Dua Puluh Empat🐻

807 96 46
                                    

Setelah hampir satu jam Anin dan Kai berkeliling di pusat perbelanjaan dan membeli bahan-bahan makanan, kini mereka berdua berjalan keluar dari pusat perbelanjaan dengan tangan Anin yang masih melingkar di lengan Kai. Kai membawa barang belanjaan mereka sedangkan Anin menikmati es krim yang tadi mereka beli.

"Enak banget ya eskrim nya? Sampai-sampai kamu senyum-senyum gitu makannya" tanya Kai sembari berjalan dan menatap Anin yang sedari tadi tersenyum.

Anin menoleh kearah Kai dengan senyuman manis yang masih terukir di wajahnya. "Eum, enak banget manis juga"

"Nin, semanis-manisnya eskrim itu masih kalah manis sama saya" Kai berkata sembari menatap Anin dengan senyuman jahil.

Anin merengut. "Ihh apaan sih Pak Kai!"

Melihat reaksi Anin, Kai jelas tertawa karena raut wajah Anin benar-benar imut dan membuat Kai sangat ingin mencubit pipinya.

"Bercanda Nin, maksud saya semanis-manisnya eskrim itu masih manis kamu"

"Apaan sih Pak Kai, gombal banget. Udah ah ayok" Anin berjalan mendahului Kai dan Kai langsung berlari kecil mengikuti Anin.

"Nin tungguin!"

Kai mengemudikan mobilnya melewati jalanan kota. Didalam mobil, pria itu tidak henti-hentinya tersenyum kala menatap Anin yang terlihat sangat senang dan menyanyi mengikuti lirik lagu yang terputar didalam mobil Kai sembari sesekali memakan cemilan yang tadi mereka beli.

"Pak, ini kita mau kemana?" Tanya Anin saat menyadari bahwa sekarang Kai bukannya melajukan mobilnya kearah kantor melainkan kearah lain.

Kai menoleh lalu tangan kirinya terulur untuk menggenggam tangan Anin. "Kita kan mau ke rumah saya Nin, masa kamu lupa sih? Kan saya mau masak buat kamu"

"Oh iya hehe lupa saya Pak"

"Gapapa kamu lupa soal itu, asalkan kamu gak lupa sama saya"

Blush

Kai berhasil membuat pipi Anin bersemu merah. Seketika, Anin langsung menoleh kearah jendela mobil untuk menghindari tatapan mata Kai yang menatapnya sembari tersenyum manis. Ahh sebenarnya ada apa dengan Kai hari ini? Kenapa Kai banyak sekali mengatakan hal-hal manis sampai membuat Anin merasa malu dan salah tingkah?

Tak butuh waktu lama, Kai dan Anin akhirnya sampai dirumah Kai. Sudah lama sekali Anin tidak menginjakkan kaki di rumah Kai karena terakhir kali dia pergi ke rumah Kai adalah saat sebelum Kai berangkat ke Jerman satu tahun yang lalu. Ya, padahal baru satu tahun Anin tidak pergi kesini tapi rasanya sudah seperti lebih dari satu tahun. Rumah Kai masih sama seperti dulu, lorong penyemprot antiseptik pun masih ada dan masih tetap sama.

Anin tersenyum kala ia melihat lorong itu, ia teringat bagaimana terkejutnya dan herannya ia kala pertama kali sampai di rumah ini saat ia melewati lorong itu. Hahaha waktu itu Anin hampir saja mengumpat dan mengurungkan niatnya untuk masuk kedalam rumah Kai.

Anin juga ingat bagaimana gugupnya ia waktu pertama kali datang kesini saat ia melihat Kai membukakan pintu rumah untuknya dengan hanya memakai handuk yang terlilit dipanggangnya dan bulir-bulir air ya atau menetes membasahi rambut dan badannya. Waaahh waktu itu imajinasi liar Anin seketika langsung berjalan dengan lancarnya.

"Nin, kok berhenti? Kenapa?" Tanya Kai yang tadinya berjalan terlebih dahulu namun kembali membalikkan badannya saat tau Anin masih berdiri didekat mobilnya.

Lamunan Anin tentang kesan pertama saat ia datang kesini seketika buyar kala ia mendengar suara baritone Kai.

"Eh iya maaf Pak, saya cuma keinget sesuatu yang lucu aja"

Big Boss [Kim Jongin] | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang