kemudian..

Derap langkah Rizky berjalan menuju taman, sembari membawa dua buah es krim yang dibelinya diseberang jalan. Terlihat Syifa sudah menunggu di kursi yang tersedia disekitar area taman tersebut. Rizky menyunggingkan senyum simpul dan diletakkan dua buah eskrim itu dibelakang punggungnya. Niat, memberi kejutan kecil untuk sang pujaan hatinya.

Sesampainya disana..

"Yap!" Rizky bersuara lantas membuat Syifa terkejut, kedua tangannya sengaja disembunyikan di belakang punggungnya. Syifa berkerut dahi melihat pemuda itu terus menyungginkan lingkaran setengah dari bibirnya.

"Ada apa sih?" Syifa bertutur lembut, kepalanya terus bergerak mencari sesuatu dibelakang punggung Rizky, tentu pemuda itu merasa senang melihat Syifa dengan raut wajah penasarannya. Lelah, dan akhirnya Syifa berdecak sebal karna tidak bisa menebak gerak Rizky yang menyembunyikan sesuatu.

Melihat itu. Akhirnya Rizky mengeluarkan eskrim itu dan menyodorkan keduanya ke arah Syifa. "Cuman ini kok," kata Rizky. "Kamu mau yang rasa apa? Aku bawa dua dengan rasa yang berbesa." Rizky masih mempertahankan senyum manisnya ke arah Syifa.

"Enggak ah,"

"Udah dong.. Jangan ngambek gitu, aku kan cuman mau ngasih kamu kejutan kecil," Rizky yang tadinya berjongkok dihadapan Syifa lalu akhirnya mengubah posisi dengan mendudukkan dirinya di kursi taman.

"Rasa apa?"

Melihat itu. Seakan berpura-pura marah membuat Rizky patuh. Terbersit ide jail dalam pikirannya lalu perlahan Syifa tersenyum kecil tanpa sepengetahuan pemuda itu.

"Kalau kamu bisa tebak rasa apa yang aku mau, aku enggak akan marah lagi." tantang Syifa.

"Maksudnya? Aku nebak yang kamu pengenin dari dua rasa eskrim yang ada ditangan aku ini?"

"Iya, kalau kamu bisa nebak. Itu artinya kamu bersungguh-sungguh minta maaf sama aku."

"Hmm.." raut wajah Rizky terlihat tampak menimbang-nimbang dan beberapa detik kemudian ia pun mengangguk setuju.

"Baiklah,"

"Okeh. Sekarang coba kamu pikirin eskrim apa yang aku mau?"

Rizky memperhatikan raut wajah Syifa dan mengalihkan pandangan ke tangan yang sudah berisikan dua eskrim tersebut, lalu mengulangi menatap mata Syifa. Begitu seterusnya untuk beberapa saat, Rizky mengeluarkan satu kata. Dan berharap apa yang ditunjukannya memang benar:

"Strowberi?" Rizky bergumam pelan.

Dan..

Syifa tertawa, karna apa yang dikatakan Rizky memang benar adanya. Entah kenapa gadis itu memang sangat menyukai rasa coklat, namun saat ini strowberi, itulah yang terus terukir dalam ingatannya.

"Salah ya? Apa dong? Coklat?" Rizky bergumam sendiri. "Kesalahan aku, enggak tau rasa favorit kamu sebelumnya, kalau ada kuis dadakan kayak gini kan enggak perlu repot lagi."

"Enggak kok, enggak. Emang tadi aku pikirin rasa strowberi." Syifa tertawa pelan. Melihat itu Rizky pun ikut tertawa lantas memberikan satu eskrim strowberi untuk Syifa. Sekarang keduanya sedang menikmati eskrim mereka masing-masing dan sesekali tertawa kecil karna kuis konyol yang diberikan Syifa.

"Sebenarnya aku suka coklat. Tapi entah kenapa yang aku pikir malah strowberi."

"Mungkin karna aku, isi hati aku. Isi hati kamu juga." Rizky berbisik pelan. Seketika terlihat rona merah diwajah Syifa langsung menghiasi pipinya. Syifa tertunduk berpura-pura tidak mendengar kalimat gombal yang dikatakan Rizky.

Rizky kembali menatap taman itu. Yaa, ia tidak menyadari bahwa tempat itulah yang mempertemukan dia dan gadis itu. Saat pertama dengan menggunakan kursi roda. Sekarang berbeda, Syifa tidak lagi menggunakan kursi roda itu dam tentu hal itu adalah satu kebahagiaan untuk Rizky. Meski, diantaranya ada kesedihan yang sempat dialaminya satu minggu yang lalu.

Ya. Seminggu kematian Aliya, kini kembali terbersit dalam ingatan Rizky. Bagaimana ia harus melupakan Aliya kalau gadis kecil itulah yang mempertemukan ia dengan Syifa. Gadis kecil yang meminta pamannya untuk menolong Syifa yang kursi rodanya tersangkut dengan undakan tangga. Jelas sekali, kedua-duanya sangat berkaitan erat. Aliya dan Syifa mempunyai sihir yang kuat dan mampu membuat pemuda itu merasa mempunyai tanggung jawab besar untuknya. namun sekarang... Tanggung jawan itu tinggal satu. Aliya sudah jauh bahkan tidak akan kembali untuk menyaksikan kaki Syifa berjalan seperti keinginannya. 'Kasian ya paman, semoga kalau kita bertemu kakak itu lagi. Dia sudah bisa jalan.' bahkan kalimat Aliya tentang Syifa masih jelas dalam ingatan pemuda itu.

"Hey.." Suara gadis itu seketika membuyarkan Rizky dari lamunannya, ia bahkan tidak menyadari eskrim yang ada ditangannya sudah meleleh setengah.

"Ah." Rizky berdesah pelan dan kembali tersenyum.

"Kenapa?"

Pemuda itu menelan salivanya kasar lantas melirik eskrim yang sudah meleleh itu. Kini, ia membuangnya karna nafsu memakan eskrim sudah tidak lagi dirasakannya.

"Meleleh? Kita beli lagi?"

"Enggak, bukan karna eskrimnya meleleh. Aku hanya ingat kalau tempat ini adalah awal pertemuan kita beberapa bulan yang lalu."

Mendengar itu. Syifa ikut memperhatikan tempat tersebut dan mengangguk setuju. Entah kenapa disaat Rizky berbicara serius tentang taman ini, gadis itu justru tertawa pelan. Ia mengingat sikapnya yang tidak ramah pada Rizky waktu itu.

"Maaf kalau waktu itu aku enggak nyaman sama kamu." kata Syifa.

"Ya. Aku ngerti, kita baru saling kenal. Dan kau hanya melindungi diri dari orang-orang asing sepertiku waktu itu kan?"

"Hehe.. Aku enggak nyangka kita akan seakrab ini."

"Iya. Semua karna Aliya, anak itu benar-benar sudah mengatur sesuatu yang Indah, saat dia pergi. Kau yang menggantikannya." lirih Rizky. Sementara Syifa yang mendengar itu tidak lagi bisa tersenyum. Melihat kesedihan Rizky tak sepatutnya ia mengingat masa-masa Indah.

"Maaf, aku pikir kamu mau mengingat pertemuan kita saat pertama sekali."

"Iya, aku ingat kok. Makanya aku bersyukur punya kamu." Rizky menghela napas pelan lalu kembali membuang kesedihannya. Pemuda itu memalingkan wajahnya ke arah Syifa lantas meraih tangan Syifa dituntunnya ke dada bidang miliknya.

"Makasih, karna kamu... Sudah membuat kebahagiaan ini menjadi sempurna. Makasih karna kamu sudah membuktikan kalau kamu bisa tanpa kursi itu lagi, Aliya memang gadis kecil yang mengerti pamannya. Dia tau dimana harus pergi tanpa meninggalkan luka dihati pamannya. Itu semua karna dia tau kalau kamu dengan semangat kamu yang tidak pernah pudar untuk harapan yang lebih Indah akan kebahagiaan aku atai kebahagiaan kita." tutur Rizky panjang lebar.

Tanpa disadari mata gadis itu terlihat berkaca-kaca dan kali ini ia tak dapat membendung ke-haru-annya, dan akhirnya Syifa berhasil menumpahkan air matanya. Gadis itu memeluk tubuh Rizky erat lalu mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Itu juga karna kamu..."

"Makasih Syifa. Makasih..." ucap Rizky lirih.

Tbc!

Bunga Untuk SyifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang