Memang benar, orang-orang di sekitar kita tidak akan berhenti memberikan ekspektasi lebihnya ke kita yang bahkan punya hidup sendiri untuk diurus. Saat Dirga sudah mencapai umur yang cukup, orang lain selalu bertanya kapan dia akan menikah. Ketika pernikahan itu sudah berlangsung, kemudian muncul kembali pertanyaan membebankan lain seperti kapan ingin mempunyai keturunan?
Sewaktu ada beberapa pertanyaan dari sanak saudaranya perihal keturunan seperti itu, Dirga hanya dapat memasang senyum formal yang sudah sangat sering dia beri. Tidak sekali dua kali dia ditanyakan hal tersebut dan tidak sekali dua kali juga dia harus menjelaskan dengan singkat bahwa mereka belum benar-benar siap.
Dirga sebenarnya sangat benci harus menjelaskan kehidupan pribadi dan privasinya ke orang lain yang bahkan tidak memperdulikan itu, karena yang orang lain ingin lihat adalah bagaimana ekspektasi mereka terjadi di dalam hidupnya dan kapan mereka akan memiliki kesempatan lagi untuk memberikan lebih banyak ekspektasi kepada mereka berdua, Dirga dan Joanna.
Tapi jika ditanya keseriusan mereka untuk memiliki anak, banyak hal yang masih harus mereka siapkan untuk itu. Joanna yang harus mulai belajar menyisihkan waktu keluar dan refreshingnya dan begitu juga dengan Dirga. Jika membicarakan usia, Dirga sudah siap sepenuhnya. Tapi Dirga yang pada dasarnya tidak terlalu baik dengan anak kecil masih harus belajar banyak bersabar lagi. Dia sangat canggung jika dihadapkan dengan anak kecil dan orang lain akan beranggapan bahwa dia tidak suka dengan mereka, tapi Dirga hanya canggung. Berbeda dengan Joanna yang memang sudah menyukai anak kecil sedari dulu, Dirga benar-benar harus belajar banyak untuk menghilangkan kecanggungannya itu.
Selama berbulan-bulan, Dirga berusaha untuk mempersiapkan dirinya terlebih dahulu tanpa sepengetahuan Joanna. Banyak dokter yang sudah dia ajak konsultasi dan banyak juga artikel beserta bacaan online yang sudah dia baca mengenai apa dan bagaimana cara mengatasi sikapnya ini, terlebih lagi terhadap anaknya nanti. Dia sendiri juga sudah berbicara dengan mami dan bunda, tapi jawaban mereka berdua selalu sama.
Nanti sikapnya lama kelamaan akan berubah ketika sudah melihat rupa anaknya, katanya.
Tidak jarang ucapan kedua orangtuanya ini membuat Dirga sedikit termenung pada malam hari, di mana Dirga terduduk di depan balkon kamar sambil menatap ke arah luar. Sebatang rokok filter tergantung di bibirnya dengan hidungnya yang selama beberapa kali mengepulkan asap yang sangat Joanna tidak suka.
Oh. Masalah lain yang timbul selain sikap, Dirga juga memikirkan kebiasaan merokoknya yang sangat tidak sehat ini.
Jujur, dia sudah hampir menyerah untuk berusaha berhenti merokok. Walaupun tidak sesering dulu, tapi tetap saja asap dan zat-zat jahat di rokok masih akan terus menempel di pakaiannya meskipun dia hanya merokok sehari sekali. Dia sendiri tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau anaknya nanti terkena penyakit yang tidak mereka inginkan karena kebiasaan buruknya dan wajah kecewa Joanna saat mengetahui hal tersebut. Joanna sudah mewanti-wantinya sedari awal mereka berpacaran, tapi Dirga yang biasanya akan menurut merasa sulit untuk menuruti bagian ini.
Mau serajin apapun dia membuang bungkus rokok yang masih banyak isinya dan mau sesering apapun Dirga memohon-mohon kepada Joanna untuk menyembunyikan korek miliknya, badannya akan secara otomatis mencari berbagai cara agar bisa merasakan zat-zat tersebut merusak badannya secara perlahan. Akan ada saja satu sampai dua batang terselip di celananya dan ketika tidak memiliki korek, api dari kompor di rumah mereka menjadi satu-satunya cara agar pemantik itu dapat tergantikan.
Mungkin ini yang dinamakan kecanduan. Dirga sendiri sudah menerima faktanya bahwa dia benar-benar kecanduan merokok, terlebih lagi saat butuh berpikir keras.
"Aku udah selesai, yang. Gih mandi."
Suara milik Joanna dari dalam kamar langsung menghentikkan kegiatan merokok Dirga. Ujung rokok tersebut dia tekan ke dasar asbak dan dia berdiri, berlalu ke dalam kamar mandi untuk membersihkan badannya yang sudah seharian berada di luar rumah. Sedangkan Joanna sendiri sudah bersiap-siap untuk beristirahat setelah dia selesai melakukan rutinitas skincarenya yang kata Dirga sangat panjang dan banyak itu. Padahal aslinya tidak banyak-banyak amat, tapi Dirganya saja yang lebay. Mentang-mentang dia hanya memakai facial wash dan sudah bisa mendapat wajah yang mulus, sedangkan Joanna harus memakai beberapa serum dulu kalau tidak ingin berjerawat lagi wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
inbetween | doyoung x joy
Teen FictionDi antara kita, ada banyak perasaan yang harus dipikirkan. Di antara kita, masih banyak tujuan yang perlu dicapai sebelum aku dan kamu menjadi kita.