BUS 01

2K 213 13
                                    


Hampir 2 jam Syifa berada di taman. Setelah beberapa waktu yang lalu bik Ijah mengantarnya untuk sekedar melihat-lihat, tapi justru Syifa sudah merasa khawatir tidak juga ada yang mengambilnya di tempat itu. Beberapa kali Syifa melirik jam tangan miliknya, dan berharap setelah ini bik Ijah datang menjemputnya.

Lupakah? Saat ini Syifa merasa was-was. Bagaimana mungkin berada ditaman menunggu sedangkan hujan sebentar lagi akan turun. Gadis itu pun mulai merasa hawa dingin meniup-niup daun telinganya.

Syifa berusaha sendiri untuk menaikkan kursi rodanya ke aspal yang lebih tinggi tapi beberapa kali juga gagal. Sementara gadis kecil yang berada tepat disebelah Syifa sudah memperhatikannya sejak tadi.

"Kakak sedang apa?" sapa gadis kecil itu akhirnya. Syifa tersontak sedikit terkejut karna suara yang terdengar tiba-tiba. Ia berbalik dan mendapati gadis kecil dengan mengalungi botol minumannya dan snack yang ada ditangannya. Syifa tersenyum berusaha membuang rasa takutnya.

"Eh, gak apa-apa dek. Kakak cuman mau melewati batas ini, tapi gak bisa. Terlalu tinggi. Kursi roda kakak gak mampu naik." kata Syifa sembari menggerakkan kedua ban kursi roda miliknya untuk mendekati gadis kecil itu.

"Sebentar kak." kata gadis kecil itu dan segera berlari menjauhi Syifa. Terlihat seperti mengunjungi seseorang yang mungkin juga berada di area taman tersebut.

"Tapi.." belum sempat melanjutkan kalimatnya gadis kecil itu tidak lagi berbalik badan dan terus berlarian untuk sampai di suatu tempat. Kembali Syifa menggoyangkan kursi rodanya dan lagi, tidak ada hasil untuk usahanya yang sudah beberapa puluh kali dilakukannya.

Syifa mengambil nafas dalam untuk sekedar mengatur diri, dan tidak cukup sampai disitu ia lagi-lagi mencoba menaikkan kursi roda dan alhasil... Gadis itu malah hilang kendali dan hampir terjatuh. Kini ketakutan luar biasa datang menyergap perasaannya, ditambah dengan cuaca mendung yang ikut memaksimalkan rasa takutnya.

"Kamu gak apa-apa." suara berat lagi-lagi membuat hatinya ikut takut, karna sejak tadi itulah yang dihindari Syifa. Laki-laki yang mungkin akan memperhatikan dan memanfaatkan keadaan dimana dirinya yang tidak bisa berbuat apa-apa dan menculiknya. Tentu dengan keadaan Syifa yang lumpuh selalu juga ikut pikiran buruk dihatinya.

"Gak apa-apa." ucap Syifa lantas menjauhkan tangan pemuda itu dari kursi rodanya.

"Biar sini aku bantu."

"Gak. Jangan, aku juga bisa. Hanya butuh sedikit waktu."

"Tapi kamu udah hampir jatuh tadi, dan kata keponakan aku udah dari tadi kamu berusaha menaiki undakan itu. Gak pa-pa sini aku bantu ya." kata pemuda itu. Syifa terhenti lantas mendongakkan kepalanya, melihat pemuda itu tersenyum sementara Syifa bertanya-tanya dalam hati.

"Kak." ucap gadis kecil yang juga ikut berada dibarisan Syifa dan pemuda itu. "Aliyah panggil om Rizky, karna Aliyah udah daritadi liat kakak." sambungnya.

"Oh. Ka-kamu, iya.. Makasih ya dek." kata Syifa. Gadis itu merasa tak enak ketika tau pemuda yang ingin menolongnya adalah om dari gadis kecil yang tadi menyapanya.

"Sekarang aku boleh membantumu untuk menaikkan kursi roda mu kan?" tanya Rizky yang tanpa meminta persetujuan Syifa untuk melakukannya lagi. Syifa gugup lalu terdiam.

Setelahnya...

"Kak, ini om Rizky. Omnya Aliyah."

"Iya, makasih ya Aliyah kamu udah bantuin kakak." kata Syifa. "Dan, makasih juga ya buat kamu yang udah bantuin menaikkan kursiku." sambungnya sembari menatap Rizky malu-malu.

"It's ok. Nama kamu siapa?" ucapnya.

Rizky yang mulai membuka obrolan dan berniat mengetahui nama dari gadis yang ditolongnya itu.

"Syifa." ucap gadis itu singkat. Setelah mengetahui nama Syifa, Rizky tersenyum dan mengalihkan pandangannya ke arah Aliyah yang sudah berdiri disisinya untuk menunggu masuk kedalam mobil.

"Sayang. Kamu ke sana duluan ya, dan tunggu om Rizky sebentar.

"Memangnya om mau kemana lagi?"

"Anterin kakak ini kesana, kasian kan kalau ditinggal sendirian disini."bisik Rizky. Tanpa aba-aba Aliyah segera berlalu lebih dulu meninggalkan keduanya, sedangkan Syifa hanya terdiam dan saat ini sedikit merasa aman berada disekitar orang asing. Lagi.

Dan lagi. Karna kedua kakinya membuat orang-orang asing disekitarnya ikut merasa kesusahan, karna kedua kakinya pula. Yang seharusnya dengan mudah dilewati orang lain tapi justru Syifa malah mengerahkan semua tenaganya hanya untuk satu undakan tangga.

Diam-diam Syifa menyeka air matanya, seandainya bik Ijah ada disana pasti tidak mungkin ada kejadian kasihan-mengasihani untuk dirinya seperti sekarang ini.

"Rumah kamu dimana?" kata Rizky yang sontak membuyarkan lamunan Syifa tentang dirinya.

"Eh, aku... Tinggal deket kok dari sini."

"Aku anterin yuk."

"Gak! Gak usah, nanti biar aku sendiri. Aku bisa kok."

"Tapi sebentar lagi hujan dan..."

"Makasih udah nolongin aku tadi." kata Syifa yang tidak lagi ingin mengambil keuntungan dari kebaikan pemuda itu.

"Yasudah, kalau begitu aku balik ya. Baik-baik kamu disini." kata Rizky sembari menyentuh lengan Syifa dan segera berpamitan untuk lebih dulu. Sementara Syifa ikut tersenyum meski tidak lama.

📖📖📖

"Bik ijah itu bagaimana sih? Liat sekarang Syifa sakit.!" seru Alisa. Perempuan yang tidak lain adalah kakak kandung Syifa. Sejak tadi kekhawatirannya tentang sang adik sudah tidak karuan. Sejak mendengar kabar kalau Syifa terlupakan ditaman dengan keadaan hujan deras.

Sementara bik Ijah hanya tertunduk ketakutan, perempuan tua itu tidak berani berkata apa-apa.

"Lupa memang adalah hal yang manusiawi, tapi tidak untuk melupakan kondisi Syifa bik, bibik tau kan kalau dia sakit. Dia butuh kita."

"Ma-maafkan saya non, saya tidak akan mengulanginya lagi."

"Sudah-sudah, kalau sampai bibik melakukan hal seceroboh ini lagi. Aku gak akan segan untuk mencarikan pengganti bibik dirumah ini."

"Ampun non.. Bibik janji tidak akan seceroboh itu lagi. Maafkan saya." ucap bik ijah sembari menunjukkan rasa penyesalannya pada majikannya itu.

-

"Tuhan.. Karna aku bibik malah kena marah sama kakak dan aku banyak merepotkannya. Maafin aku kak Alisa, maaf karna sudah lumpuh dan membuat kakak jadi seperti ini." ucap batin Syifa.

Memang. Syifa merasa ketakutan yang luar biasa benar-benar dirasakannya tadi, ditambah dengan dirinya yang hampir terjatuh dari kursi roda.

Rizky. Seandainya bukan karna pemuda itu, entah dia akan jadi seperti apa berada ditaman, hujan dan kedinginan. Bahkan Sekarang saja, sudah demam.

Syifa memejamkan mata untuk sekedar menenangkan diri, sampai pada akhirnya gadis itu tertidur dengan linangan air mata yang masih tersisa dipipinya.

^^

Tbc!

Selesai se-part juga, makasih ya yang udah nungguin up cerita ga-je aku ini, untuk partisipasinya, author minta votedankomen buat semangatin author buat nextnya. Vote dan komen kalian adalah sesuatu yang berharga bagi penulis pemula sepertiku.

Dan maaf kalau ada kalimat yang kurang enak dibaca, atau ada typo. Tandai aja, nanti direfisi.

See u in the next part guys. Lup! 😘

Bunga Untuk SyifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang