11.00

907 141 6
                                    

Waktu berjalan dengan sangat cepat tidak seperti biasanya. Setelah insiden menembak dengan sepiring ketoprak di tangan, waktu mereka berdua berjalan sangat cepat tanpa jeda sama sekali. Langit yang tadinya terang, kini makin lama makin menggelap. Joanna dan Dirga saling diam, tidak berbicara ke satu sama lain seperti yang sudah-sudah. Ada banyak alasan sebenarnya dan salah satunya adalah:

Joanna malu.

Mereka berdua sudah resmi berpacaran sekarang, dengan Caca sebagai saksi dari Joanna yang mengangguk saat Dirga melontarkan pertanyaan yang di luar dugaannya itu.

Masalahnya, bukannya saling berpelukan atau lainnya, ini mereka berdua malah saling berdeham dan melanjutkan makan dengan hening. Bahkan cuci piring juga masing-masing. Terkesan kikuk kalau di luar, tapi sebenarnya mereka berdua malu dan tidak tau harus apa.

"Aku aja yang buatin susu buat caca, kamu mandi gih bareng dia."

Joanna yang baru kembali dari menyiram tanaman bunda di pekarangan rumah langsung berjengit. Dirga menatapnya dengan lurus, membuatnya hanya bisa berkedip dan mengangguk.

Sekarang tatapan Dirga terkesan beda di matanya.

"Nyanya!"

Bayi kecil di pangkuan Dirga langsung merentangkan tangannya ke arah Joanna dan dibalas senyuman lebar dari Joanna sendiri.

"Caca mau mandi bareng?"

Yang ditanya pun mengangguk dengan bersemangat. Namun beberapa saat kemudian menengok ke arah Dirga yang masih terpaku di sofa, menonton berita yang ditayangkan di sana.

"Gaga?"

Dirga memutus perhatiannya dari tv dan mendongak ke arah Joanna dan Caca. Joanna dan Dirga saling melirik. Dua-duanya lagi-lagi berdeham dan Joanna menggelengkan kepalanya dengan cepat sambil mengerutkan dahi ke Caca. Caca yang sudah berada di gendongan Joanna hanya bisa cemberut.

Ya kali Joanna sama Dirga disuruh mandi bareng dia.

Joanna yang memikirkannya saja sudah merinding, takut sekaligus tidak tau harus merasakan apa. Dirga sendiri hanya bisa mengulum senyum melihat Joanna yang berlari dengan cepat ke kamar mandi sambil menggendong Caca. Teriakan senang Caca yang diajak berlari cepat lambat laun teredam karena jarak Joanna dan Dirga yang semakin jauh.

Dia sih tidak apa diajak mandi bareng, asal harus siap batin aja. Beda lagi dengan Joanna. Bisa-bisa dia teriak dan nanti tetangga yang lain mikirnya yang aneh-aneh.

Yang sebenarnya emang aneh-aneh.

Sambil menunggu Joanna selesai mandi, kedua tungkainya dia bawa secara paksa ke arah dapur, membuatkan susu formula untuk satu-satunya bayi di rumah. Sebenarnya dia tidak tau takaran yang benar itu bagaimana, karena tadi Joanna tidak menjelaskan apa-apa sebelumnya.

Dahi Dirga berkerut, diiringi dengan suara tawa Joanna dan Caca dari lantai atas. Semakin keras tawa mereka berdua, semakin dalam juga kerutan di dahi Dirga karena terlalu banyak berpikir. Pada akhirnya Dirga menaiki tangga dan berjalan ke kamar Joanna, melangkahkan kakinya pelan dan berdiri di kamar mandi yang terkunci rapat. Dia mengetuk pintu untuk beberapa kali sampai Joanna menjawab dari dalam.

"Ini... buat susunya... gimana?"

Hening. Dirga tidak mendengar suara Joanna lagi setelahnya. Malahan pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka dan menampilkan Joanna dengan wajah dan baju yang basah, sedangkan Caca terduduk di bangku plastik kecil di lantai kamar mandi. Sepertinya dia menginterupsi perang air Joanna dan Caca barusan.

Joanna meraih tangan Dirga yang masih memegang botol susu kosong dan menunjukkan sebuah garis dengan angka berukuran kecil.

"Kamu masukkin dulu empat sendok susunya, terus isi air panas sampai sini." Kemudian jarinya naik sedikit ke atas dan menunjuk garis lain.

inbetween | doyoung x joyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang