BUS 06

1.3K 197 18
                                    

Hari ini bukan saja hari bahagia karna sebuah pertemanan yang baru dibangunnya dengan gadis hujan itu, tapi hari duka pun dirasakan Rizky. Sebelumnya, semuanya tampak sempurna dengan Syifa yang melangkah begitu semangat, dan tentu karna dia disisinya.

Tapi. Setelah mendengar kabar dari salah satu orang terkasihnya membuat Rizky semakin tidak berkonsentrasi membantu Syifa berjalan. Rizky banyak diam karna kabar buruk itu. Dan tentu, Syifa merasa ada yang berbeda lantas ikut diam dan berdehem pelan. Syifa mengambil napas pendek dan membuka suara. "Kalau ada masalah harusnya kamu bisa cerita sama aku." ucap Syifa sembari memberikan sebotol minuman untuk pemuda itu.

Rizky tersenyum walau tak se-semangat sebelumnya, pemuda itu membuka tutup botol minuman yang diberikan Syifa lantas dengan cepat meneguk setengah dari botol tersebut.

"Ada apa?" tanya Syifa lagi.

"Aku baru aja merasa senang karna kamu, tapi saat ini juga aku berduka."

"Siapa yang pergi?"

"Adik aku."

Syifa tertegun lantas menatap lirih ke arah pemuda itu. Dengan cepat Syifa berusaha mengambil kursi roda miliknya dan berusaha memindahkan diri sendiri untuk berada dikursi itu. "Eh, hati-hati."

"Aliya kan? Kenapa kamu enggak bilang, ayo sekarang juga kita kerumah kamu." ucap Syifa dengan terburu-buru.

"Bukan Syifa, bukan. Hey.. Dia temen Aliya, temen terapi. Cuman aku juga udah anggap dia sebagai adik aku. Lagipun Aliya juga telat kasih tau aku tentang kepergian Dinda."

"Jadi? Sekarang Aliya? Memangnya Aliya terapi apa?" tanya Syifa.

Rizky terdiam. Lantas menyebar pandangannya lirih keseluruh taman itu, mengingat bagaimana Aliya begitu bersemangat meski tidak memungkinkan untuk sembuh.

"Aliya.." kata Rizky dengan menggantung kalimatnya. "dia sakit." sambungnya lagi. Rizky tertunduk lemas, tangan pemuda itu menutup wajahnya frustasi.

"Sakit?"

"Iya, dia kanker otak stadium 3." kata Rizky lirih. Tentu, mendengar itu Syifa ikut shock tak lagi bisa berkata. Mengingat anak itu begitu ceria, dan tidak ada tanda kalau sigadis kecil yang ditemui di taman ternyata mengidap penyakit ganas.

"Aku turut sedih mendengarnya." ucap gadis itu lantas ikut mengusap lembut punggung Rizky.

Skip_

Tanpa menunggu. Rizky berlari menghampiri Aliya yang masih menangis di sisi ranjang tidur miliknya. Pemuda itu segera memeluk Aliya sembari mengusap lembut Puncak kepala gadis kecil itu.

"Om Rizky." lirih Aliya.

"Iya sayang, maaf kalau om telat datangnya, kamu baik-baik aja kan?" tanya Rizky khawatir.

"Dinda udah ke surga kak, Aliya udah enggak punya temen lagi." lirih Aliya yang terus menangis sesenggukan didada pemuda itu. Tidak ada yang bisa dilakukan Rizky melainkan hanya duduk dan mendengarkan semua keluh kesah Aliya.

Setelah beberapa menit! Pemuda itu baru teringat akan Syifa yang menunggu didepan pintu masuk kamar ini. Cepat-cepat Rizky menggendong Aliya dan bergumam.

"Siapa bilang Aliya udah enggak punya temen lagi? Aliya kan anak yang baik sayang, dan banyak yang mau berteman sama Aliya."

Mendengar itu Aliya terdiam menghentikan tangisnya dan menatap datar kearah Rizky, sementara pemuda itu hanya tersenyum dan kembali mencium pipi gadis kecil itu. "Masih ingat sama kakak perempuan yang kamu tolong waktu itu di taman?"

"Siapa om?"

"Itu loh, yang duduk dikursi roda waktu itu."

"Yang mana?" tanya Aliya dengan suara serak dan jejak air mata yang masih tersisa dipipinya. Tanpa menunggu, pemuda itu segera melangkah keluar kamar dengan menggendong Aliya yang bergelayut manja dipelukannya.

-

"Hay." ucap Syifa dengan menyambut ceria gadis kecil yang ada dalam gendongan Rizky. Kali ini Rizky kembali menatap ke arah Aliya yang juga ikut tersenyum ketika melihat Syifa melambaikan tangan ke arahnya.

Rizky berjongkok mensejajarkan dirinya dengan Syifa. Lalu dengan cepat Aliya turun lantas mengusap lembut pipi Syifa.

"Kakak."

"Iya sayang."

Aliya kembali berbalik ke arah Rizky dan berniat berbisik ke telinga pemuda itu. "Apa kakak ini mau menjadi teman Aliya om Rizky?" bisik Aliya. Mendengar itu Rizky terkekeh pelan dan membuka suara.

"Tentu dong, coba sekarang Aliya tanyakan langsung sama kak Syifa." ucap pemuda itu.

Dengan malu-malu Aliya mengulurkan tangan kanannya perlahan. Melihat itu, Syifa tersenyum lantas turut mengulurkan tangan kanan menyambut dengan suka cita.

"Kakak, apa kakak mau menjadi teman Aliya?"

"Oh tentu, masa kakak enggak mau sih temenan sama adik cantik dan kuat seperti Aliya, baik lagi." puji Syifa. Mendengar itu, Aliya kembali menggelayut manja dalam pelukan Rizky dan menutup wajahnya ke dada bidang milik pemuda itu.

Syifa ikut tertawa pelan sembari mengusap lembut Puncak kepala Aliya dengan gemasnya.

📖📖

Syifa membaringkan tubuhnya diatas ranjang tidur, setelah membersihkan diri dan tiba saatnya dia mengistirahatkan tubuhnya dari hari yang melelahkan ini.

pikirannya jauh menerawang tentang kejadian siang tadi. Tentang perkenalan dia dan juga Aliya, dan bagaimana Rizky bersikap manis untuk sekedar menghiburnya.

Ah, rasanya Syifa mendapat kebahagiaannya kembali, berkeliling kota Bogor bertiga. Bercanda bersama dan juga pergi ke pemakaman Dinda. Hari ini sungguh banyak kejadian yang mengesankan, dan membuat Syifa berpikir tentang arti bahagia dalam kesederhanaan.

Bagaimana pun juga, ini bukanlah akhir dari segalanya. Bahkan gadis itu merasa baru memulai hidup lagi. Syifa bersyukur, karna sudah menjadi pribadi yang lebih penyabar dan tentu gadis itu percaya apa yang direncanakan Tuhan lebih baik daripada harus mengeluh karna takdir.

Skip_

"Gue yakin sekarang." ucap Noah mengejek. Rizky berkerut dahi memperhatikan tingkah sahabatnya yang mulai sok tahu itu.

Bagaimana Noah tidak berpikiran aneh tentang pemuda itu, karna sedari tadi Rizky hanya diam dan tersenyum sendiri tanpa memperhatikan Noah yang asik mengobrol dihadapannya.

"Apaan sih lo?"

"Hari ini lo kemana aja sama cewek itu? Seneng amat tuh muka" ejek Noah.

"Kemana-mana pun gue bahagia, yang penting enggak ada lo." kata Rizky lantas melemparkan kentang goreng ke arah Noah.

"Apaan sih lo? Baru juga jalan seharian. Udah seneng banget."

"Lo enggak tau, gue bukan seneng aja, tapi gue juga lagi sedih hari ini."

"Sedih? Kenapa emang? Lo ditolak Syifa ya? Iya yak?" tanya Noah asal.

"Yaelah. Seriusan gue. Dinda, anak kecil yang temennya Aliya itu." lirih Rizky.

"Kenapa?"

"Hari ini dia meninggal, dan gitu deh. Aliya jadi sangat takut di asrama itu. Bukan takut juga, tapi katanya dia enggak punya temen lagi." kata Rizky lantas kembali meneguk minuman yang ada dihadapannya itu.

"Kasian juga ya, para penderita kanker kalau udah ngeliat salah satunya meninggal malah membuat mereka disana menjadi aneh, apalagi meninggalnya karna penyakit itu."

"Gitu deh. gue juga ngerasa udah mau keluarin Aliya dari sana, tapi kalau ingat terapi nya sangat membantu, ya gue urungkan lagi niat gue."

"Doakan ajalah yang terbaik buat adek angkat lo itu." kata Noah.

Tbc! Assalamualaikum. Ada yang nungguin update an cerita ini enggak? Gimana part ini? Tinggalkan like+komennya ya buat Author. 😘😍

Bunga Untuk SyifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang