Dua Puluh Sembilan 🐻

649 72 10
                                    

"kamu beneran gak mau ikut, Nin?" Tanya Kai

"Enggak Pak, lagian kan ini first time Bapak mau dinner bareng keluarga Bapak, kan? Masa saya ikut sih"

Jadi, sekarang ini Kai tengah berada di halaman rumah Anin karena mereka baru saja pulang bekerja. Dan rencananya, setelah dari rumah Anin Kai akan pergi makan malam bersama dengan keluarganya. Ya, setelah mereka saling memaafkan hubungan Kai dan kedua orangtuanya semakin membaik bahkan kemarin Anin pergi bersama dengan ibu nya Kai untuk fitting baju pengantin yang akan Anin kenakan di hari pernikahan nantinya.

"Ya kan kamu calon istri saya, Nin. Jadi wajar wajar aja dong kalau kamu ikut"

Sedari tadi Kai memang terus-terusan memaksa Anin untuk ikut pergi bersamanya. Tapi Anin menolaknya karena Anin ingin memberikan Kai dan keluarganya waktu untuk mereka menikmati kebersamaan mereka tanpa ada orang lain termasuk Anin sendiri.

"Kan masih calon, nanti saya ikut kalau pas udah sah jadi istri Bapak, ya. Udah Bapak berangkat gih sana nanti mereka nunggu lama kan gak enakan" Titah Anin

Kai menggenggam tangan Anin sembari mengerucutkan bibirnya. "Kok kamu ngusir sih, Nin? Kamu emangnya gak mau berlama-lama sama saya?"

Entah ini hanya perasaan Anin saja atau memang benar, tapi Anin merasa Kai sekarang menjadi lebih manja semenjak tanggal pernikahan mereka ditetapkan.

Anin tersenyum. "Gak gitu Pak, kan Bapak mau pergi. Lagian kan tadi kan seharian saya sama Bapak terus"

Bibir Kai yang tadinya mengerucut seperti bebek langsung berubah menjadi melengkung membentuk sebuah senyuman. "Hehe iya ya, Nin. Yaudah kamu masuk dulu gih nanti kalau kamu udah masuk saya baru berangkat"

Anin mengangguk. "Yaudah kalau gitu saya masuk ya, Bapak hati-hati dijalan dan jangan ngebut. Bunga yang tadi saya pesenin udah di jok belakang ya Pak jangan lupa itu nanti dikasih ke Ibu"

"Siap Bu bos" jawab Kai sembari melakukan gesture hormat seperti tentara. "Eh tapi kok rumah kayaknya sepi , Nin? Orang rumah kemana?"

Anin menoleh kebelakang melihat kearah pintu rumah yang tertutup. Ah iya, Anin baru ingat kalau tadi sebelum Anin pulang ayah mengirimkan pesan kepada Anin kalau mereka akan pergi ke acara syukuran di rumah teman kerja ayah.

"Tadi sore ayah sih chat katanya mau ke acara syukuran temen kerjanya. Kalau Jaemin mungkin main ketempat Jeno"

Kai mengangguk mengiyakan. "Kamu berani dirumah sendirian? Atau mau saya temenin aja?" Tanya Kai sembari tersenyum dan menaik turunkan alisnya.

Anin yang paham maksud tersembunyi Kai langsung memukul lengan Kai dan itu membuat Kai mengaduh kesakitan sembari tertawa puas.

"Ih, Pak Kai mulai deh! Kalau cuma berdua dirumah, nanti ketiganya setan"

"Canda, Nin sensi banget kayak ibu hamil" Goda Kai sembari mencolek dagu Anin.

"Malah asik ngegodain kan? Udah sana berangkat" titah Anin sembari mendorong tubuh Kai dengan pelan.

"Iya iya, yaudah kalau ada apa-apa kamu telpon saya ya"

Anin mengacungkan jari jempolnya. "Siap Pak Bos!"

Kai mengusap rambut Anin dengan lembut lalu berjalan menuju mobilnya. Tapi, baru beberapa langkah Anin kembali memanggil Kai dan membuat Kai berbalik menoleh kearah Anin. Sepertinya Anin melupakan sesuatu, makanya Anin memanggil Kai.

"Pak Kai tunggu.."

"Kenapa, Nin?"

Anin yang tadinya sudah berada di balik pagar keluar dan menghampiri Kai. Gadis itu lalu mengambil lipbalm yang ada di tas nya dan berniat mengoleskannya ke bibir Kai. Tapi, baru saja Anin akan mengoleskan lipbalm nya, Kai malah menahan tangan Anin sembari menggeleng.

Big Boss [Kim Jongin] | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang