Joanna tidak pernah merindukan rumah lamanya sebesar ini dalam hidupnya, terlebih lagi rumah yang dia maksud adalah tempat di mana dia menghabiskan masa-masa kuliahnya. Dalam kondisi tertentu, Joanna merasa kost-kostannya lebih nyaman dari tempat manapun walaupun jika dibandingkan dengan fasilitas, rumahnya yang sekarang jauh lebih mewah dan terawat.
Kedua matanya menatap keluar jendela kamar dan memperhatikan jalanan komplek rumah barunya yang sepi dan hanya dilewati beberapa mobil dalam waktu yang lama. Sesekali tangannya mengelus perut yang sudah mulai membesar itu, di mana masa kandungannya sudah menginjak lima bulan. Punggungnya jauh lebih pegal dari awal-awal masa kehamilannya dan begitu juga dengan kakinya.
Cklek
Pintu kamar yang terbuka bersamaan dengan munculnya Dirga dengan setelan kerjanya sama sekali tidak memutus pandangan Joanna ke arah luar. Dirga yang melihatnya hanya bisa terdiam untuk sementara dan melepas kemeja yang sudah dia kenakan sedari pagi. Dengan rapi dia melipatnya dan dia taruh ke atas kursi agar nanti bisa dia masukkan ke mesin cuci segera.
Dirga menghampiri Joanna yang masih terdiam dan mengecup pipinya perlahan sambil tangannya ikut mengelus perut Joanna.
"Mikirin apa, cantik?"
Joanna untuk beberapa saat masih terdiam, tapi menolehkan wajahnya ke arah Dirga sambil mengerutkan keningnya.
"Komplek perumahan ini sepi banget, ga kayak di rumah bunda sama ayah.." Kali ini gantian bibirnya yang mengerut lucu, membuat Dirga tersenyum tipis saat melihatnya. "Biasanya jam segini pasti banyak anak-anak komplek yang main bola di jalan, tapi di sini gak pernah ada..."
Dirga memeluk kepala Joanna ke dadanya yang bidang dan Joanna bisa mencium wangi dari parfum Dirga yang masih menempel walaupun sudah lewat berjam-jam dia semprotkan.
"Kangen rumah, ya?" Tanya Dirga yang dibalas anggukan oleh Joanna.
"Mau pulang ke rumah buat beberapa hari? Biar nanti aku kabarin orang-orang rumah kalo bumil mau pulang kampung."
Joanna seperti berpikir sebentar dan kemudian mengangguk. Dirga pikir keinginan Joanna hanya sampai segitu saja, tapi ketika dia mulai berbalik untuk membersihkan badannya, Joanna menarik tangannya sehingga Dirga menatap Joanna kembali. Dirga memperhatikan raut wajah Joanna yang kebingungan.
"Kenapa?"
"Tapi aku lebih kangen naik transportasi umum di Jakarta, yang."
Demi Tuhan, mendengar omongan Joanna langsung membuat kepala Dirga berdenyut nyeri.
"He? Gimana?"
Joanna kembali mengerutkan bibirnya dengan lucu dan menarik Dirga semakin dekat. Berusaha untuk menghancurkan dinding milik Dirga yang sudah berusaha pria itu bangun sekeras mungkin agar tidak selalu menuruti permintaan Joanna yang aneh-aneh.
"Mau muterin Jakarta naik transjakarta... Terus kita ke Pasar Baru buat jalan-jalan...."
"Yang... Kamu lagi hamil."
"Iya.. terus kenapa?"
Dirga mendengus pelan dan menutup matanya sebentar, sebisa mungkin untuk berpikir dengan jernih sebelum dia mengiyakan semua permintaan Joanna yang tidak masuk akal di kondisinya yang seperti ini.
"Jangan bercanda ya, yang. Aku paham kalau lagi gini kamu harus banyak jalan tapi kalau muterin pasar baru, aku kayaknya harus nolak." Jawab Dirga sambil mengerutkan keningnya dan sudah menatap Joanna dengan serius. "Muterin Jakarta naik transjakarta is okay, karena kamu bakal duduk di kursi prioritas. Tapi please minta yang lain selain jalan-jalan ke pasar baru."
KAMU SEDANG MEMBACA
inbetween | doyoung x joy
Teen FictionDi antara kita, ada banyak perasaan yang harus dipikirkan. Di antara kita, masih banyak tujuan yang perlu dicapai sebelum aku dan kamu menjadi kita.