"Kamu bisa ke rumah sakit sekarang? Kak Gemma nanti sore mau dateng."
Panggilan mendadak dari Dirga berhasil membuat Joanna tergerak dari sofa di ruang tamu rumahnya. Dia baru saja selesai dengan kelas onlinenya beberapa menit yang lalu dan memilih untuk merebahkan badan di atas sofa untuk beristirahat sejenak. Namun panggilan dari Dirga malah membuat Joanna mengurungkan niatnya untuk kembali beristirahat sampai waktu makan siang berakhir.
"Aku mau ke sana, tapi aku ada kelas sampai sore..."
Jawaban Joanna dibalas dengan keheningan di sebrang telfon. Dia bisa saja membolos kelas untuk hari ini tapi pasti Dirga juga tidak suka kalau dia membolos.
"Yaudah gapapa... Nanti selesai kelas jam berapa? Mau aku jemput?"
"Gausah. Temenin papi aja ya? Jangan ditinggal."
"Hu-um."
Hening lagi. Joanna hanya bisa mendengar suara dari alat rumah sakit yang sudah menjadi penopang hidup papinya Dirga untuk beberapa hari ini. Dirga sedari hari pertama papinya masuk rumah sakit pun selalu menemani papinya di kamar. Terakhir kali Joanna bertemu dengan Dirga, kantong mata pria itu sudah sangat besar dan bawah matanya pun menghitam. Karena tidur di rumah sakit pasti tidak enak. Dirga harus tidur dengan selimut tebal yang menutupi badannya, sedangkan di rumah sakit tidak ada. Joanna pernah secara sukarela ingin membawakan selimut dari rumah Dirga sendiri, tapi ditolak karena takut merepotkan katanya.
"Kamu udah makan?"
Butuh beberapa saat sebelum pertanyaan Joanna dijawab.
"Belum."
"Kenapa belum?"
"...maunya makan ditemenin kamu."
Astaga apaan sih bayi gede satu ini.
"Mau peluk. Mau cium."
Joanna tertawa kecil sambil masih merebahkan badannya di atas sofa. Dia bisa membayangkan Dirga yang mengucapkan itu sambil memajukan bibirnya dengan gemas.
"Gausah alay. Nanti sore aku ke sana."
Setelah mengucapkan kalimat perpisahan ke satu sama lain, Joanna pun memutuskan panggilan tersebut. Dia kembali terduduk di lantai dengan laptopnya yang masih menyala, menunggu meet dari kelas selanjutnya dimulai sambil sesekali menguap. Dengan kepala yang dia sandarkan di atas sofa, Joanna menatap langit-langit rumahnya sambil mendesah pelan. Seharusnya dia hari ini bisa menemani Dirga di rumah sakit, tapi kelasnya untuk hari Rabu memang full dari siang sampai sore sehingga dia hanya bisa ke rumah sakit pada malam hari.
Saat aplikasi chatnya mulai berdenting, Joanna langsung menegakkan badannya dan mulai terfokus kembali ke kelas selanjutnya. Untuk dua jam dan seterusnya, Joanna total memfokuskan perhatiannya ke layar dengan tangan yang sesekali menulis di kertas binder yang sudah dia siapkan. Sambil menaikkan letak kacamata yang hanya dia pakai saat belajar, Joanna terus mendengerkan pengajaran dosennya dengan fokus walaupun sesekali dia selingi dengan membalas beberapa chat teman dan menguap bosan.
Kelas terakhirnya selesai di jam tiga sore dan Joanna menggeram dengan lelah. Dia membereskan barang-barangnya di ruang tamu dan membawanya ke kamar. Tidak butuh waktu yang lama untuknya membersihkan diri dan bersiap-siap, lima belas menit kemudian Joanna sudah keluar kamar dengan kaos putih polos dan celana skinny jeans yang sudah lama sekali tidak dia pakai semenjak kuliah offline tidak dilaksanakan.
Setelah meminta izin untuk pergi ke rumah sakit ke Bunda, Joanna kemudian keluar rumah sambil menenteng beberapa buah yang sudah disiapkan bundanya sedari tadi. Dia terdiam di depan pagar rumah, berniat untuk memesan ojek online tapi suara klakson motor yang sama kencangnya dengan klakson angkot membuatnya terlonjak kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
inbetween | doyoung x joy
Fiksi RemajaDi antara kita, ada banyak perasaan yang harus dipikirkan. Di antara kita, masih banyak tujuan yang perlu dicapai sebelum aku dan kamu menjadi kita.