Tiga Puluh Satu 🐻

688 72 30
                                    

Hari ini Anin disibukkan dengan pekerjaannya yang sangat banyak. Ia harus mengkonfirmasi janji dengan klien, menyiapkan laporan untuk Kai, mengatur jadwal Kai, sampai membuat rancangan untuk dorprize dan susunan acara peringatan perusahaan Kai yang ke lima tahun yang akan diselenggarakan satu Minggu lagi.

Tapi siapa sangka jika dibalik pekerjaannya yang sangat banyak ini, Anin sekarang bahkan tidak bisa untuk fokus mengerjakannya karena Kai yang sedari tadi menatapnya saat berkutat dengan berbagai berkas dan membuat konsentrasinya buyar. Anin kini memang tengah berada di ruangan Kai untuk menyelesaikan revisi laporan dari divisi perencanaan karena setengah jam yang lalu Kai menyuruhnya untuk mengerjakan revisinya di ruangannya saja dengan alasan agar Kai mudah melihat hasil revisi Anin.

Awalnya Anin kira Kai memang akan benar-benar melakukan pekerjaannya yaitu mengecek dan memeriksa apakah ada berkas yang salah atau design yang masih tidak sesuai, tapi nyatanya Kai malah duduk di sofa yang ada di depan Anin dan menumpukan tangannya diatas meja untuk menangkup wajahnya lalu menatap Anin dengan senyuman manisnya yang terlihat jelas di wajahnya.

"Pak Kai..." Panggil Anin yang kini semakin tidak fokus.

Masih dengan posisi yang sama, Kai menjawab. "Hmmm, kenapa Nin?"

Anin menatap Kai dengan jengah lalu meletakkan berkas yang tengah ia pegang. "Kenapa sih?"

"Kenapa apanya, sayang?"

Semenjak menjadi suami Anin, Kai kini menjadi banyak sekali berubah baik saat dirumah maupun di kantor. Contohnya jika di kantor, Kai malah dengan percaya dirinya akan menunjukkan kemesraannya didepan karyawannya dan itu jelas sangat membuat Anin merasa tidak enak. Ketika Anin bertanya apa alasan Kai melakukan hal itu, Kai juga dengan santainya menjawab. "Ya terserah aku dong, kan disini aku pemilik perusahaannya jadi aku mau bermesraan atau ngapain aja terserah aku."

Tidak hanya itu, Kai juga bahkan tidak segan-segan akan langsung memeluk pinggang Anin didepan karyawan laki-laki yang tertangkap basah tengah menatap Anin. Kai juga bahkan pernah memarahi karyawannya hanya karena mereka sibuk melihat kemesraan Anin dan Kai. Ckckckckckck padahal Kai lah yang terang-terangan menjukannya di depan umum tapi Kai pula yang marah karena ada yang melihatnya.

"Sayang sayang, ini tuh di kantor bukan dirumah!" Jawab Anin dengan nada bicara penuh kekesalan.

Kai tertawa melihat raut wajah Anin. Detik selanjutnya pria itu lalu beranjak dan beralih duduk disamping Anin. "Galak banget sih sama suaminya, kenapa? Bawaan dedek, ya?" Tanya Kai dengan lembut sembari mengusap perut rata Anin.

Tolong, sebenarnya ada apa dengan Kai sekarang? Bisa-bisanya dia mengatakan jika Anin kesal kepadanya itu adalah karena bawaan bayi didalam perut Anin. Padahal jelas-jelas mereka baru satu minggu menjadi suami istri.

Anin langsung menepis tangan Kai yang ada di perutnya. "Pak Kai ih! Ini di kantor, bukan dirumah! Gak enakan kalau ada yang ngeliat."

"Ya terus kenapa? Biarin aja kali, kan disini sa--"

"Saya pemilik perusahaannya jadi mau ngapain aja terserah saya." Ujar Anin yang dengan cepat memotong perkataan Kai.

Kai tertawa kecil lalu mengusap-usap rambut istrinya itu dengan gemas. Ahh andai saja Kai adalah tipikal bos yang tidak tau malu, pasti dia sudah akan mencumbu Anin sekarang juga di tempat ini.

"Udah pinter jawab suaminya ya sekarang." Balas Kai yang direspon senyuman lebar dari Anin.

Sungguh! Kai tidak bisa menahan lagi melihat Anin yang entah mengapa semakin terlihat cantik setelah menjadi istrinya. Tangan Kai kini beralih memegang tengkuk Anin dan semakin mendekatkan wajahnya. Anin yang awalnya bingung kini mulai mengerti apa yang akan Kai lakukan sekarang.

Big Boss [Kim Jongin] | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang