"riz-ky," tangan Syifa meraba puncak kepala suaminya yang tertunduk di hadapannya. Bersyukurnya ia karna masih di beri kesempatan untuk melihat Rizky disana.
Sementara itu Rizky terbangun, sedikit membuat pacuan jantungnya dua kali lebih cepat bekerja, terang saja lelaki itu terkejut dengan apa yang di lihatnya. Syifa terbangun, Syifa mengusap puncak kepalanya dan Syifa pula yang tersenyum di hadapannya. Ini tidaklah mimpi, Rizky bisa mendengar helaan nafas perempuan itu yang sedikit berat. lantas dengan cepat pula ia menghapus jejak air matanya, ketika Syifa memprotes Rizky dan mengatakan bahwa dia lelaki yang cengeng.
"Aku tidak seperti itu, ini hanya air mata bahagia karna permata ku sudah bangun," kilah Rizky yang mampu membuat senyuman kecil di wajah pucat istrinya.
"Kenapa lama sekali sayang? Apa tidur kamu nyenyak?" Rizky menimpali pertanyaan itu, perihal tidur Rizky juga tau itu bukan kemauan Syifa, namun penyakit itulah yang membuat ia tidak sadarkan diri.
"Kamu nunggu lama ya?" Syifa balik bertanya yang seketika itu juga mendapati anggukan kepala dari Rizky.
"Ma-af,"
"Enggak sayang, aku minta maaf sudah bangunin istriku yang cantik ini. Bagaimana keadaan kamu?"
Obrolan mereka hanya sebuah basa-basi, entah kenapa rasanya begitu membahagiakan meski hanya anggukan kecil yang Rizky terima. Menatap mata itu, Rizky tau apa yang terlintas dalam benaknya. Benarkah hal ini yang nantinya akan menjadi kenangan?
-
Hari-hari berikutnya tanpa bisa ia pungkiri, bahwa sebenarnya Rizky tidak mau Syifa pulang ke rumah, bukan karna ia merasa tidak senang. Namun karna rasa panik itu, Rizky tidak ingin mengulang yang terjadi beberapa hari yang lalu.
Namun tubuh kecil itu sudah berada di taman, memegangi gembor lantas menyiram bunga-bunga yang bermekaran. Ia terlihat sangat pucat, bahkan pergerakannya juga lamban.
Tapi, mengingat ucapan dokter Stefani, tidak ada lagi pilihan untuk Rizky jika tidak menuruti keinginan istrinya. Bukankah itu membuat Syifa tetap merasa hidup jika mengikuti semua keinginannya.
Syifa bahkan sempat tidak mengobrol dengan Rizky ketika ia meminta pulang, namun di tolak oleh lelaki itu. Bukannya terlihat sembuh, malah rasanya semakin sakit jika harus berdebat dengan Syifa yang keras kepala.
"Bawa dia pulang, Syifa mungkin sangat merindukan rumah kalian," terang dokter Stefani. Dengan memberikan resep obat yang harus tebus oleh Rizky.
"Tapi bagaimana kalau hal itu kembali terjadi, dok?" Rizky meyakinkan diri, berharap pada orang itu untuk memberi sebuah ultimatum padanya agar tidak ada lagi kepanikan yang mungkin akan terjadi nanti.
"Mungkin kami tidak bisa menjamin Syifa tidak akan pingsan lagi.. tapi saya juga tidak menjamin untuk kesembuhannya. Pak Rizky, tidak lupa dengan apa yang sudah saya katakan sebelumnya kan?" Dokter Stefani tidak lagi menimbang untuk mempertanyakan hal itu pada Rizky, dia hanya meminta agar kiranya Rizky bisa siap kapan saja untuk kehilangan orang yang dia cintai.
"Lalu bagaimana dok?"
"Tidak ada salahnya, bawa dia pulang bersama anda. Pantau terus pergerakan istri anda." Ucap dokter Stefani.
-
Terdengar kejam atau menghakimi, namun itulah yang ia tau. Semua hanya akan sia-sia, jika terus meminta pada dokter memberi penanganan khusus sementara fisik Syifa yang tidak memungkinkan menerima penanganan tersebut.
