"Anin pulang sama saya" kata Kai dengan nada dingin dan langsung menarik tangan Anin.
Kai menatap Rowoon dengan tatapan tajam, begitu juga dengan Rowoon yang menatap Kai dengan tatapan yang tak kalah tajam. Setelahnya Kai langsung menarik tangan Anin dan berjalan meninggalkan Rowoon yang masih berdiri di tempatnya.
Anin menarik tangannya yang masih dipegang oleh Kai. "Maaf Pak, tapi lebih baik saya pulang sendiri saja"
Kai langsung menatap Anin dengan tatapan tajam dan raut wajah datarnya. "Kamu pulang sama saya dan saya tidak terima penolakan" jawab Kai dengan penuh penekanan
Setelah itu Anin hanya diam dan menurut dengan Kai. Kai lalu melepaskan tangan Anin yang tadi di pegangnya, setelah itu dia lalu berjalan menuju ke ruangannya.
"Loh Pak, bukannya kata Bapak kita mau pulang ya Pak? Kok ke ruangan Bapak?" Tanya Anin yang bingung kenapa Kai tidak langsung pulang
Kai masuk kedalam lift dan diikuti oleh Anin. "Charger handphone saya masih disana, kalau gak saya ambil nanti saya ngecas pakai apa? Pakai hidung?"
Mendengar perkataan Kai, Anin hanya diam dan tidak menjawab lagi. Karena kalau Anin jawab perkataan Kai lagi, pasti nantinya akan makin panjang urusannya.
"Oh iya saya lupa ngasih tau ke kamu. Kamu kalau pulang jangan sama Rowoon deh ya" Lah kenapa seperti itu? Bukannya Anin bebas ya mau pulang sama siapa saja? Kenapa Kai malah jadi ribet gini?
"Lah emang kenapa Pak kalau saya pulang bareng Pak Rowoon?" Tanya Anin
"Kamu kalau pulang sama orang lain itu ngrepotin tau gak?" Anin semakin dibuat bingung oleh Kai. Ini maksudnya gimana coba? Jadi kalau pulang sama orang lain itu ngrepotin, berarti sekarang Anin ngrepotin dong? Kan Anin pulang bareng Kai sekarang.
"Jadi sekarang saya ngrepotin Bapak ya? Kan saya pulang sama Bapak. Bapak kan orang lain juga" Tanya Anin yang malah membuat Kai merutuki dirinya sendiri.
Kenapa sih dia harus bilang gitu? Kan Anin jadi mikir yang enggak enggak.
Padahal kalau Anin pulang sama Kai itu, ada sedikit rasa senang di hati Kai karena Anin pulang sama dia. Aaa iya, Kai juga ngerasa dirinya menang soalnya dia bisa menarik tangan Anin di depan Rowoon. Dan untungnya tubuhnya tidak mengeluarkan reaksi apa-apa, tidak ada lebam ataupun langsung gatal. Jadi Kai bersyukur akan hal itu.
"Ekhem. Kecuali sama saya, kamu gak ngerepotin"
"Kok gitu Pak?"
"Saya Bos kamu Anin, ck kamu kenapa sih nanya mulu? Mau jadi wartawan kamu?"
Setelah berkata seperti itu, Kai lalu keluar dari lift dan masuk kedalam ruangannya untuk mengambil charger. Sementara Anin menunggu Kai diluar, lebih tepatnya di meja tempatnya bekerja.
Setelah urusan charger selesai, Kai dan Anin lalu menuju ke parkiran untuk pulang. Di perjalanan pulang, tidak ada obrolan diantara Anin dan Kai. Kai bingung mau membicarakan apa dengan Anin, sementara Anin lebih memilih diam karena takut nantinya dia akan salah berbicara dan berakhir mendapatkan jawaban menyebalkan dari Kai.
"Pak berhenti disini aja"
"Ini kan belum sampai rumah kamu, kamu mau kemana lagi?" Tanya Kai saat Anin memintanya memberhentikan mobilnya dipinggir jalan kota.
"Saya mau membelikan titipan adik saya Pak" sebenarnya bohong banget Anin jawab gini, Anin cuma rasanya canggung aja kalau harus pulang diantar oleh Kai.
Apalagi kalau nanti mereka sudah sampai didepan rumah Anin. Bunda pasti akan banyak bertanya bagaimana bisa Anin diantar oleh bos nya sendiri, ditambah Jaemin yang tentunya akan meledek Anin habis habisan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Boss [Kim Jongin] | END
FanfictionKebayang gak sih lo kalau lo jadi sekretaris--ah ini bukan cuma sekretaris eum lebih tepatnya sekretaris yang merangkap jadi asisten pribadi boss nya sendiri? Masih mending kalau boss nya normal dan dalam batas wajar bin manusiawi kayak orang lain...