Sinar matahari pagi bersinar terang masuk kedalam kamar hingga membuat Anin yang masih terlelap langsung terbangun karena merasa silau. Hampir saja Anin terkejut dan memukul orang yang tertidur pulas disampingnya jika saja ia tidak ingat dengan status barunya sekarang. Padahal sudah satu Minggu Anin menjadi istri Kai, tapi dirinya kadang masih lupa dan belum terbiasa dengan statusnya itu.
Saking belum terbiasanya, sewaktu hari kedua pernikahannya dengan Kai, Anin pernah memukul Kai saat bangun tidur karena Anin mengira Kai dan dirinya masih belum menikah. Tidak hanya memukul, Anin bahkan memarahi Kai dan mengancam tidak ingin menikah dan berhubungan lagi dengan Kai. Tapi, setelah Kai menjelaskan dan memberitahunya, Anin menjadi sangat merasa bersalah kala ia tersadar bahwa ia lupa kalau ia dan Kai sudah menjadi sepasang suami istri. Anin bahkan sampai menangis tersedu-sedu di depan Kai sembari meminta maaf dan untung saja Kai sangat menyayangi Anin jadi Kai sama sekali tidak marah dan mewajarkan hal itu.
Anin lalu beranjak dari ranjang dan mengambil kaos oblong oversize milik Kai yang tergeletak di lantai lalu memakainya. Alasan mengapa Anin memakai kaos yang Kai pakai semalam adalah karena Kai melempar baju tidur Anin sampai di dekat pintu sewaktu mereka akan melakukan hal 'itu' tadi malam. Anin menatap Kai yang masih tertidur lelap sekilas lalu mengecup pipi suaminya itu.
Setelahnya, ia lalu beranjak untuk membersihkan tubuhnya. Tapi, baru saja Anin akan berjalan menuju kamar mandi, tangannya tiba-tiba ditarik oleh Kai dan membuatnya kembali terduduk di sisi ranjang. Tanpa mengatakan apapun, Kai lalu memeluk pinggang istrinya itu dan menjadikan paha Anin sebagai bantalnya lalu kembali terlelap.
Anin terkekeh melihat tingkah suaminya yang sangat menggemaskan ini, tangannya lalu terulur untuk mengusap-usap rambut Kai. "Good morning, bangun yuk."
Kai tertawa dengan mata yang masih terpejam, pria itu sedikit membenarkan posisi kepalanya lalu menjawab. "Good morning wife, nanti dulu ah masih mau manja-manjaan sama kamu."
Jantung Anin berdegup kencang kala ia mendengar suara khas bangun tidur dari Kai. Pipi Anin juga terasa memanas sekarang, sebisa mungkin ia menahan agar tidak terlihat salah tingkah di depan Kai. Karena jika Kai tau ia sedang salah tingkah, pasti Kai akan menggoda Kai habis-habisan.
"Manja-manjaannya lanjut nanti, Pak. Kan hari ini kita kerja."
Kai yang semula masih memejamkan matanya seketika langsung mengangkat kepalanya menjadi menghadap kearah Anin. "Nin..."
"Hm? Kenapa, Pak?"
"Kamu sebenarnya istri saya atau sekertaris saya sih? Kalau lagi di rumah gini berhenti memanggil saya dengan sebutan 'pak' kesannya aneh banget tau gak. Saya suami kamu loh, Nin. Kecuali kalau lagi di tempat kerja boleh kamu panggil saya pakai sebutan 'pak'. Ngerti kamu?" Protes Kai panjang lebar.
Bukannya apa, hanya saja Anin masih canggung jika harus memanggil Kai dengan panggilan lain selain 'Pak'. Anin juga masih merasa geli dan belum terbiasa jika harus menggunakan panggilan sayang saat dirumah seperti ini.
"Saya masih canggung kalau gak manggil dengan sebutan 'pak'. Terus saya juga bingung harus manggil Pak Kai gimana kalau lagi dirumah." Jawab Anin sembari menunduk dan memainkan selimut.
Kai lalu merubah posisinya menjadi duduk menghadap Anin, "Kamu bebas mau panggil saya pakai sebutan apa, asalkan jangan pakai sebutan 'pak' kalau lagi dirumah. Aneh, Nin, dengernya saya merasa kayak ngomong sama sekertaris saya, bukan istri saya."
Anin tersenyum menampilkan deretan giginya lalu menjawab. "Saya akan usahakan ya, Pak. Saya cuma perlu waktu buat terbiasa aja."
Kai mengangguk seraya tersenyum membalas senyuman istrinya itu, tangan Kai lalu terulur untuk mengusap lembut surai Anin. "Gitu dong, baru istri saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Boss [Kim Jongin] | END
FanfictionKebayang gak sih lo kalau lo jadi sekretaris--ah ini bukan cuma sekretaris eum lebih tepatnya sekretaris yang merangkap jadi asisten pribadi boss nya sendiri? Masih mending kalau boss nya normal dan dalam batas wajar bin manusiawi kayak orang lain...