Empat Puluh [End|New Part]🐻

669 42 1
                                    

Tepat pukul lima pagi Anin mengalami kontraksi. Kai dengan sigap pun langsung memanggil dokter agar Anin bisa cepat ditangani dan tidak lama kemudian, dokter datang bersama dua orang perawat lalu segera membawa Anin ke ruang bersalin.

Dan kini, Kai dengan ditemani oleh Ibu nya menunggu Anin di depan ruang bersalin. Mama terus-terusan menenangkan Kai yang terlihat gusar menunggu dari luar. Di dalam hatinya, Kai terus berdoa kepada Tuhan agar Tuhan melindungi Anin dan anak nya serta memberikan kelancaran untuk proses persalinannya. Saat pintu ruang bersalin terbuka, Kai langsung menghampiri dokter yang akan membantu proses persalinan Anin.

"Bagaimana keadaan istri saya, dok?" Tanya Kai.

"Ibu Anin akan segera melakukan proses persalinan karena sekarang sudah masuk pembukaan ke sepuluh. Oh iya, jika Bapak Kai ingin menemani Bu Anin selama proses persalinan mari ikut saya, Pak."

Kai menoleh kearah Ibu nya untuk meminta doa agar semuanya dilancarkan. Mama mengangguk lalu menepuk pundak putra nya itu dengan pelan. Setelahnya, Kai lalu mengikuti dokter dan masuk kedalam ruang bersalin untuk menemani Anin.

Disana, Kai melihat Anin yang sudah terbaring di ranjang dengan infus yang dari kemarin tidak lepas dari tangannya, juga alat bantu pernapasan yang kini sudah dipasang di hidung Anin. Kai menggenggam tangan Anin lalu mengecup tangannya juga kening Anin dengan sayang.

"Jangan takut sayang, aku disini sama kamu. Kamu harus berjuang buat aku, dan anak kita, ya." Kata Kai dengan pelan.

"Kai, aku minta maaf ya kalau aku belum bisa jadi istri yang baik untuk kamu. Seandainya nanti ada hal yang gak diinginkan terjadi, aku titip anak kita ya jaga dia, rawat dia dengan baik."

Air mata Anin yang semula tertahan di pelupuk matanya kini sudah menetes membasahi pipinya. Walaupun Anin sudah tau jika kemungkinan ia selamat itu kecil, namun Anin tidak pernah menyesali keputusannya untuk tetap mempertahankan kehamilannya sampai sekarang.

"Nin jangan ngomong gitu, kamu bakal selamat. Kamu bakal besarin anak kita sama aku, kamu bakal lihat anak kita tumbuh besar jadi stop bicara seolah-olah kamu bakal pergi jauh, ya."

"Aku bakal berusaha, aku bakal berjuang buat kamu dan anak kita, Kai."

Proses persalinan akhirnya dimulai, selama Anin berjuang melahirkan buah hatinya, Anin tidak pernah melepaskan genggamannya di tangan Kai. Begitu juga dengan Kai yang masih setia menggenggam erat tangan istrinya seraya membisikkan kata-kata untuk menyemangati Anin.

Selama ia melihat istrinya berjuang mati-matian untuk melahirkan anaknya, air mata Kai tidak henti-henti nya turun membasahi pipinya. Kai tidak henti-henti nya menguatkan dan memberikan semangat serta doa untuk Anin. Sampai akhirnya, tidak lama kemudian terdengar suara tangisan yang amat keras dan membuat air mata dua insan itu mengalir deras.

Kai menatap Anin yang kini terlihat sangat pucat dengan senyuman haru nya yang ia tunjukkan dan Anin membalas tatapan Kai dengan sorot mata yang sendu dan senyuman manis dari wajahnya yang pucat itu. Berkali-kali, Kai mengucapkan rasa terimakasih nya kepada Anin karena telah berhasil memberikannya keturunan yang selama ini ia nantikan. Kai menyempatkan untuk mencium kening dan bibir Anin dengan lembut seraya mengucap rasa syukur didalam hatinya.

"Selamat Bapak Kai, anak Bapak perempuan, cantik seperti ibunya dan tidak ada yang kurang satu pun." Kata dokter yang membuat senyuman Kai semakin mengembang.

Namun tidak lama kemudian, senyum di wajah Kai memudar kala ia merasakan genggaman tangan Anin yang tiba-tiba terlepas. Kai melihat kearah Anin yang kini sudah memejamkan matanya. Kai terus-terusan memanggil nama Anin namun Anin tak kunjung membuka matanya.

Big Boss [Kim Jongin] | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang