PROLOG.

3K 210 25
                                    

1. Kesejukan dari titik air hujan.

Pagi itu udara terasa dingin menelusup masuk sampai ke tulang-tulang, bagi siapapun yang berada di kota hujan ini pasti merasa hawa dingin yang tidak sewajarnya.

Beberapa orang yang ikut berlalu lalang terlihat menggunakan jaket yang tebal untuk menutupi diri dari hawa dingin ini. Ditambah dengan titik embun dibawah daun-daun pohon yang menambah kesejukan alami dari kota tersebut.

Seorang gadis 17 tahun kini terdiam diatas kursi roda lantas menatap lamat keluar jendela kamar yaitu titik hujan yang masih tersisa dari hujan yang cukup deras semalam tadi.

Ya. Syifa Hanasalsabilah, sejak lama kedua kaki gadis itu tidak dapat digerakkan. Saat kecelakaan menimpa keluarganya dan dia adalah satu-satunya orang yang selamat dalam kecelakaan yang naas itu. Kedua orangtuanya pun meninggal, dan saat ini Syifa tinggal bersama sang kakak yang begitu sayang padanya.

Sehari-hari dirinya menghabiskan waktu di kursi roda, makan dan melakukan kegiatan dengan kursi roda itu.

Meski begitu, Syifa bukanlah orang yang mudah menyerah, dia tetap menjadi anak yang ceria, yaa walau terkadang sifat melow pada dirinya sesekali menyapa perasaannya, dan yang pasti hal itu tidak akan lama.

Menurutnya, tidak ada yang salah dengan garis hidup seseorang, sekalipun ia lumpuh dan sedikit banyak hanya dibantu oleh orang-orang yang bekerja dirumahnya itu.

Syifa tersenyum ketika angin kencang di pagi hari sayup-sayup menerpa wajahnya yang anggun, bahkan sesekali titik air hujan membuat ia merasa cukup bergairah untuk kembali berjalan-jalan disekitar komplek rumahnya.

Tanpa berpikir lagi, Syifa berusaha mengayunkan kursi roda miliknya untuk keluar dari kamar lantas berjalan menuju ruang tamu. Gadis itu tersenyum kecil ketika melihat bik Ijah sedang membuatkan sarapan untuk dirinya dan sang kakak.

"Selamat pagi bik." ucap Syifa lantas kembali mendorong ban kursi roda itu dan kali ini menuju ke ruang makan.

"Ehh selamat pagi non Syifa. Bagaimana tidurnya non nyenyak?" kata bik Ijah sembari menuangkan teh hangat kedalam cangkir yang berukuran sedang.

"Iya bik. Nyenyak, hari ini bibik mau ke pasar?"

"Iya non. Bahan masakan sudah habis. Dan kata non Lisa hari ini dia mau masak untuk pacarnya."

"Pacar? Maksudnya kak Andra?" tanya Syifa.

"Iya non. Den Andra."

"Bukannya kak Andra ada di Jakarta ya?

"Begitulah non, mungkin sebentar lagi dia mau kesini. Kebetulan udah lama gak kesini. Mungkin kangen sama non Lisa." ucap bik Ijah yang masih sibuk menyiapkan sarapan.

Syifa terdiam. Lantas berusaha tersenyum mendengar setiap kalimat dari bik Ijah. Mungkin senyum itu memang sedikit membuatnya merasa munafik. Dengan kesempurnaan fisik Lisa, akan membuat ia leluasa mencari pendamping hidup.

Bukan, Syifa bukanlah orang yang selalu merasa iri pada orang lain, tapi dirinya selalu berandai, jika kedua kakinya bisa melangkah dan berlari dia akan lebih mudah untuk mencari teman hidup. Bayangkan saja, jika benar Lisa dan Andra akan menikah, bagaimana ia nanti? Apa sampai nanti ia akan berada dikursi roda dengan diurus oleh orang asing? Sungguh menyedihkan bukan? Tanpa mamah dan papah yang sudah lebih dahulu pergi meninggalkannya. Ia juga tidak ingin terus menerus merepotkan sang kakak karna kelumpuhannya.

Tanpa aba-aba, bik Ijah mendorong perlahan kursi roda milik Syifa untuk segera menghampiri meja makan, sedikit terkejut lantas gadis itu cepat-cepat menyeka kasar air matanya dan berdehem pelan.

"Kalau mau keluar jalan-jalan, temenin bik ijah ke pasar, non Syifa harus sarapan dulu. Setelah itu kita pergi sama-sama." ucap bik Ijah terdengar begitu tulus mengurusi majikannya yang setiap saat membutuhkan bantuan darinya.

"Terimakasih ya bik."

"Sama-sama non." ucap bik Ijah lantas segera melenggang pergi dari tempat itu menuju kamar majikannya yang satu lagi. Apalagi? Untuk membangunkan Lisa yang masih tertidur lelap didalam kamar. 'Tuhan. Aku bersyukur kau bisa memberiku kesempatan hidup didunia ini lebih lama dengan kedua kakiku yang seperti ini. Tapi aku mohon, jika bisa perkenankan aku untuk kembali melangkah dan berlari nanti. Sampai pada akhirnya kak Lisa dan semua orang dirumah ini meninggalkan aku. Aku sudah tidak akan merepotkan mereka lagi. Bantu aku Tuhan..' batin Syifa dengan penuh harap.

**

TBC! halo halo. Ini adalah karya kedua aku yang pu KyFa. Gimana nih prolog ceritanya? Minta komentar dan votenya ya. Yang mau kasih saran dan masukan juga boleh banget. Tapi jangan nge judge pliss. 😂😂

Ohh iya, kalau suka sama ceritanya masukin ke perpustakaan kalian ya, biar gak ketinggalan updatenya. Terimakasih readers ku tersayang. Salam hangat dari saya @anakbaruwatpadd. 😆😆😘😘

Bunga Untuk SyifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang