Waktu berjalan begitu cepat, tidak terasa kini kehamilan Anin sudah menginjak di bulan ke sembilan dimana di bulan ini Anin hanya tinggal menghitung hari menuju persalinan. Kai juga kini sudah jarang pergi ke kantor karena ia ingin lebih intens dalam menjaga Anin mengingat perkiraan dokter yang mengatakan bahwa kemungkinan Anin akan melakukan persalinan satu minggu lagi.
Namun sayangnya, baru lima hari Kai cuti kerja Hanbin--karyawan di kantor Kai-- menelpon Kai dan mengatakan bahwa Kai harus pergi ke surabaya untuk menyelesaikan sedikit masalah proyek yang ada disana. Kai sebenarnya sudah menolak dan meminta untuk Hanbin yang pergi ke surabaya untuk menggantikannya, namun Hanbin mengatakan bahwa ia tidak bisa pergi kesana sendirian karena masalah di proyek surabaya harus ditangani langsung oleh Kai. Dan karena itulah Kai akhirnya pergi ke surabaya dengan berat hati.
Dan hari ini, sudah terhitung dua hari sejak Kai pergi ke surabaya. Selama dua hari itu, setiap ada waktu luang Kai selalu menyempatkan untuk menelpon Anin walaupun hanya sebentar. Oh iya, selama Kai berada di luar kota, Anin tidak sendirian dirumah karena ia ditemani oleh Bunda atau kadang Mama yang juga turut datang menemani Anin jadi karena itu Kai sedikit tenang karena Anin tidak kesepian.
Drrt drrt drrrt
Getar ponsel Kai membangunkan Kai yang masih bergelung dibawah selimut hotel. Jam sekarang sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi namun Kai masih belum bangun dikarenakan ia baru bisa tidur pukul tiga pagi setelah menyelesaikan pekerjaannya yang cukup banyak. Dengan mata yang masih setengah terpejam, Kai mengambil ponsel nya yang berada di nakas. Setelah membaca nama Jaemin yang tertera di layar ponselnya, Kai langsung merubah posisinya menjadi duduk.
"Halo Jaem, ada apa?"
"Bang, Kak Anin tadi jatuh di kamar mandi jadi Kak Anin dibawa ke rumah sakit. Abang pulangnya kesini bisa di cepetin gak bang? Soalnya tadi kata dokter Kak Anin harus di opname."
Rasa kantuk yang semula masih Kai rasakan seketika menghilang setelah Kai mendengar apa yang adik ipar nya itu sampaikan.
"Serius Jaem? Oke abang pulang sekarang, tolong kamu jagain kakak kamu dulu ya. Abang usahakan jam dua belas udah sampai sana. Tolong ya Jaem nanti jemput abang di bandara."
"Siap bang, abang jangan terlalu panik. Disini udah ada keluarga abang sama keluarga gue kok. Hati-hati Bang."
"Iya Jaem, makasih ya info nya kalau gitu abang tutup dulu telponnya."
Setelah sambungan telepon terputus, Kai langsung beranjak dari tempat tidurnya dan segera memakai kaos oblong berwarna hitam juga celana jeans yang ada diatas sofa. Sebelum ia keluar dari hotel, Kai menyempatkan untuk pergi ke kamar Hanbin terlebih dahulu guna memberitahu Hanbin bahwa ia harus pulang ke Jakarta lebih cepat.
"Hanbin, tolong kamu urus semuanya disini ya. Saya harus segera pulang ke Jakarta karena sekarang istri saya di opname di rumah sakit. Oh iya saya juga minta tolong nanti barang-barang saya yang di kamar kamu bawain juga ke Jakarta. Maaf saya tidak bisa disini sampai selesai karena ini benar-benar darurat." Kata Kai saat Hanbin sudah membukakan pintu kamarnya, oh iya Kai bahkan sekarang tidak sempat masuk kedalam kamar Hanbin dan ia hanya berbicara di depan kamar Hanbin.
"Baik Pak, Bapak sudah mendapat tiketnya?"
"Masalah tiket saya akan urus nanti saat saya sudah di taxi menuju bandara. Kalau begitu saya pamit dulu ya."
"Hati-hati Pak, semoga Bu Anin dan anak Bapak baik-baik saja."
Setelahnya Kai lalu berjalan keluar dari hotel dan segera menuju bandara menggunakan layanan taxi online yang sudah ia pesan tadi
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Boss [Kim Jongin] | END
FanfictionKebayang gak sih lo kalau lo jadi sekretaris--ah ini bukan cuma sekretaris eum lebih tepatnya sekretaris yang merangkap jadi asisten pribadi boss nya sendiri? Masih mending kalau boss nya normal dan dalam batas wajar bin manusiawi kayak orang lain...