Tiga Puluh tiga🐻

736 71 10
                                    

Loooonggg time no seeeeee gais:) ga nyangka akutu akhirnya bisa muncul lagi di wattpad, ku kira ga akan lagi back ke wp:). Buat kalian yang lupa sama alur ceritanya bisa sedikit flashback dulu ke part sebelumnya ya gais:)

Okede selamat menikmati part penuh drama ini😁 jangan bosen ya hehehe.

Okede selamat menikmati part penuh drama ini😁 jangan bosen ya hehehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tok tok tok tok

Suara ketukan pintu membuat Anin yang kini masih meringkuk di tempat tidurnya langsung beranjak dengan malas untuk turun ke lantai bawah dan membuka kan pintu. Dalam hatinya, Anin terus merutuki siapa yang pagi-pagi seperti ini sudah datang ke rumah dan mengetuk pintu.

Anin sempat berpikir, apa mungkin itu adalah Kai? Tapi sepertinya bukan karena jika Kai pulang pria itu pasti akan langsung masuk dan juga Kai kan baru saja berangkat tiga puluh menit yang lalu jadi sangat tidak mungkin jika itu Kai.

Dan benar saja, dugaan Anin ternyata salah setelah ia melihat orang yang mengetuk pintu rumahnya itu. Dia adalah Jaemin, adiknya. Jaemin tersenyum manis sembari menunjukkan paper bag kecil yang ia bawa kepada Anin.

 Jaemin tersenyum manis sembari menunjukkan paper bag kecil yang ia bawa kepada Anin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ikan hiu makan tahu, selamat pagi kakak ku." Sapa Jaemin yang kini tersenyum lebar.

"Kirain siapa, masuk Na." Jawab Anin yang langsung diangguki Jaemin.

Jaemin langsung mendudukan dirinya di sofa begitu ia masuk kedalam ruang tengah. Jaemin memang sudah tidak canggung lagi jika berkunjung ke rumah kakak nya itu, jadi itu adalah hal yang wajar jika Jaemin langsung menuju ruang tengah dan bersantai disana.

"Mau minum apa, Na?" Tanya Anin yang langsung membuat Jaemin menoleh kearahnya.

Dahi Jaemin mengerut lalu pria itu beranjak dari tempat duduknya dan memegang kening kakaknya dengan tangan.

"Lo sehat kan, Kak?"

Anin mengernyit. "Maksudnya?"

"Tumben tumbenan amat lo nawarin gue minum, kayak sama siapa aja. Tar gue ambil sendiri bisa kok."

Anin mengangguk lalu berjalan kearah sofa dan merebahkan tubuhnya disana. Sampai sekarang, perut Anin masih terasa sakit. Demi apapun, ini adalah masa datang bulan paling menyedihkannya.

Big Boss [Kim Jongin] | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang