BUS 09

1.4K 213 18
                                    

Syifa tertawa lepas bahagia ketika langkah demi langkah bisa di selesaikan tanpa sedikitpun mengalami hambatan. Hanya saja, saat ingin meraih tangan Rizky sedikit membuat hatinya kesal karna pemuda itu justru kembali berjalan menjauhinya lantas ikut terkekeh pelan.

Saat itu Syifa kembali melangkah sedikit demi sedikit untuk mengejar Rizky yang berada tidak jauh dari tempat sebelumnya. Entah kenapa, semangat gadis itu lah yang membuat pria itu selalu merasa ikut bahagia saat mengajari Syifa.

"Kamu bisa.!!" teriak Rizky sembari melambaikan tangan ke arah Syifa yang sedang bersusah payah untuk menggapainya diujung sana. Ck, Syifa berdecak lantas menghentikan langkahnya ditengah perjalanan.

"Loh, kok diem disitu sih?! Ayo jalan.!!" ucap Rizky sedikit berteriak untuk menyemangati gadis itu lagi. Tapi apa yang dilakukan Syifa justru membuat Rizky berkerut dahi lantas memperhatikan lamat ke arah Syifa yang memutar arah membelakanginya.

Meski sedikit terheran, tak menuntut pria itu segera melangkah menghampiri Syifa yang terus berjalan semakin menjauh darinya. "Kamu kok muter balik gitu sih, aku udah nungguin tadi kamu disitu." celetuk Rizky yang kali ini tangan kirinya ikut memapah Syifa.

"Ya abis kamu ngerjain aku tadi kan? Yaudah, aku belajar sendiri aja. Udah, sana kamu duduk." ucap Syifa sembari menjauhkan tangan Rizky dari pinggangnya.

"Udah udah, sini biar aku bantuin kamu ya. Iya sekarang enggak main-main lagi."

"Udah. Jangan sentuh aku bisa gak sih?!" Syifa mendengus kesal lalu ikut melangkahkan kedua kakinya perlahan. Mendengar itu, Rizky terhenyak lantas perlahan melepaskan tangan kirinya lalu terdiam melihat Syifa yang bekerja sendiri. Tanpa sadar, gadis itu tersenyum girang lalu berusaha meraih kursi roda yang bertengger tidak jauh darinya.

Setelah berhasil mendudukkan dirinya dikursi itu, Syifa tertawa terbahak-bahak lalu mengayunkan kursi roda miliknya untuk sampai dihadapan Rizky.

"Hahhaha. Wle" ejek Syifa.

"Jadi, tadi kamu ngerjain aku ya.?"

"Makanya, jangan suka jailin orang juga, emang enak dijailin balik." kata Syifa.

"Kapok deh, tadinya kan aku cuman mau liat kamu ngelangkah lagi aja. Bukan niatan mau kerjain kamu."

"Tadikan udah susah payah melangkah untuk bisa berdiri disisi kamu. Justru, kamu malah lari lagi."

"Ya itu karna aku seneng aja ngeliat kamu jalan kayak tadi. Eh, enggak taunya malah pura-pura ngambek kerjain aku." celetuk Rizky lantas ikut mendorong perlahan kursi gadis itu untuk sampai di kursi ruang yang ditempatinya.

-

"Jadi, tadi itu kamu pergi ke pemakaman orang tua kamu sama kak Lisa sama Andra juga?" tanya Rizky sembari meneguk minuman berbotol yang sudah ada dalam genggamannnya itu.

Setelah mendengar panjang cerita gadis itu, sempat membuat Rizky berpikir untuk ikut serta dalam menziarahi kuburan Desi dan Hadi. (Orangtua Syifa)

"Iya."

"Kenapa kok tiba-tiba, kalau aku tau kamu pergi. Kan aku bisa ikut." ucap Rizky.

"Emang kamu pikir, ini tuh acara piknik?" tanya Syifa lantas ikut tertawa kecil.

"Bukan gitu, emang enggak boleh ya kalau aku ikut."

"Enggak boleh, lagian aku ke pemakaman orangtua ku. Bukan mendatangi pemakaman kerabat kamu. Haram hukumnya kalau ada orang lain ikut-ikut." ucap Syifa yang diiringi dengan tawa kecilnya. Rizky terdiam beberapa saat, lalu kembali bergumam pelan.

"Jadi, kak Andra itu bukan orang lain ya?"tanya Rizky. Melihat Syifa berpikir seperti itu, tentu membuat Rizky hanya tersenyum menatap Syifa.

"Kak Andra kan calon suaminya kak Lisa. Enggak apa-apa dong." setelah berpikir, satu kalimat itu justru semakin kuat membuat senyuman Rizky melebar.

"Ya sama.." celetuk Rizky.

"Sama? Sama apanya?"

"Sama lah, aku kan juga calon suami di keluarga itu." ucap Rizky. Mendengar itu, kali ini Syifa tak lagi bisa berkata. Syifa tertunduk lalu berdehem pelan. Tau saat ini hatinya justru tidak bisa lagi diajak kompromi, kalau saja, bisa membuat perhitungan pada Rizky tentu dirinya ingin sekali menjahit mulut pria itu dengan kedua tangannya. Alih-alih bisa melakukannya, melihat Rizky yang sedang menatap ke arahnya pun sudah membuat Syifa gugup seketika.

"Hehe. Lucu banget mukanya kayak gitu?" ucap Rizky lantas mencolek ujung hidung Syifa pelan.

"Apaan sih kamu, emang muka aku kenapa?"

"Merah, itu pipinya juga makin merah." kata Rizky sembari menunjuk ke wajah Syifa.

"Ky. Udah deh.." sambung gadis itu lantas memukul pelan lengan Rizky. Siapa sangka, beberapa tingkah dan ucapan Rizky bisa membuat Syifa tertawa atau bahkan malu seketika karnanya. Dan sore itu, hati Rizky ikut menghangat melihat Syifa dengan tawanya. 'Jadi begini kalau dia ketawa? Kok perasaan aku ikut bahagia sih?' batin Rizky.

Untuk beberapa saat, senyuman di wajah gadis lumpuh itu kembali meredup. Syifa tertunduk lantas menelan salivanya kasar ketika mengingat kejadian di pusara pagi tadi. Ayah, ibu. Semuanya jelas tergambar dengan mereka yang sekarat di RS satu tahun yang lalu.

"Tau nggak sih? Aku kasian banget sama kak Lisa." ucap Syifa lirih. Mendengar itu, Rizky ikut berkerut dahu lantas menarik kursi roda milik Syifa mendekat ke arahnya. Rizky menatap kedua bola mata Syifa yang sudah hampir dihujani dengan air mata. "Kenapa?" tanya Rizky pelan.

"Orangtua ku meninggal gara-gara aku, dan sekarang kak Lisa harus bekerja keras untuk keluarga kita. Untuk aku, dia juga harus berusaha menghadapi tingkah aku yang kadang buat dia kewalahan sendiri." kata Syifa yang kali kedua bola matanya sudah mengeluarkan kristal bening dari sana.

Rizky tersenyum dengan menatap wajah Syifa lebih intens. Tanpa sadar, pemuda itu justru menyentuh lembut pipi Syifa dan menggeleng pelan.

"Kamu pernah denger enggak, tentang hukum menyalahkan diri sendiri karna takdir Tuhan? He?" tanya Rizky. Syifa menggeleng.

Rizky mengalihkan pandangannya ke seluruh ruangan itu, lantas pandangannya mendapati seorang anak yang sedang menyemir sepatu milik orang-orang berdasi yang bekerja disana. Rizky menunjuk ke arah anak laki-laki itu, mengisyaratkan agar Syifa melihat lebih seksama oleh anak itu.

"Ada apa dengan anak itu?"

"Dia itu sebenarnya enggak mau kayak gitu, tapi karna perekonomian keluarganya yang enggak memadai, dengan sangat terpaksa dia harus turun tangan membantu ayah ibunya. Kalau sudah seperti ini apa dia harus menyalahkan orangtuanya karna dia terlahir dari keluarga yang enggak punya?"

"Maksud kamu?"

"Hhhhh, seandainya orang-orang berpikir sama seperti kamu. Maka, Tuhan bakal jadi penyebab sumber kesalahan semua manusia di muka bumi ini. Lantas, apa kita harus menyalahkan Tuhan ketika beberapa takdir yang tidak kita inginkan menimpa kita?"

Syifa terdiam. Mencoba menelaah semua kalimat Rizky yang terdengar lembut dan bijak. Sementara Rizky ikut tersenyum lantas kedua tangannya justru menggenggam tangan Syifa kuat.

"Syifa. Yang perlu kamu lakukan hanya menikmati apa yang sudah Tuhan gariskan untuk takdir kamu. Dan yang paling penting kamu harus bersyukur dengan semua yang ada sekarang. Lihat, perlahan kamu bisa melangkah dengan baikkan? karna apa? Karna kamu kuat, kamu bisa lakukan yang terbaik untuk diri kamu." ucap Rizky mantap.

Tbc!

Assalamualaikum. Wah, selesai se-part juga akhirnya. Gimana nih part ini, komenannya di bawel-bawelin aja juga gpp. Biar makin semangat Nextnya. 😅😄😘😍

Bunga Untuk SyifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang