8.00

1.1K 163 16
                                    

Bagi sebagian besar orang, mungkin sulit untuk melupakan perasaan sendiri dan melanjutkan hidup seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa kemarin. Jangankan kemarin, emangnya kalian masih inget dua hari yang lalu makan malem pakai apa?

Joanna berharap dengan sungguh kalau dia akan menjadi typical manusia seperti itu. Merasakan, tersakiti, dan lalu lupa dengan sendirinya. Terdengar asik sih, tapi kayaknya mustahil. Walaupun sering lupa dengan hal kecil dalam kehidupannya, tapi entah kenapa, dengan kurang ajarnya Tuhan mensetting otak dia, Joanna tidak akan lupa dengan siapa dan alasan apa dia menangis di malam hari.

Setelah mereka berdua; Joanna dan Dirga, sampai di depan rumah Joanna, suasana terkesan sangat canggung di antara keduanya. Dengan Dirga yang berusaha untuk mengajak Joanna berbicara baik-baik dan Joanna yang terdiam seribu bahasa. Tidak membalas bahkan mengabaikan eksistensi Dirga, untuk sementara.

Iya, hanya sementara.

Dia cuma butuh waktu untuk menenangkan diri, menerima kenyataan, dan melanjutkan kehidupan lagi seperti biasanya.

Mereka berdua turun dalam diam. Dirga langsung berjalan ke pintu belakang mobilnya dan mengeluarkan barang-barang milik Joanna. Sedangkan Joanna sendiri turun dari kursi penumpang, memandang sekitar; ke rumah-rumah di samping dan di depan tempat tinggalnya sambil mengenggam tali dari tas selempangnya dengan erat.

Hembusan angin bulan Oktober yang dingin seperti membuatnya semakin terpaku dengan pemandangan di depannya itu.

Di area perumahannya ini, untuk pertama dan terakhir kalinya Joanna bertemu dengan teman-temannya dulu. Dari sekian banyak teman yang dia temui di bangku sekolah, hanya beberapa saja yang bertahan sampai saat ini. Sisanya seakan-akan hilang kabar atau malah melupakan hal lama dan fokus dengan jalan di depannya.


Sekte Bubur Diaduk (3)

Guys
Gue udah di rumah

Rena
WELCOME BACK HOME!!
MARI KITA MENGINAP

Yessy
ASIKKK
Minggu depan kita nginep. Atur aja

Joanna tersenyum membaca chat dari kedua teman SMAnya, yang masih sangat dekat sampai sekarang. Semilir angin membuat beberapa helai rambutnya tersibak, membuat wajahnya sedikit tertutup dengan rambut dan berhasil menghasilkan kerutan sebal di dahi Joanna. Merasa masabodo dengan penampilan dan keadaan rambutnya sekarang, Joanna masih sibuk membalas pesan teman-temannya dengan senyum yang masih terpatri di bibir.

Dia sudah tidak bisa mendengar suara langkah kaki Dirga yang sedari tadi bolak-balik untuk menaruh barangnya, tapi tiba-tiba desiran angin berhenti dan ada sepasang tangan yang kembali merapikan rambutnya seperti semula. 

Joanna mengangkat wajahnya, mendapati Dirga yang dengan serius menyisir rambutnya sampai rapi lagi. Membuat Joanna sedikit tertegun, berusaha dengan sekuat tenaga untuk memperlambat detak jantungnya yang entah kenapa, menjadi lebih cepat dari biasanya.

"Barang-barang lo udah gue masukin semua. Lagi dirapihin sama bunda."

Mendengar perkataan Dirga, Joanna hanya bisa mengangguk sambil masih menatap laki-laki di hadapannya yang sudah menatapnya terlebih dahulu.

"Maaf, tapi sebanyak apapun orang yang ngejar lo, gue gabakal nyerah."

Joanna langsung mengerutkan dahinya, bingung dengan maksud omongan Dirga.

"Gue awalnya takut bikin lo kecewa kalo misalnya, suatu hari nanti, gue dan lo bakal berubah jadi kita. Tapi selama perjalanan tadi dan ditambah ketemu sama bunda, keyakinan gue jadi naik. Ga terlalu banyak, tapi at least bisa bikin gue yakin sama diri gue sendiri."

inbetween | doyoung x joyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang