BUS 26

354 55 15
                                    

Tepatnya setelah Rizky berpamitan pada Syifa untuk ke kantor pagi ini, membuat dirinya harus kembali dengan keadaan sendiri, walau begitu Rizky tak betul-betul meninggalkan istrinya tanpa meminta bantuan para pekerja di rumah itu untuk selalu mengecek kondisi perempuan itu. "Jangan  berbuat aneh-aneh, jangan bekerja pekerjaan yang berat. Duduklah dengan manis istriku, tunggu aku pulang." Rizky yang sebelumnya mencium kening Syifa lalu melambai tangan pelan. Bayangan itulah yang membuat Syifa tersenyum.

Syifa mengambil sayuran mentah di dalam kulkas, mengambil pisau juga mengambil baskom yang berukuran kecil untuk berniat mengemas sayuran tersebut agar bisa segera di masak. Sikapnya langsung mengundang kepanikan tersendiri buat pembantu rumah tangga Rizky, wanita paru baya itu segera menyimpan spatula dan berlari ke arah Syifa.

"Aduh, maaf Bu. Tapi Den Rizky melarang ibu untuk bekerja di sini." Ucapnya panik.

"Enggak apa-apa, aku bosan mbok di kamar."

"Iya bu, tapi Den Rizky meng-amanah kan saya buat menjaga ibu. Supaya enggak capek. Nanti kalau terjadi apa-apa sama ibu Den Rizky bisa marah sama saya." Mbok yang masih berusaha menahan Syifa kali ini mengambil sayuran itu dengan sedikit memaksa.

"Tapi..."

"Enggak apa-apa," Seorang laki-laki yang di yakini Syifa baru saja beranjak dari rumah membuat mbok dan Syifa berhenti, lalu mengalihkan pandangannya ke lelaki itu. Mbok menunduk hormat sebelum dirinya beranjak dari sana.

"Sayang..."

"Rizky, aku pikir kamu udah jauh." Syifa bangkit lantas berjalan pelan menghampiri Rizky dengan dahi berkerut.

"Ada yang kelupaan-- Sini aku kasih tau sesuatu." Rizky meraih lengan istrinya lalu menuntun perempuan  itu ke meja makan. Ia tersenyum mengusap lembut pipi perempuan itu bersamaan dengan helaan nafas pendek yang masih terdengar samar. Rizky menatap lamat istrinya sebelum akhirnya berucap dengan sangat pelan.

"Aku sangaat bahagia, menikah dengan seorang perempuan seperti kamu." Suara lelaki itu merendah, sedikit membuat rona merah di pipi Syifa muncul tanpa di duga. "Dengar sayang... Apapun yang ingin kamu lakukan di rumah ini, aku mengijinkan." Rizky kembali mengusap puncak kepala istrinya. "Tapi, kamu tidak boleh terlihat capek, kamu harus selalu meminum obat yang di anjurkan dokter dan sekali sekali membantu mbok di dapur juga boleh."

Syifa terdiam. Rona di wajahnya memudar lantas raut wajah itu berganti dengan raut kesedihan. Perempuan  itu tertunduk, dan beberapa detik ia pun menangis.

"Bagaimana mungkin kau bisa mengatakan kau bahagia dengan seorang perempuan sepertiku, aku bahkan tidak bisa berbuat banyak untukmu." Kata Syifa dengan suara bergetar. Ia terisak.

Ah. Rizky menyesali dengan apa yang di katakan nya barusan. Tapi itulah yang terjadi, Rizky tidak pernah mengarang dengan apa yang ia rasakan saat ini.  Cepat-cepat lelaki itu memeluk kepala istrinya untuk menyandarkan ke dada bidang miliknya membenamkan seluruh wajah cantik istrinya disana. lantas Syifa dengan mudah mendengar debaran jantung Rizky yang berdetak sedikit lebih cepat.

"Aku mengerti perasaan kamu, Syifa.. Tapi inilah yang aku rasakan sekarang. Kamu benar-benar wanita yang luar biasa bagiku. Kamu istri yang sempurna, permata hidupku." Ucap Rizky. "Berjanjilah untuk terus hidup bersamaku Syifa." Dan lagi. Syifa mengangguk.

***

Andra mengambil sandwich yang tersedia di atas meja kerja Rizky, sembari memperhatikan lelaki itu yang tanpa jeda mengamati layar komputer di hadapannya. Jari-jarinya masih menari di atas keyboard lantas menekan tombol search pada aplikasi google.

Cara menyembuhkan tumor otak.

Itulah yang Rizky ketik beberapa kali lantas membuat Andra sedikit memberi komentar santai pada Rizky.

"Google tuh enggak efisien buat di jadiin contoh di kehidupan nyata. Apalagi masalah yang lo hadapi sekarang ini bukan main-main."

Rizky masih asyik membaca setiap paragraf yang tertera di layar komputernya.

"Rizky,"

"Bang Andra, setidaknya gue harus berusaha cari sesuatu yang bisa menyembuhkan penyakit Syifa." Kukuh Rizky.

"Bukan gitu, baiknya kalau lo segera menghubungi dokter spesial kanker. Dan minta istri lo buat selalu konsultasi masalah kesehatannya. Ini bukan sakit biasa, yang harus di sembuhkan dengan ngeliat resep di internet."

Mendengar itu Rizky kembali menghela nafas gusar, jika ia bisa melakukannya sejak lama, ia sudah akan menemui dokter yang Andra maksud. Tapi..

"Bang Andra enggak ngerti sih, permasalahannya itu lain bang. Syifa akan syok kalau dia sampai tau tentang kondisinya, apa yang lo bilang emang bener bang. Tapi masalahnya gue enggak sampai hati buat dia jadi kelimpungan kalau gue tiba-tiba datangkan dia dokter yang bang Andra maksud." Ucapnya panjang lebar.

Andra bangkit dari duduknya untuk mengambil posisi lebih dekat dari Rizky. Tentu karna pernyataan Rizky barusan tak kunjung membuat Andra paham sepenuhnya.

"Jadi maksud lo? Syifa belum tau sama apa yang ia derita?"

"Kalau masalah itu emang dia belum tau. Tapi gue yakin bang kalau Syifa sudah mengerti kondisinya yang sekarang, gimana gue kasih tau dia sama apa yang dia alami sekarang ya bang? Gue enggak mau buat dia sedih. Gue udah janji sama dia kalau gue enggak akan membuat Syifa nangis lagi." Rizky terdiam, raut wajahnya seakan menahan kesedihan itu, namun terlepas dari itu Rizky tau dia akan mengalami banyak ketakutan nanti, termasuk ketakutan akan kondisi istrinya yang mungkin akan memburuk.

"Lo salah." Andra mengambil alih mouse komputer milik Rizky lantas segera mematikan komputer itu.

"Bang,"

"Rizky... Apa yang akan lo lakuin kalau dia enggak tau sampai di penghujung hidupnya ? Huh?"

"Maksud bang Andra?"

"Sampai kapan lo nutupin itu? Lo akan melihat dia dengan terus di selimuti rasa takutnya sendiri?" Tanya Andra sarkas.

"Gue...."

"Rizky, posisi lo sekarang udah lain. Lo berhak sama kehidupan Syifa. Dia istri lo, termasuk berhak ngasih tau Syifa dan melindungi dia dengan cara yang lo punya. Gue yakin, perlahan Syifa akan mengerti dengan kondisinya, dan di lain sisi dia juga tidak akan ketakutan seperti yang lo bayangin. Lo tau kenapa?" Rizky menggeleng.

"Karna Syifa punya suami yang selalu menjaga dan menghibur dia.." Andra tersenyum sembari mengguncang pelan pundak Rizky. Meski pernyataan itu belum tentu Rizky laksanakan, namun dengan memberi arahan padanya akan lebih baik. Pikir Andra.

Segitu aja dulu ah, besok lanjut. Mau sad ending or happy ending. Kalian masih bisa berharap. Banding masih 50 50 kok. Jadi tenang aja. Alur cerita bisa berubah seiring berjalannya waktu dan permintaan para readers. Kira-kira feel yang kalian rasakan bagaimana  ya nanti? See you. 😘

Bunga Untuk SyifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang