Pagi Joanna disambut dengan suara alarmnya yang seakan-akan berdengung sampai ke dalam telinga. Dia menenggelamkan wajahnya ke bantal dan berteriak dengan keras. Jam tidurnya sangat berantakan akhir-akhir ini dan Joanna sangat sangat benci saat dia kurang tidur.
Kepalanya akan pusing dan yang pasti, mukanya juga akan tertekuk seharian.
"Kalo bukan karena SKPI, gue gabakal mau jadi asdos begini." Gumam Joanna yang sudah terduduk di kasur dan menguap setelahnya.
Setelah itu, rutinitas pagi Joanna berjalan seperti biasa. Dalam waktu satu jam, Joanna sudah terlihat lebih layak untuk keluar dari kamarnya. Dia bersenandung kecil, membuka pintu kamarnya dengan mood yang sedikit baik tapi kemudian kerutan di dahinya kembali muncul saat dia bisa mendengar suara hujan yang menetes dengan lambat di atap kostnya.
Joanna mendesah dengan kesal dan kembali masuk ke kamarnya, melepas sepatu yang sebelumnya sudah dia pakai, dan menggantinya dengan sendal. Sepatunya dia masukkan ke dalam kantong plastik dan dia taruh di dalam tas.
Pagi itu, Joanna pergi ke kampus dengan menggunakan sendal jepit. Jarak kost dengan kampusnya yang tidak terlalu jauh membuatnya harus berjalan kaki dan itu membuat sepatunya rawan basah terkena genangan air. Oleh karena itu, dia harus memakai sendal jepit atau dia harus pergi ke kampus kebesokannya dengan sepatu lembab.
Payung yang Joanna kenakan tersibak angin dan membuatnya memekik pelan, menahan payungnya agar tetap berada di genggaman. Dia melangkahkan kakinya dengan lebih cepat dari sebelumnya sambil berhati-hati. Kupluk dari hoodie yang dia kenakan dengan sengaja dia eratkan agar dapat menutupi wajahnya dari angin dingin yang berhembus.
"Anjir gue benci banget."
Perjalanannya dari kost ke kampus dia habiskan dengan terus menggerutu di dalam hati. Gerutuannya itu baru berhenti saat dia sudah masuk ke wilayah kampus dan dengan tenang bisa menutup payungnya.
Sekarang baru jam 7 pagi dan keadaan kampus tergolong sepi. Kemarin, dia meminta semua anak praktikumnya untuk datang maksimal jam 7.30 agar praktikum dapat selesai lebih awal.
Semakin cepat, semakin baik.
Tapi kalo tau hujan kayak gini, dia akan meminta praktikum dimundurkan jamnya.
"Pagi pak." Joanna yang sudah memasuki ruang praktikum langsung menyapa karyawan pembimbing praktikumnya dan menaruh tasnya di loker.
"Pagi. Masih pagi udah cemberut aja kamu."
Payungnya yang masih basah dia taruh di lantai dan dia langsung menurunkan kupluk hoodienya sambil merapikan rambutnya yang sedikit lepek karena air hujan.
"Hujan pak di luar. Astaga mana payung saya tadi hampir terbang."
Omelan Joanna hanya dibalas cengiran, karena sudah normal jika Joanna mengomel seperti ini di pagi hari. Apalagi saat paginya diawali dengan kejadian yang tidak mengenakan.
"Absensi saya bawa ya pak."
"Iyo. Masih sepi tapi. Anak-anak belum pada datang."
"Ya biarin. Makin siang mulainya, makin gelap pulangnya."
Joanna berjalan ke meja tengah dan langsung terduduk di kursi. Di belakangnya terdapat papan tulis yang sudah penuh dengan format penulisan laporan praktikum beserta nama lengkap para asisten dosen.
Joanna menjadi penjaga pagi hari ini, karena memang praktikumnya yang dimulai paling awal dan akan dilanjut dengan praktikum lain setelahnya.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
KAMU SEDANG MEMBACA
inbetween | doyoung x joy
JugendliteraturDi antara kita, ada banyak perasaan yang harus dipikirkan. Di antara kita, masih banyak tujuan yang perlu dicapai sebelum aku dan kamu menjadi kita.