"Aku tidak akan merepotkan suamiku lagi," Syifa tersenyum, ia akhirnya ikut mendudukkan diri di kursi taman. Membuyarkan lamunan Rizky yang panjang, lantas mengganti posisi lelaki itu, menatap istrinya dalam.
Helaan nafas Rizky terdengar kuat, saat kali ini Syifa menyandarkan kepalanya ke dada bidang milik Rizky.
"Kamu terlihat sangat panik, apa yang harus aku lakukan untukmu?"
"Aku juga bertanya pada mu sayang, apa yang harus aku lakukan untukmu?" Rizky menatap lurus, benar dia tidak akan bisa melakukan apa-apa untuk istrinya, pertanyaan itu bukanlah sebuah gurauan, dan hanya itu yang terputar di kepala Rizky saat ini.
"Dokter bilang apa?"
"Dokter Stefani bilang Syifa sangat cantik. Dia iri dengan kecantikan istriku!" Rizky tau setelah ini dia mendapati sorot mata Syifa yang cemberut, gurauan itu benar-benar mengganggunya. Syifa tidak suka jika harus di puji atau di bandingkan dengan perempuan lain. Dan benar saja, satu cubitan kecil berhasil mendarat ke pinggang lelaki itu. Ia tertawa menyaksikan Syifa yang terus berucap Gombal.
Bukankah sore itu, sore yang indah bagi mereka. Candaan yang bisa mereka terima satu sama lain. Tapi kenyataan itulah yang membuat Rizky bertahan, kenyataan bahwa istrinya selalu terlihat cantik. Di manapun, dan kapanpun.
**
Syifa menyembunyikan sebuah buku di bawah kasur saat mendengar Rizky memanggil namanya, entah apa yang ia torehkan disana, namun rasanya tidak perlu ada yang tau isi hatinya, ia hanya akan menyimpan itu untuk dirinya.
Syifa mengusap wajahnya, setelah ia benar-benar yakin bahwa Rizky sudah berada di ambang pintu. Lantas berganti menyambut lelaki itu dengan hangat.
"Aku sudah siapkan bubur untuk istriku yang cantik, bisa kah tuan putriku untuk turun dan makan sekarang?" Tanya Rizky. Syifa mengangguk, ia tau inilah momen bahagia yang dirasakan jika harus berada di rumah. Momen yang tidak akan dia dapatkan jika posisinya sedang berada di rumah sakit.
Mendadak Syifa terkejut ketika Rizky semakin mendekati lalu menggendongnya, membawa perempuan itu keluar dari kamar.
"Aku bisa jalan, ky." Syifa berseru, meminta untuk Rizky menurunkan dirinya.
"Aku juga bisa menggendong istriku yang rewel ini." Rizky menatap Syifa dengan penuh cinta, lalu dengan cepat mencium puncak kepala perempuan itu sebelum ia benar-benar berjalan tanpa bersuara.
'aku tidak berharap banyak pada Mu Tuhan, aku hanya ingin berterima kasih karna telah membangunkan aku memberi kesempatan lagi padaku. Dan terimakasih karna engkau mengijinkan aku untuk melihat Rizky suamiku, sebelum engkau mengambil ku."
TBC!
(Bagi yang kurang mengerti dengan alurnya, saya akan menjelaskan sedikit kalau dalam cerita itu sudah berlangsung beberapa hari tapi kita tidak menyebutkan satu hari atau selanjutnya. Intinya beberapa hari di RS dan Syifa kembali di pulangkan, paham ya :)
Tunggu part part terakhir. Lupp, ayo dong votee dan komen yang banyak. 👉👈♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Untuk Syifa
FanfictionTAMAT Cerita KyFa. Tidak ada makhluk yang menginginkan jika harus selalu bergantung pada seseorang, bahkan oleh kerabat dekat sekalipun. Tapi bagaimana jika hidupmu mengharuskan untuk selalu membutuhkan bantuan? Bahkan hal sekecil apapun. Dan jika...