Minggu pagi. Seperti biasa, sebelum memulai aktifitas rutin Syifa. Ia dan sang kakak selalu menyempatkan waktu untuk sarapan bersama. Lisa yang sedang sibuk mengoles selai kacang di atas beberapa lembar roti tawar lantas setelahnya lalu diberikan pada sang adik dan segelas susu.
Sembari melahap potong roti, gadis itu terdiam dengan menatap kosong kearah lain, tentu membuat Lisa sang kakak bertanya-tanya atas keheningan mereka diatas meja makan. Tidak biasanya, Syifa diam dalam pikirannya sendiri. Kadang gadis itu akan memulai obrolan apa saja selama keduanya bertatap muka.
"Ada apa sih?"
Syifa tersontak dan mengalihkan pandangannya ke sosok perempuan dewasa yang saat ini duduk bersamanya. "Eh."
"Ada apa? Kamu kenapa?"
"Kenapa kak? Enggak apa-apa."
"Tuh kan, enggak mau ngaku sama kak Lisa. Kamu ada masalah kan?" selidik Lisa. Matanya menyipit memperhatikan ke arah sang adik lebih intens lantas membuat Syifa semakin menjadi salah tingkah.
"Apa sih kak?" elak Syifa sembari menyantap sisa roti yang masih bertengger ditangannya.
"Kamu tau? Kakak itu penasaran banget sama kamu kalau udah kebanyakan diamnya. Apalagi kalau udah grogi kayak gitu tuh."
"Bukan. Syifa lagi mikir aja, hari ini kakak mau kemana lagi?" kata Syifa dengan siaran manjanya.
"Ih, kamu itu. Kalau hari libur gini kan, kakak biasa ngabisin waktu pagi sama Andra."
"Kalau hari ini sama Syifa, boleh enggak kak?" tanya Syifa.
Lisa terdiam meski pikirannya tentang sang adik terus berjalan. Tidak biasanya Syifa memperlihatkan ke-manja-an nya pada Lisa terang-terangan. Atau suasana hati gadis itu memang buruk? Pikir Lisa.
"Memangnya kamu mau kemana?"
Mendengar pertanyaan itu, Syifa diam dan memikirkan rencana yang sudah disusunnya sejak dia bangun dari tempat tidur. Entahlah, ia juga bahkan tidak yakin dengan rencana ini untuk melibatkan sang kakak.
"Kemarin itu. Syifa sama Rizky pergi ke tempat anak-anak terapi kanker. Kasian tau kak, ada salah satu dari mereka meninggal karna penyakitnya yang enggak tertolong." kata Syifa.
"Iya kasian sih. Tapi, ini apa hubungannya sama kak Lisa? Kamu mau kesana lagi bareng sama kakak."
"Bukan kak. Aku kepikiran aja sama mamah sama papah. Dan rencana hari ini aku mau ngajak kakak juga pergi sama aku. Ke pemakaman mereka." ucap Syifa akhirnya.
"Loh. Tiba-tiba gitu? Kamu kangen sama mereka?"
"Iya gitu deh kak. Soalnya waktu kemarin aku berkunjung ke pemakaman Dinda, anak yang meninggal karna sakit itu, dan tiba-tiba mau mengunjungi mamah sama papah juga. Boleh ya kak, atau ajak kak Andra sekalian juga deh bareng kita." ucap Syifa lantas dengan menatap lirih ke arah Lisa. Sementara Lisa terlihat berpikir beberapa saat sebelum perempuan itu menghembuskan napas pelan dan mengangguk. "Beneran kak?" tanya Syifa lagi.
"Iya, yaudah. Gih kamu abisin sarapannya abis itu kita berangkat." ucapnya.
📖📖
Setiba di pusara. Lisa melangkah perlahan sembari mendorong kursi roda sang adik untuk mencari makam Hadi dan Desi, yang tidak lain adalah ibu dan ayah 2 perempuan bersaudara itu. Sementara Andra hanya menunggu di atas mobil sesuai permintaan sang calon istri.
-
Syifa terduduk menatap makam ibu dan ayahnya lirih, gadis itu berusaha untuk menjangkau batu nisan milik Desi dengan susah payah, lalu sesegera mungkin Lisa sedikit memajukan kursi roda Syifa dan mengusap lembut pundak gadis itu.
Entah apa yang Syifa ungkapkan disana, bibirnya terus bergumam dengan linangan air mata yang juga ikut membasahi wajahnya. Sementara Lisa hanya menatap ke sang adik lalu ikut berjongkok disisi kursi roda Syifa.
Kejadian tahun lalu kembali terputar dalam bayangan Syifa. Berpikir seandainya bukan karna Syifa merengek untuk dikunjungi ke sekolah waktu itu, mungkin semuanya tidak akan seperti ini. Syifa merasa, kecelakaan yang menimpanya ini karna ulahnya.
Tiba tiba Syifa memukul dadanya yang sesak karna isak tangisnya, dan meronta didepan makam Desi, lantas menangis sesenggukan dan memaki diri. Melihat reaksi itu, cepat-cepat Lisa menghalau sang adik untuk menyakiti dirinya sendiri.
"Kamu kenapa? kendalikan diri kamu!" seru Lisa dengan perasaan takut.
"Aku salah kak, aku..." kata Syifa dengan sedikit meronta.
"Ssstt.. Jangan pernah kamu ungkit masalah itu lagi, kakak enggak suka kamu terus salahin diri kamu."
"Tapi kak..." lirih Syifa. Tanpa menunggu, cepat-cepat Lisa menangkup wajah sang adik, lantas menatap dalam manik mata milik Syifa yang sudah dipenuhi dengan air mata.
"Dengerin kakak. Ini sudah takdir Tuhan untuk keluarga kita. Kamu hanya perlu bersyukur dengan apa yang kamu miliki sekarang." perempuan itu mengusap pelan pipi Syifa sembari menggeleng pelan."kamu udah janji sama kakak, kamu akan menjadi Syifa yang ceria kan? Kamu janji sama kakak, untuk tidak pernah menyalahkan diri sendiri. Dek, kakak mohon, hiduplah dengan tenang. Kamu kuat.! Kita kuat!" sambungnya berniat menjelaskan panjang lebar pada Syifa.
Perlahan Lisa menurunkan kedua tangannya dari wajah sang adik dan beralih dengan memeluk gadis itu dan mengusap kepala gadis itu lembut. Merasa suasana kembali normal, Syifa menghembuskan napas pelan dengan kedua tangannya mengayun untuk membalas pelukan sang kakak. Entah. Pasti akan selalu berakhir seperti ini.
Skip_
"Yaudah, kalau emang kamu enggak mau ikut. Kakak bisa apa? Tapi, kamu janji sama kak Lisa buat berhenti membuat kakak khawatir." ucap Lisa. Mendengar itu Syifa mengangguk pelan lantas tersenyum tipis ke arah Lisa.
Untuk beberapa menit mobil yang ditumpangi Andra dan Lisa melesat semakin menjauh dari kediaman milik alm. Hadi cipto. Setelahnya Syifa berbalik dan berniat masuk kedalam rumah.
Tiba tiba.
"Hay. Selamat pagi."
"Astagfirullah." ucap Syifa spontan dengan memegangi dadanya, suara yang sangat mengejutkan itu membuat Syifa ikut terpancing dengan rasa kesalnya. "Rizky.!" seru Syifa, ia meyakinkan orang yang dihadapannya memang Rizky.
"Maaf. Aku buat kamu terkejut ya?"
"Sangat.! Lagian kamu kebiasaan suka tiba-tiba." sinis Syifa lantas dengan cepat kembali mengayunkan kursi roda itu untuk kembali melaju perlahan. Lagi-lagi, Rizky dengan cepat meraih pegangan kursi roda itu lalu ikut membantu Syifa.
"Marah ya?" lirih Rizky.
"Hm. Enggak, aku kaget aja tadi."
"Tapi kamu ngebentak aku?"
"Siapa ya ngebentak sih, baperan deh kamu." kata Syifa lantas kembali mengaitkan anak rambut kedaun telinganya. Melihat itu, Rizky tersenyum. Entah terlihat cantik saja ketika gadis itu tanpa sengaja melakukannya.
"Udah. Biarin kayak gitu." Syifa berkerut dahi, melihat tingkah Rizky yang menurutnya aneh.
"Apanya?"
"Itu. Rambutnya, biar aja ke acak kayak gitu."
"Heh, apa deh kamu. Ngomongnya enggak jelas"
Lagi-lagi pemuda itu kembali tersenyum sembari mendekatkan mulutnya ke telinga Syifa. Dan kali ini justru Syifa lah yang merasa sesak dan kaku mendengar dan merasakan desahan napas Rizky disana.
"Rambutnya berantakan, buat kamu semakin cantik tau enggak." bisik Rizky ke telinga gadis itu pelan.
Tbc!siapa yang nungguin ke-romantisan Mereka? Tunggu di pary selanjutnya ya. Kalau suka cerbungnya, tinggalkan Like dan komentarnya. Segini aja dulu. Masih ada hari minggu kan? Kita baper-baperan di hari itu. 😁😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Untuk Syifa
FanfictionTAMAT Cerita KyFa. Tidak ada makhluk yang menginginkan jika harus selalu bergantung pada seseorang, bahkan oleh kerabat dekat sekalipun. Tapi bagaimana jika hidupmu mengharuskan untuk selalu membutuhkan bantuan? Bahkan hal sekecil apapun. Dan jika...